Tiga hari sudah Atlas tidak bersamanya. Perjalanan bisnis pria itu membuat Lili pertama kali merasakan betapa rindunya ia pada sosok pria tampan itu. Biasanya kesehariannya selalu diisi dengan kehadiran Atlas dan segala keromantisannya. Namun karena jarak dan waktu mereka hanya bisa berinteraksi lewat ponsel.
Hari ini Lili merasa kurang sehat. Kemarin ia melewatkan sarapannya karena terlambat bangun. Ini semua karena pekerjaannya yang menumpuk sehingga ia kelelahan. Tapi sayang seribu sayang, nasib seorang karyawan, Lili tetap harus bekerja hari ini karena kata Aby mereka harus menyambut klien baru yang akan rapat di kantor siang nanti.
Lili meletakkan tas dan botol minumnya begitu ia tiba di ruangannya. Hari ini ia akan mengawali harinya dengan sarapan bubur ayam dan secangkir teh sebelum ia meminum obatnya. Baru juga bokongnya ia dudukki, dering ponsel dengan layar yang menunjukkan panggilan video dari Atlas langsung tertera di layar.
"Good morning princess."
Atlas tersenyum lebar di layarnya. Pria dengan balutan kemeja putih dan jas hitam formal itu sepertinya sedang berada di mobil. Mungkin dalam perjalanan menuju suatu tempat.
Beberapa hari ini, Atlas memang selalu menghubunginya secara rutin. Pria itu akan menemaninya di pagi hari saat bersiap, saat jam makan siang, dan bahkan menemani Lili lembur.
Lili berani bilang bahwa Atlas adalah pria paling romantis seumur hidupnya. Caranya memperlakukan Lili seperti ratu membuatnya mengingat bagaimana ayahnya selalu memanjakannya. Bahkan sudah tiga hari ini juga Lili rutin menerima kiriman makan siang dan sebuket bunga dari kekasihnya itu.
"Good morning love"
Sapaan Lili itu seketika membuat senyuman Atlas semakin merekah. Namun tidak lama karena sepersekian detik setelahnya Atlas menyadari bahwa Lili tak sesemangat biasanya.
"Kamu sakit ya? Kenapa lemas sekali? Apa kamu kelelahan?"
Pertanyaannya mengundang senyum dari Lili. Hatinya menghangat luar biasa atas perhatian yang diberikan lelaki itu. Dulu, Lili tidak pernah menerima perlakuan seperti ini dari mantannya. Memang sih keduanya seperti langit dan bumi. Atlas adalah versi terbaik dari pria idaman yang selama ini ia bayangkan.
"Aku hanya sedikit mual karena melewatkan sarapanku kemarin."
Dahi Atlas berkerut, wajahnya melukiskan rasa khawatir begitu mendengar berita itu.
"Kemarin? Kenapa aku tidak tahu?"
Lili meringis, kemarin Atlas juga melakukan panggilan video seperti ini saat Lili sudah tiba di kantor. Tapi kemarin Lili tidak sempat memasak apapun untuk sarapan, karena terlambat ia bahkan tidak punya waktu untuk membeli sesuatu untuk dimakan. Alhasil ia melewatkan sarapannya begitu saja.
"Kamu sudah minum obat? Bagaimana dengan sekarang? Kamu sudah makan? Apa mau aku kirimkan makanan?"
Lili jadi merasa tak enak karena membuat Atlas yang disebrang sana merasa khawatir. Padahal saat mengantar prianya itu ke bandara Lili sudah berjanji untuk menjaga dirinya dan tidak membuat Atlas khawatir.
Lili mengangkat styrofoam buburnya dan menunjukkannya ke arah kamera.
"Aku sedang makan sekarang. Aku juga sudah membawa teh hangat dari apartemen. Setelahnya aku akan minum obatku."
Perkataan Lili itu tidak direspon apapun oleh Atlas. Pria itu sibuk memandangi wajahnya dan melihat gerak - gerik Lili.
"Apa pekerjaan kita masih banyak?"
"Bisa diselesaikan hari ini?"
"Kalau begitu kabari mereka aku ingin semuanya selesai hari ini."
"Siapkan jet ku juga untuk penerbangan nanti malam."
Lili menghentikan kunyahannya begitu mendengar Atlas berbicara pada sekertarisnya yang sedang menyetir. Raut tak senang masih terpatri di wajahnya hingga saat ini. Ck, pasti Atlas akan mengomelinya nanti.
"Sayang, aku baik - baik saja. Tidak perlu sampai seperti itu."
Cegah Lili yang semakin diliputi rasa tak enak. Salahnya juga karena tak menjaga dirinya dengan baik. Atlas menggeleng menanggapi.
"Mereka bilang bisa selesai hari ini."
Perkataan tegasnya itu masuk ke dalam pendengaran Lili.
"Maafkan aku ya. Salahku juga yang tidak bisa menjaga diriku dengan baik."
Wajah sendu Lili menghiasi layar Atlas. Sebenarnya ia tidak suka melihat Lili menyalahkan dirinya seperti ini. Hanya saja ia memang tidak bisa menahan rasa khawatirnya akan gadisnya itu.
"Kalau begitu biarkan aku yang menjaga kekasihku ini ya? Tunggu aku pulang. Aku akan mengurusmu sampai kamu sembuh."
Suara Atlas yang melembut itu menarik perhatian Lili. Lagi - lagi Atlas punya caranya sendiri dalam merespon suatu hal. Meskipun senyuman pria itu tidak secerah tadi.
"Li! Sepuluh menit lagi kita morning briefing ya. Buruan makannya!"
Suara itu datangnya dari Aby yang berteriak di pintu ruangannya. Lili dengan gelagapan langsung reflek menutupi layar ponselnya karena takut terlihat oleh rekan kerjanya itu. Merespon Aby, Lili hanya mengangguk dan berdeham pelan sampai akhirnya pria itu meninggalkan ruangannya.
"Kenapa takut sekali ketahuan sih?"
Suara Atlas yang terdengar dari airpodsnya itu membuat Lili tersadar dengan tindakannya. Ia langsung melihat kembali layarnya dna memposisikannya dengan baik seperti sediakala.
"Aku gak takut."
Sebuah decakan terdengar lolos dari bibir Atlas. "Lalu apa yang kamu lakukan barusan? Hm?" tanyanya. Sepertinya Lili memang ditakdirkan untuk merusak mood Atlas pagi ini.
"Aku hanya gak mau membuat mereka merasa gak nyaman saat bekerja kalau tau klien mereka adalah pacarku."
Jelas Lili bersamaan dengan sarapannya yang tandas. Tangannya sibuk mengambil obat untuk kemudian ia konsumsi. Setidaknya Atlas melihat dan memastikan sendiri bahwa Lili mengobati dirinya.
"Padahal tidak apa - apa kalau mereka tahu. Aku gak percaya Aby sayang."
Rajukan dari Atlas itu membuat Lili tertawa seraya menggeleng. Padahal sudah berulang kali Lili menjelaskan bahwa Aby dan dirinya hanya sebatas rekan kerja. Lagipula, untuk apa Lili tergoda? Dia sudah punya Atlas yang sempurna.
"Kalau begitu percaya saja padaku ya. Aku gak akan tergoda dengan pria manapun kok. Pacarku sudah sangat sempurna. Dia baik, tampan, dan romantis."
Diseberang panggilan Atlas menyunggingkan senyumannya. Meskipun samar Lili bisa melihat telinga pria itu berubah warna menjadi kemerahan.
Kemudian panggilan itu berlanjut dengan Lili dan Atlas yang saling memberitahukan agenda mereka di hari itu. Sebelum panggilan mereka harus terputus karena Lili harus menghadiri morning brief nya.
Dan disaat yang bersamaan, Lili dan Atlas menantikan pertemuan mereka malam ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...