Chapter - 41

3.8K 141 2
                                    

Atlas dan Lili sedang berada di Oliver untuk makan siang. Keduanya duduk saling berhadapan pada kursi di dekat jendela. Atlas memotong steak pada piringnya menjadi bagian kecil sebelum akhirnya memberikannya ke Lili.

Sedang si cantik itu terus menggerutu. Bercerita bagaimana ia diolok oleh rekan kerjanya seharian. Lili juga bercerita semua yang dibicarakan Aby dan Kavi pagi tadi. Mendengar Lili menggerutu entah mengapa justru membuat Atlas tak kuasa menahan senyumnya.

Dalam hati merasa gemas melihat tingkah kekasihnya sekaligus senang karena itu berarti ia tidak perlu lagi berpura - pura tidak mengenal Lili saat mereka bertemu.

"Sayang, makan dulu. Jangan sampai asam lambung kamu naik karena telat makan." titah Atlas seraya menyuapi Lili sepotong steak.

Lili berdecak, mengehentikan ceritanya sebelum dengan kekanakan mengunyah potongan daging itu dengan malas - malasan. Melihat itu sontak membuat tawa lahir dari bibir Atlas. Pria itu menatap Lili terang - terangan seraya menggelengkan kepalanya karena kepalang gemas dengan tingkah Lili yang seperti anak kecil.

"Ih! Kok kamu ikut ketawain aku kaya mereka sih?!" rajuknya yang tetap tak berhasil menghentikan senyuman Atlas.

"You're too cute to handle princess." ujar Atlas seraya mencubit pipi Lili dengan gemasnya. "Lagipula aku senang kalau mereka tahu. Itu lebih baik." tambah Atlas dengan seringainya.

Lili mengalihkan pandangannya. Hatinya paling tidak kuat kalau Atlas sudah di mode seperti itu. "Ck! Aku jadi malu sendiri karena merasa seperti orang bodoh. Tau begitu buat apa aku pura - pura jaga jarak sama kamu kan?" Atlas mengangguk seraya tersenyum lembut.

"Ah, aku jadi tidak sabar untuk rapat dengan kalian lagi." celetuk Atlas yang membuat Lili memutar bola matanya.

"Sekarang semua orang panggil Aku Ibu William, tahu?" adu Lili pada Atlas. Merasa nama keluarganya dipanggil Atlas langsung memfokuskan pendengarannya. William. Marga keluarganya yang sudah melekat dengan dirinya sejak kecil. Itu juga sebabnya Max dan Glen memanggilnya Am. Kata mereka, panggilan At atau Thlas tidak enak didengar.

"I'll be so happy if you took my last name sayang." semburat merah langsung menghiasi wajah Lili begitu mendengar perkataan Atlas. Pria itu memang dasarnya smooth talker. Lili tahu betul Atlas mengucapkannya tanpa ada tujuan untuk menggoda, tapi yang terdengar di telinga Lili justru sebaliknya. Lihat saja pipinya sekarang, pasti sudah semerah tomat.

Karena salah tingkah Lili memilih untuk mengabaikan perkataan Atlas itu berlalu begitu saja. Sepertinya itu lebih baik untuk kesehatan jantungnya.

"Terus kamu kenapa kamu pakai bilang ke atasan aku supaya Aby gak dipasangin sama aku? Pas dengar dari dia tadi aku jadi merasa bersalah."

Atlas menghentikan acara makannya, menatap Lili dengan satu alis terangkat sebelum membersihkan sekitaran mulutnya dengan serbet dengan cara yang sangat kharismatik.

"Do you seriously don't know why?"

Lili menggedikkan bahunya tak acuh, "Karena dia sering buat aku lembur?" tanyanya dengan wajah yang polos.

"Bukan sayang. Itu karena aku tidak suka." ujar Atlas tanpa mau repot mengakui kalau dia cemburu saat itu.

"Kamu gak suka Aby? Kenapa? Kan Aby baik. Dia gak galak juga kok anaknya. Kalau rapat juga sering terima pendapat kamu, terus-"

"Sayang."

Lili berhenti bicara saat Atlas memanggil.

"Iya?" jawabnya seperti anak kecil. Matanya menatap Atlas dengan penasaran. Membuat Atlas lagi - lagi hilang fokus dan berakhir tersenyum ada Lili.

"Aku cemburu." akunya. Lili memiringkan kepalanya. Masih memproses yang Atlas ucapkan. "Cemburu sama Aby?" tanya Lili lagi yang tentu saja langsung diangguki oleh Atlas. Tangan pria itu terulur mengacak puncak kepalanya karena gemas dengan Lili.

"Seingat aku, aku sama Aby gak ngelakuin apa - apa." cicit Lili yang sedang menyembunyikan rasa malunya.

"Kalian terlihat akrab sayang." perjelas Atlas dengan lembut. Masih dengan senyumnya yang tidak pernah singgah dari wajahnya.

Tiba - tiba Lili menjentikkan jemarinya, "Oh!" serunya dengan binar jahil. "Jadi itu alasan kamu lesu habis rapat waktu itu ya?!" tebaknya yang membuat Atlas tertawa.

Apa memang Lili selemot ini? Kenapa selalu banyak kejutan dari wanita cantik itu. Atlas jadi semangat untuk menantikan kejutan lainnya.

"Makanlah." suruh Atlas pada Lili. Lili memberikan senyum lebarnya dan kemudian dengan jahil menaik-turunkan alisnya. "Ciee..." godanya yang membuat Atlas terkekeh.

"Aku selalu mau punya pacar yang posesif loh. Tapi posesifnya yang masih dalam batas wajar ya. Soalnya kalau aku baca di buku fiksi atau nonton film romantis kayanya karakter yang seperti itu jadi lebih menggemaskan dan lucu." tutur Lili yang didengarkan oleh Atlas dengan seksama. "Eh...." serunya dengan nada mengayun yang membuat Atlas menunggu ucapannya.

"Sekarang malah punya versi aslinya. Limited edition cuma buat Heavenly lagi." nada Lili bicara benar - benar seperti anak usia lima tahun yang sedang menyombongkan boneka barbie barunya ke anak tetangga. Atlas jadi tersenyum sendiri, menyadari wanitanya itu bisa cosplay jadi apa saja.

"Lalu mau diapakan spesies limited edition ini?" tanya Atlas menanggapi Lili. Lili berpikir sejenak sebelum senyuman jahil muncul di wajahnya.

"Kalau disayang boleh?" Atlas tersedak. Kaget karena tak menyangka Lili akan menggodanya. Hey! Itu kan tugasnya! Namun tak ayal Atlas ikut tertawa demi menutupi dirinya yang sedang salah tingkah.

"Boleh dong." jawab Atlas memberi izin.

"Kalau dipeluk?" tanya Lili lagi dengan jenaka.

"Dicium juga boleh," tawar Atlas mengikuti alur permainan kekasihnya.

Lili terkekeh, "Kalau...." ucapnya menggantung, sedang mencari kosa kata apa lagi yang bisa ia katakan.

"Kalau aku nikahin sekarang aja gimana?" celetuk Atlas seraya mencondongkan wajahnya ke Lili.

Lili terdiam. Sial! Dia kecolongan start! Ah! Lili takut jantungnya keluar dari dadanya, tahu?!

"Ih! Curang! Gak boleh! Kan aku yang tanya kamu yang jawab." alibinya yang membuat Atlas tertawa.

Sesederhana ini. Bahagianya sesederhana ini. Dan rasanya Atlas tidak akan pernah merasa cukup untuk merasakan momen ini. Ia ingin seperti ini terus bersama Lili nya. Berbagi tawa bahkan hanya dengan percakapan ringan seperti ini. Atlas ingin Lili. Selamanya.

TBC

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang