Melihat ekspresi Lili yang mendadak berubah, Atlas turut mengikuti arah pandangan gadis itu. Disana ia melihat sepasang kekasih yang baru saja memasuki ballroom dengan baju yang serasi.
Isi kepalanya seakan mengerti akan keterkejutan Lili. Sepertinya ia harus mengambil tindakan atas ini.
"Bukankah disini terlalu sesak?" katanya basa - basi. Suaranya membuat Lili menoleh. Gadis itu tak mengerti apa yang Atlas katakan. Karena udara di ballroom ini terasa pas dan tidak sesak menurutnya.
Sampai akhirnya Lili menyadari, mungkin Atlas melihat apa yang ia juga lihat beberapa menit lalu. Karenanya seulas senyum tipis terukit di wajah Lili.
"Wanna get some air outside?" tanya pria itu lagi dengan penuh kharisma. Lili heran, padahal Atlas tidak melakukan apapun selain berbicara sembari menatapnya. Namun semua gerakannya terlihat sangat keren di mata Lili.
Merasa ini kesempatan yang tepat untuknya menghindar dari mantannya, akhirnya Lili menanggukkan kepalanya.
Dan disinilah mereka sekarang, di sebuah rooftop di hotel yang sama dengan pesta pernikahan diadakan. Udara malam yang dingin langsung menusuk kulitnya. Namun belum sempat Lili menghangatkan badannya, sebuah jas dengan kualitas yang sangat baik tiba tiba telah tersampir di pundaknya.
"Pakailah. Sepertinya udaranya kurang bersahabat." ucap pria itu lagi sembari tersenyum ramah.
Sebenarnya, bohong jika Lili tidak merasa canggung dan waspada pada Atlas. Bagaimana tidak? Dia hanya sekedar tau nama pria itu. Dia tidak tau asal usulnya. Bahkan Lili tidak tau apakah Atlas memiliki niat jahat atau sebaliknya.
Tapi entah kenapa, semua yang dilakukan Atlas tidak pernah membuatnya merasa tidak nyaman. Sepertinya pria ini memang pria baik yang bisa dipercaya.
"Aku hanya pernah berpacaran sekali seumur hidup. Waktu itu aku masih SMA. I believe it was just a fling. But trust me, everyone feel uncomfortable when they see their ex. Even when they still or not love them." ah... Atlas dan bahasa inggrisnya dengan aksennya yang terdengar seksi itu sepertinya baru saja menyihir Lili.
"If i may ask, tadi mantan kamu ya?" tanyanya seraya menatap Lili lagi. Masih dengan tatapan yang sama seperti di ballroom tadi.
Lili mengangguk. "Its crazy to think about it. Aku mencintainya selama hampir 12 tahun." Lili tertawa dengan paksa. Dari matanya Atlas terlihat terkejut dengan penuturannya.
"Wow..." gumam pria itu seraya tersenyum dan menganggukan kepalanya berulang kali.
"It's stupid, right?"
Atlas menoleh begitu mendengar pertanyaan Lili. Memandang wajah Lili yang seakan menunjukkan kesedihan dan penyesalan.
"Aku gak menemukan sesuatu yang bodoh dari pernyataanmu. I find it attractive. Aku bisa menyimpulkan kalau kamu orang yang setia. It's not very common nowdays." puji Atlas yang membuat Lili tersenyum.
"Haaa... rasanya aku menyesal sekali." Lili menghela nafasnya seraya menatap pemandangan kota dari atas sana. "I feel like i'm just wasting my time." tambahnya.
Atlas menyandarkan tubuhnya pada tralis rooftop untuk mentap Lili lebih jelas. Hal itu menarik fokus Lili sepenuhnya untuk turut menyelami manik mata Atlas.
"There's no such a thing, Lili. Gak ada istilah buang - buang waktu untuk orang yang pernah kita cintai. I believe he once gives you happiness too, right?"
Lili menangguk. "That's how God gives you his bless Lili. Dengan mempertemukan kamu pada orang yang memberi kamu kasih sayang." lanjut Atlas lagi. Mendengar itu Lili seakan tertampar. Benar kata pria itu, itu adalah cara Tuhan untuk mengasihinya.
Toh, walaupun sudah jadi mantan, Leo pernah turut melukiskan kebahagiaan dihidupnya. Iya kan?
"Apa kamu memang sebaik ini?" tanya Lili pada akhirnya. Matanya hanya tertuju pada Atlas, mengikuti cara Atlas memandangnya sejak tadi.
Namun tatapan itu terputus begitu Atlas mengubah posisinya. Seakan menghindar dari tatapan Lili tadi.
"Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." tambahnya lagi. Kali ini Atlas tertawa sembari menoleh ke arah Lili. "Kenapa gak percaya?" tanyanya.
"Well... you sounds like a pro." jawab Lili dengan senyum jahilnya.
"Im a pro? of what?" tanya pria itu seakan sengaja ingin mendengar jawaban Lili.
"Dalam hal menggoda dan meluluhkan hati wanita. Kamu ahlinya." jelas Lili. Berharap Atlas akan mengerti perkataannya.
Mendengarnya membuat Atlas tertawa. Dari tempatnya berdiri, Lili bisa melihat telinga pria itu memerah seakan menahan malu. Hal itu mengundang senyuman di wajahnya.
"Jadi kamu sudah tergoda sekarang?" tanya Atlas lagi dengan jahil. Kali ini gantian Lili yang pipinya bersemu.
"Eh?" respon Lili sekenanya. Benar - benar bingung harus menjawab apa karena harus berhadapan dengan pria semenarik Atlas ini.
"Kalau kamu penasaran tentangku, why dont we get to know each others? cause im curious about you too." ucap Atlas dengan kharisma yang meledak - ledak.
Rasanya Lili ingin langsung pulang saja dan kabur dari sini. Wajahnya pasti sudah semerah tomat sekarang.
Mungkin sekarang Lili benar - benar terlihat seperti orang linglung dimata Atlas, karena yang bisa ia katakan untuk menjawab itu hanyalah,
"Shall we?"
"Yes, we shall." jawab Atlas tanpa ragu.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...