Chapter - 52

3.1K 123 0
                                    

Terhitung sudah hampir satu jam Lili menunggu kedatangan Atlas di apartemennya dengan tampilan yang sudah sangat rapi dan cantik. Hari ini, mereka berjanji untuk pergi ke pantai untuk sekedar menghabiskan waktu bersama. Namun hingga sekarang pria itu masih belum menunjukkan batang hidungnya.

Lili tentunya sudah mencoba menghubungi pria itu berulang kali. Tapi sayang seribu sayang, Atlas pun berkali - kali tidak menjawab panggilannya. Dengan gusar Lili mendudukkan dirinya kembali pada sofanya. Sebelum akhirnya getaran ponselnya menunjukkan panggilan dari Bunda.

"Assalamualaikum Bunda," sapanya begitu panggilan ia jawab.

"Waalaikumussalam cantik. Lili, bunda mau info soal tunangan kamu."

Perkataan bunda lantas membuat Lili menegakkan tubuhnya. Seketika merasakan perasaan tak nyaman, takut jika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan pada kekasihnya.

"Iya Bunda? Atlas kenapa Bunda? Bunda tau Atlas dimana?" tanpa sadar Lili mengigiti kuku jemarinya. Kebiasaan lamanya jika sedang khawatir dan tidak tenang.

"Ini 'sayangnya kamu' ada kok di rumah. Cuma dia lagi jadi bayi besar. Dari semalam merengek dan meringis terus." bisik Bunda dari seberang sana.

"Kenapa bunda? Atlas baik - baik aja kan bun?" Lili menyambar kunci mobilnya. Lantas dengan tergesa keluar dari unit apartemennya dan berjalan menuju basement menggunakan lift.

"Dia lagi sakit, semalam badannya panas tinggi. Bunda udah suruh minum obat, tapi masih belum membaik."

Lili mendengarkan dengan diliputi rasa khawatir. Mereka masih bersama - sama hingga petang kemarin sebelum Atlas izin untuk pulang lebih dulu karena katanya ada yang harus ia kerjakan. Sekarang, Lili jadi berpikir mungkin saja pria itu sudah merasa kurang fit sejak kemarin dan beralasan kerjaan untuk pulang lebih awal.

"Tadi bunda habis dari kamarnya, bunda suruh dia makan tapi katanya gak mau karena dia mual. Terus bunda lihat dia pegang handphone tapi setiap bunyi gak dia jawab. Eh pas bunda intip ternyata menantu bunda yang telepon." tambah Bunda lagi.

"Bunda, Lili pergi ke sana sekarang ya. Maaf bunda, Lili gak tahu kalau Atlas sakit." dinyalakannya mesin mobilnya. Bergerak keluar dari gedung apartemen dan melajukannya di jalan raya menuju kediaman Atlas.

"Bunda rasa Atlas gengsi. Ini kan sakit pertamanya setelah sama kamu, pasti dia gak mau keliatan lemah deh tuh! Maklumin aja ya Lili, anak tante gak berpengalaman kalau soal wanita." mendengarnya Lili terkekeh, sedikit terhibur dengan nada bunda yang jenaka saat membicarakan anaknya sendiri.

- - -

Atlas kembali mengubah posisi tidurnya karena tidak nyaman. Kepalanya luar biasa pening seakan ada beban besar yang menimpanya. Tubuhnya panas dan ia merasakannya setiap kali ia menutup matanya. Tapi sialnya ujung jemari kaki dan tangannya justru terasa sangat dingin sampai ia sesekali merasa menggigil.

Atlas benci sakit. Apalagi hari ini ia sudah berjanji akan mengajak kekasih cantiknya pergi ke pantai untuk berkencan. Tapi harus kandas karena ia mendadak sakit seperti ini.

Sebenarnya Atlas bisa saja memaksakan dirinya untuk tetap pergi. Tapi rasa mual seakan perutnya sedang diaduk itulah yang membuatnya mengurungkan niatnya.

Merasa tak enak, alhasil membuat Atlas juga tak kunjung menjawab panggilan dari Lili. Pria itu... dia tidak tahu bagaimana harus mengatakannya kepada Lili. Kekasihnya itu pasti kecewa karena kencan mereka gagal hari ini.

Tok tok tok!

"Bunda... Atlas kan udah bilang gak mau makan." ucap Atlas yang lebih terdengar merengek begitu mendengar pintu yang terbuka dan merasakan seseorang duduk di sisi ranjangnya.

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang