Kita flashback hubungan Lili dan Leo dulu yaa!
N.b. Bagian ini tidak mengandung dialog antar karakter, tapi mohon untuk dibaca supaya gak ketinggalan kisahnya dan supaya gak bingung ya.
Happy reading!
- - -Dulu, keberadaan Leo di hidup Lili membuatnya merasa dunianya lebih berwarna dari sebelumnya. Senyuman seakan enggan untuk pergi dari wajahnya. Ia bahkan rela membohongi kedua orang tuanya demi bisa berkencan dengan Leo.
Pria itu adalah cinta pertamanya. Orang - orang bilang itu cuma cinta monyet. Tapi entah siapa yang benar dan siapa yang salah, karena Lili tidak pernah meremehkan rasa cinta mereka.
Leo adalah teman sekelasnya. Bukan pria paling pintar dan bukan juga pria terbodoh. Bukan yang paling tampan tapi bukan juga yang terjelek. Bukan yang paling baik dan bukan juga yang paling buruk.
Intinya, Leo hanya pria biasa seperti pria lain pada umumnya. Lili lebih dulu menyimpan rasa pada Leo. Kemudian ia menceritakan perasaannya itu pada salah satu teman wanitanya yang ternyata juga merupakan tetangga Leo.
Waktu itu, Lili tidak pernah berharap kisah cintanya akan menjadi kenyataan. Dia tidak pernah berharap Leo akan membalas perasaannya. Karena setahu Lili, pria itu lebih memilih menikmati masa mudanya bersama dengan teman temannya daripada seorang kekasih.
Tapi entah bagaimana ceritanya, pada akhirnya Lili tau bahwa Leo juga memiliki rasa padanya. Mereka kemudian mulai menghabiskan waktu bersama dan sesekali bertukar pesan. Semua itu berakhir dengan mereka yang menjadi sepasang kekasih.
Waktu itu, Lili gak mengerti prosedur mencinta dan dicintai. Seperti orang bodoh, dia membiarkan rasa kasmaran menguasai dirinya. Tidak banyak yang ia ingat, karena saat itu mereka hanyalah remaja kemarin sore yang gak mengerti apa - apa soal cinta dan pacaran.
Kelulusan tiba membuat keduanya akhirnya harus bersekolah di tempat yang berbeda. Mulai saat itu Lili merasakan mereka mulai merenggang. Jarang sekali ada pesan yang saling dikirim. Tidak banyak interaksi yang tercipta. Bahkan pertemuan mereka bisa dihitung dengan jarinya.
Hubungan mereka kemudian berakhir begitu Lili tau bahwa Leo berselingkuh dibelakangnya. Pria itu menggoda wanita yang satu sekolah dengannya, mengantarkannya pulang, membawakan tasnya, dan berbohong pada Lili.
Tapi waktu itu, Lili memaafkannya. Pikirnya, mungkin Leo kesepian dan butuh teman bicara. Apalagi dirinya tidak ada disana setiap saat.
Tapi ternyata tidak lama setelah itu justru Leo yang memutuskan hubungan mereka. Dia bosan dengan Lili katanya. Itu sakit hati pertama Lili. Egonya seakan berteriak, "harusnya gue yang putusin lo duluan waktu itu" tapi apa boleh buat?
Waktu itu, Lili menangis karena pria untuk pertama kalinya. Kemudian mereka tidak bertemu lagi untuk waktu yang lama. Lili terus datang ke acara reuni sekolah mereka, berharap bisa melihat Leo, tapi sayang pria itu tidak pernah datang.
Entah bagaimana ceritanya, ketika Lili duduk dibangku kuliah, Leo justru kembali menghubunginya, dia memperlakukan Lili dengan baik seakan tidak pernah terjadi apa apa. Pria itu mulai mengiriminya pesan, mengirimkan makanan ke rumahnya, dan beberapakali mencoba meneleponnya untuk hal - hal yang menurut Lili bukan urusannya.
Pernah waktu itu Leo meneleponnya hanya untuk meminta sarannya soal kue apa yang sebaiknya ia beli untuk ulang tahun kakaknya hari itu. Aneh kan?
Usut punya usut, pada akhirnya Lili tau dari teman mereka bahwa lelaki itu menyesali perbuatannya dan Ia ingin mereka kembali bersama.
Lili ingat menolaknya untuk beberapa kali. Mungkin dua sampai tiga kali. Sampai akhirnya saat reuni terakhir yang Lili hadiri, Leo ikut menunjukkan batang hidungnya. Disana, entah bagaimana, Lili merasa benar - benar merindukan Leo. Perasaannya membuncah hanya karena interaksi kecil. Dan bahkan setelah acara usai, Lili tanpa berpikir panjang mengirimkan pesan betapa ia merindukan Leo.
Dan itu semua berujung dengan Lili yang mengajak Leo untuk sekali lagi memberikan kesempatan untuk hubungan mereka.
Semua berjalan dengan lancar pada awalnya. Mereka bahagia dan saling mencintai. Tapi ternyata Lili tidak pernah sembuh dari ingatannya atas Leo yng berselingkuh. Dia jadi tidak tenang meskipun Leo memperlakukannya dengan sangat baik.
Hal itu diperparah dengan masalah ekonomi keluarga Lili yang menyita pikiran dan waktunya. Beberapa kali Leo dan Lili terlibat perdebatan karena Lili yang sulit untuk diajak bertemu sedang Leo sangat ingin menghabiskan waktu bersamanya.
Mau bagaimana lagi? Lili tidak memiliki uang yang cukup untuk sebuah kencan. Meskipun Leo yang selalu membayar kencan mereka. Tetap saja Lili merasa tak enak.
Perdebatan dengan topik yang sama terjadi berulang kali. Sampai akhirnya Lili merasa muak dan kecewa saat Leo dengan gamblang mengatakan bahwa pria itu meragukan perasaannya.
Pikir Leo, Lili tidak pernah mencintainya. Pria itu bilang, Lili hanya memacarinya karena merasa kesepian.
Saat itulah Lili merasa itu waktu yang tepat untuk mengakhiri hubungan mereka. Rasanya sakit sekali mendengar kekasihnya sendiri meragukan perasaannya. Jika Lili tidak mencintai Leo, untuk apa ia membahayakan hatinya yang rapuh untuk sekali lagi ia beri pada seseorang yang berselingkuh?
Jika Lili tidak mencintainya, untuk apa Lili mengajak nya untuk kembali menjalin kasih?
Rasanya Lili seperti keledai yang jatuh dilubang yang sama untuk kedua kalinya. Dan dari situ, bulat sudah tekatnya untuk menghapus Leo dari ingatannya. Meskipun sulit dan membutuhkan waktu, setidaknya Lili tau bahwa Leo bukan pria yang ia inginkan untuk menemani masa tuanya.
Hingga akhirnya, hati rapuhnya bertemu sapa dengan hati Atlas yang hangat. Saling berbagi debar asmara dan kebahagiaan. Sejak hari dimana Lili menyadari Atlas menyukainya, sejak itu pula Lili tidak pernah berhenti bersyukur.
Ia tau Atlas berbeda dan dia mau Atlas ada di masa depan yang sama dengannya.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/250693073-288-k74767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomansaWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...