Chapter - 46

3.6K 136 1
                                    

Ternyata punya pacar yang super baik itu juga gak selamanya enak loh! Lili baru menyadarinya hari ini. Bayangkan saja, dalam keadaan ngambek kaya gini, Lili masih harus menguatkan hatinya agar tidak tergoda dengan keromantisan dan kebaikan Atlas.

Ingat kan Lili lagi marah sama Atlas karena lelaki itu sepertinya menyembunyikan sesuatu dari Lili? Tau apa yang Atlas lakukan selama perjalanan pulang mereka?

Atlas berulang kali menciumi punggung tangannya. Atlas juga berhenti di supermarket dekat aprtemennya dan kembali ke mobil dengan membawa satu cup besar es krim rasa cookies and cream kesukaan Lili dan sebuket bunga yang tanpa basa basi langsung pria itu letakkan diatas pangkuannya. Padahal Lili ingin memarahi pria itu dan protes sebanyak yang ia mau.

Dan disinilah mereka sekarang, duduk saling berhadapan di kitchen bar apartment Lili dengan tangan Atlas yang sudah menyendokkannya es krim yang sedikit menggoda Lili.

Sedikit hanya sedikit.

"Kamu gak mau es krimnya?" tanya Atlas dengan tangan mengantung diudara yang memegang sesendok es krim.

Lili memincingkan matanya, sebenarnya saat ini ia malas sekali kalau harus berbicara dengan Atlas. Apa pria itu pikir ia bisa disogok dengan sesendok es krim?

"Kamu sengaja ya?" tuduh Lili yang menatap Atlas tak bersahabat. Atlas langsung meletakkan sendoknya dan menggelengkan kepalanya berkali - kali.

"Aku bisa jelasin soal itu-"

"Bukan soal mantan aku. Maksudku soal es krim dan bunganya." gerutu Lili memotong ucapan Atlas. Pria itu menggaruk tengkuknya. Sebuah ringisan keluar dari bibirnya.

"Kamu nyogok aku pakai bunga dan es krim supaya aku gak marah? iya?" tuduh Lili lagi. Atlas langsung menatap kekasihnya itu dengan wajahnya yang panik.

"Sayang, soal bunganya aku beli karena hari ini aku belum kasih kamu bunga. Iya kan?" Lili berdecak dalam batinnya, entah ini hal yang harus disyukuri atau tidak, tapi Atlas memang selalu mengirimkannya bunga setiap harinya. Dan betul ucapan pria itu, jika ia belum menerima bunga dari Atlas hari ini.

"Soal es krimnya, aku dengar makanan manis bisa membuat perasaan hati seseorang lebih baik. Jadi aku membelinya." Lili berdecak seraya membuang pandangannya dari Atlas.

Is this man even real?

"Jelasin." titah Lili yang langsung membuat Atlas memandangnya dengan serius.

"Aku cuma mau kasih dia pelajaran-"

"Pelajaran apa?-"

"Karena udah sembarangan cium tunanganku." potong Atlas dengan nada bicaranya yang kurang menyenangkan. Mengucapkan kalimat itu membuat Atlas teringat kembali kejadian beberapa waktu lalu.

"Aku pikir kita udah baik - baik aja?"

"Aku gak suka dengan tingkahnya yang seenaknya itu Heavenly." ujar Atlas. Lili langsung terdiam. Atlas tidak pernah memanggil nama lengkapnya seperti itu selama mereka menjalin hubungan. Sepertinya pria itu sangat tersinggung soal kejadian tempo hari.

"Apa yang kamu rencakan?" tanya Lili, mencoba mendengarkan dari sisi Atlas.

"Aku hanya menyelidikinya. Aku mengirim orang kepercayaanku untuk mengikuti dan mencari tau semua kegiatannya. Aku mau memanfaatkan kebusukannya dan aku berniat menghancurkannya dengan itu."

Mendengar itu dari bibir Atlas terasa sangat tidak nyata bagi Lili. Pasalnya selama ini bibir itu hanya mengeluarkan kalimat manis yang mampu membuat Lili mabuk kepayang. Bukan ucapan yang sarat akan dendam seperti yang barusan Lili dengar.

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang