Chapter - 54

3.1K 116 0
                                    

Entah bagaimana ceritanya hingga hari ini tiba begitu saja. Sejak tadi malam Lili kesulitan tidur karena rasa gugup yang menghinggapinya. Sudah lewat dari tiga hari juga ia dan Atlas tidak menjalin komunikasi. Sebenarnya Lili tidak begitu suka adat pingitan ini, tapi karena itu juga dirinya sadar seberapa rindunya ia pada pujaan hatinya itu.

Dengan mata yang sedikit mengantuk dan debar jantung yang semakin cepat setiap detiknya, Lili duduk di depan meja riasnya. Melihat dirinya yang sudah terbalut gaun yang dipilihnya. Dengan polesan make up yang sama cantiknya dengan gaunnya.

Sejak tadi tangannya meremas satu sama lain saking dinginnya. Sesekali perutnya mendadak terasa mulas karena gugup yang tak karuan. Suara pintu yang terbuka akhirnya membuat Lili menoleh.

"Hai sayang, cantik banget anak Mama." sapa Mama pertama kali begitu memasuki ruang riasnya. Tentunya tidak sendirian, namun diikuti juga oleh Papa dan kakaknya.

Entah dorongan dari mana namun Lili segera berhambur memeluk keluarganya itu secara bersamaan. Rasa sedih karena harus berpisah namun bahagia meliputi perasaannya.

"Nanti kamu harus nurut sama suamimu ya. Dengar semua ucapannya, layani dia sebaik - baiknya. Jangan nakal. Ok?" nasehat papa seraya membelai rambutnya.

Lili mengangguk, menatap Papanya dengan binar kasih sayang. Entah bagaimana seluruh kasih sayang yang ia terima sejak ia kecil berputar begitu saja dikepalanya. Bagaimana papanya menjadi cinta pertamanya dan bagaimana sosok itu selalu membimbingnya sekaligus melindunginga.

"Pasti pa. Lili gak akan nakal." ucapnya meyakinkan. Mama pun ikut terbawa suasana matanya mulai berkaca dan beralir mengusap tangan Lili berkali - kali dengan gerakan yang monoton. "Sering - sering main ke kita ya. Jangan lupain kita." ujarnya dengan nada yang bergetar.

Lantas Lili tersenyum, "Gak mungkin Lili lupain kalian. Lili akan datang terus kok. Lili usahain setiap minggu Lili datang sama Atlas." hiburnya pada sang Mama.

"Jangan lupa sering - sering ajak gue healing. Kan sekarang udah jadi istri konglomerat." timpal Kakaknya yang mengundang tawa.

Lili bersyukur diberikan momen ini. Sekali lagi ia disadarkan betapa berhaga kehidupannya. Terutama karena kehadian Mama, Papa, dan Kakaknya.

- - -

"Aku nikahkan dan kawinkan engkau Atlas Alistair William dengan putriku  Heavenly Nalini Calestia binti Yusuf Kusuma dengan maskawin seperangkat alat sholat dan sebuah hope diamond 45,52 karat, tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Heavenly Nalini Calestia binti Yusuf Kusuma dengan maskawin tersebut, tunai."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!!"

Lili menghela nafasnya lega begitu mendengar ijab kabul berjalan dengan lancar. Di sisinya Elle dan Meta mengusap bahunya untuk ikut menenangkan ketegangannya.

Kedua sahabatnya itu sontak berkaca - kaca karena bahagia sahabatnya menemukan jodohnya. Sedang Lili tak jauh berbeda, air matanya ia tahan agar tidak merusak tampilannya karena ia ingin memukau Atlas dengan penampilannya.

"Lili, selamat ya.. gue seneng banget!" Elle lebih dulu memeluknya diikuti Meta yang juga turut bergabung memeluknya.

"Makasi ya El, Ta." ucap Lili tulus seraya tangannya mengibaskan kedua matanya agar air matanya tak terjatuh.

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang