Chapter - 53

3.1K 113 0
                                    

Kalau Lili ditanya, momen tercanggung apa dalam hidupnya. Lili akan menjawab sekarang adalah salah satunya. Lili baru saja kembali dari walk in closet dengan kedua tangannya yang membawa satu setel baju santai dan juga sepasang kaus kaki.

Tanpa berbicara Lili langsung duduk di samping kaki Atlas, menyibakkan selimut yang dikenakan pria itu sampai sebatas kaki dan dengan telaten memasangkan kaus kaki pada Atlas. Semua gerakannya terekam jelas di kepala Atlas. Dan semua hal itu terlihat sangat tulus di matanya.

Setelahnya Lili menutupi kembali kedua kaki itu dengan selimut seperti di awal. Kemudian beranjak mendekat ke arah Atlas untuk memberikan setelan baju yang sudah ia bawakan. "Bergantilah, aku tidak akan mengintip." ucapnya yang langsung berdiri dan menghadapkan tubuhnya pada tembok, memastikan ia tidak mengintip sama sekali.

Atlas terdengar bergeser dari tempatnya. Sepertinya sedang menapakkan kakinya di lantai kamarnya. "Kamu boleh berbalik." ucap Atlas beberapa saat kemudian. Langsung saja Lili menurutinya.

"Atlas! Kamu bilang udah selesai! Cepat pakai bajunya!!" teriak Lili heboh begitu melihat Atlas masih dalam keadaan shirtless. Tangannya secara refleks langsung menutupi kedua matanya agar tidak melihat apa yang tersaji di depannya.

Dari tempatnya, Lili mendengar Atlas tertawa dengan geli, "Kan aku cuma suruh kamu berbalik, aku gak pernah bilang aku udah pakai bajunya sayang," jahil Atlas dengan nadanya yang menyebalkan.

"Ck! Cepat pakai!" omel Lili yang sebenarnya sedang menenangkan jantungnya. "Udah sayang." ucap Atlas setelahnya.

"Yakin?" tanya Lili memastikan. Atlas tertawa lagi dibuatnya langas berdeham sebagai jawaban yang akhirnya membuat Lili menurunkan tangannya dari atas matanya.

"Bukannya kamu emang mau liat?" celetuk Atlas yang sudah kembali ke posisinya. Diiringi dengan senyum jahil yang menyeringai ke arah Lili.

"Ih! Aku gak pernah bilang gitu!" kilah Lili dengan wajahnya yang tak setuju. Lagi - lagi Atlas hanya tertawa.

"Sabar ya sayang, satu minggu lagi kamu boleh pegang sepuasnya." Sekali lagi semburat merah berkunjung di wajah Lili. Mentang - mentang seminggu lagi mereka menikah! Dasar pria mesum ini! Masih sakitpun tetap menggoda Lili!

Lili baru saja ingin menanggapi sebelum ia terlebih dahulu terinterupsi karena suara ringisan yang keluar dari bibir Atlas dengan dahi pria itu yang mengernyit.

"Mau aku pijat?" tanya Lili dengan nadanya yang menyiratkan kekhawatiran dan perhatian. Atlas lantas menggeleng dan mengubah posisinya menjadi berbaring kembali.

Melihat Atlas yang sakit begitu, Lili jadi merasa sedih. Biasanya pria itu yang selalu menemani dan mengurusinya. Tapi hari ini, ia bahkan tidak mampu untuk mengurus dirinya sendiri. Hanya bisa berbaring di tempat tidur karena penyakit sialan yang datangnya di hari kencan mereka.

Dengan mengikuti kata hatinya, Lili pergi mendekat ke arah Atlas, tubuhnya ikut ia baringkan di sisi pria itu sembari tangannya memeluk pinggang Atlas dengan penuh kasih sayang.

"Sayang, jangan dekat - dekat nanti kamu ketularan!" tolak Atlas saat menyadari pelukan Lili. Dengan pelan pria itu juga mendorong tubuh Lili agar menjauh darinya.

Namun yang tertolak justru menggeleng dan mengeratkan pelukannya. "Ih kenapa sih aku mau peluk pacar aku." rengek Lili yang membuat hati Atlas menghangat.

"Sayang, nanti kamu sakit karena aku." tutur Atlas lagi berusaha meyakini Lili. Namun sekali lagi Lili menggeleng.

"Ck! Pasien ini kenapa bawel banget sih!" gerutu Lili dengan dagunya yang bertumpu pada dada Atlas. "Aku gak mau kamu ikut sakit Lili." tutur Atlas memberi pemahaman.

Bukannya menjauh, Lili yang nakal justru mencium Atlas yang membuat pria itu seketika mematung. "Kalau begitu biar aja. Supaya kamu ada yang temenin pas sakit." tutur Lili.

Seketika Atlas tersenyum dibuatnya. Lili memang selalu punya cara yang unik untuk menghiburnya. Tangan pria itu terulur membelai wajah Lili dengan penuh kasih sayang.

"Maaf ya, karena sakit kita jadi gak bisa ke pantai. Padahal pacar aku udah secantik ini." ujar Atlas dengan lembut. Lili menatap matanya yang sayu lantas mengukir senyumnya dan berkata, "Aku lebih sedih lihat pacarku sakit daripada gagal pergi ke pantai tahu?"

Mendengarnya Atlas terkekeh. "Sejak kapan kamu merasa gak enak badannya? Kemarin kamu pulang lebih awal karena sakit juga ?" pertanyaan Lili membuat Atlas meringis.

"Aku kira cuma sakit kepala biasa. Ternyata malah keterusan sakitnya." Tangan Lili terulur mengusap rahang Atlas. Namun tangannya yang lain justru mendaratkan sebuah cubitan di pinggang prianya itu.

"Sayang, kok aku dicubit?" protes Atlas seraya mengaduh kesakitan. "Itu karena kamu nakal. Seharusnya kamu bilang ke aku kalau kamu kurang fit." timpal Lili sedang Atlas masih meringis.

"Aku gak mau kecewain kamu cantik. Kan kita janji mau kencan hari ini." jelas Atlas yang membuat Lili berdecak. "Kamu justru lebih kecewain aku karena gak bilang kalau kamu lagi sakit." cerca Lili yang membuat Atlas terdiam.

"Kalau aku sakit, terus aku gak kabarin kamu, aku gak jawab telepon kamu, kamu marah gak?" tanya Lili lagi yang membuat Atlas mengerti arah pembicaraan mereka.

"Kamu gak boleh sakit sayang." jawab Atlas yang membuat Lili berdecak. "Kamu gak nyambung! Aku tanya a kamu jawab b." gerutu Lili sambil menahan rasa salah tingkahnya.

Atlas kemudian merentangkan kedua tangannya, bermaksud mengundang Lili untuk datang ke pelukannya. Seakan mengerti, Lili langsung memeluk Atlas. Pria itu mengusap surainya dan juga punggungnya dengan sangat lembut. Meskipun hawa panas tetap terasa dari tubuh pria itu.

"I'm so sorry." ucapnya dengan tulus. Lili hanya terdiam sembari menunggu kelanjutan ucapan dari Atlas. "Aku cuma bingung mau bilang ke kamunya gimana sayang. Aku gak mau kamu kecewa tapi aku juga gak mau kamu khawatir." jujurnya yang membuat Lili sekarang mengerti kenapa Atlas tidak mengabarinya.

"Di keadaan apapun, aku selalu mau tau kondisi kamu Atlas. Apalagi ini ada hubungannya sama kesehatan kamu. Aku punya tanggung jawab juga buat itu. Jangan begitu lagi ya? Hm?" Lili menatap mata Atlas yang juga terpaku pada maniknya.

Pria itu tersenyum dan mengangguk. Merasa bersyukur karena Lili bukan tipe wanita yang suka membesarkan masalah mereka.

"I promise." ucap Atlas dengan senyumannya dan tangan yang tak henti mengusap pipi Lili dengan lembut.

"Sekarang tidur. Kamu harus istirahat." titah Lili seraya tangannya merapikan selimut yang Atlas pakai.

Keheningan pun menyelimuti mereka. Tangan Lili senantiasa menyisir surai Atlas dengan jemarinya. Sesekali dahi Atlas dipijatnya. Sedang tangannya yang lain masih setia dalam genggaman Atlas.

"Makasih banyak sayang." gumam Atlas hampir berbisik dengan bibirnya yang mencium punggung tangan Lili. Masih dengan matanya yang terpejam.

Hati Lili menghangat dibuatnya. Dengan mengikuti hatinya, Lili pun mencondongkan tubuhnya dan mendaratkan sebuh kecupan di dahi Atlas yang masih terasa panas.

"My pleasure. Cepat sembuh Atlasnya Lili." ucapnya tulus dan akhirnya memutuskan untuk ikut berbaring disamping Atlas dengan tangannya yang memeluk pinggang pria itu.

TBC

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang