Chapter - 37

4.2K 141 11
                                    

Tanpa mau menyapa Leo, Lili berjalan begitu saja melewati pria itu dengan langkah yang tergesa. "Jadi itu pacarmu?" suara Leo yang terdengar tepat dibelakangnya itu membuat Lili menghentikan langkahnya sebentar.

Namun, seakan menganggap Leo tak ada, kakinya melangkah lebih cepat untuk keluar dari lorong hotel itu. "Kamu sudah melupakanku?" pertanyaan Leo itu membut Lili mengeratkan kepalan tangannya. Muak rasanya mendengar si narsis itu berbicara seolah dunia hanya berputar pada dirinya.

"Atau dia hanya pelarianmu?"

Perkataan itu membuat Lili menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Leo. Merasa tak senang dengan apa yang dia dengar. Apa katanya tadi? Pelarian? Atlasnya tidak cocok dengan istilah rendahan itu.

"Jangan pernah berbicara buruk soal kekasihku." ancamnya dengan tatapan tak bersahabat. "Dan menjauhlah dariku. Get a life!" tambah Lili lagi.

"My life is nothing without you Heavenly." perkataan Leo itu membuat Lili mendengus. Dasar orang gila! Apa dia tidak punya malu setelah semua yang ia lakukan pada Lili?!

"You sound so pathetic. Aku merasa menang melihatmu sengsara seperti ini." ejek Lili yang sebal akan tingkah Leo itu.

Leo tidak membalas perkataannya. Matanya lama menatap Lili sebelum pandangannya teralih sebentar pada sebuah objek dibelakang Lili. Sebuah seringai muncul di wajah Leo.

"No, i'm the one who's win." ucapnya dan menarik lengan Lili dengan kasar kemudian mencium Lili dengan paksa.

Lili terkesiap dan hendak mendorong pria itu sebelum sebuah tarikan dipinggangnya lebih cepat memisahkan ciuman itu. Semuanya terjadi sangat cepat, sebuah tinjuan melayang ke rahang Leo membut pria itu sedikit berdarah.

Lili tidak bisa berbuat apapun. Dirinya mematung, merasa kembali dilecehkan seperti yang terakhir kali Leo lakukan padanya soal perkataannya tentang tubuh Lili. Atlas dengan tidak sabaran memukul pria itu berkali - kali sedang Leo hanya tertawa puas tanpa menunjukkan perlawanan.

"Am! Am! William!! Atlas!" panggilan yang terdengar dari Glen dan Max setelah perkelahian itu menjadi tontonan banyak orang akhirnya menyudahi aksi Atlas. Glen dan Max menahan kedua lengannya dan menariknya untuk menjauh dari Leo.

Dengan kasar Atlas menghempaskan pegangan kedua sahabatnya itu. Beranjak mendekat ke arah Lili yang masih termangu dengan bulir air mata yang sudah menghiasi wajahnya. Dengan hati yang sakit Atlas menyampirkan sebuah jas pada punggung wanitanya sebelum beranjak menyembunyikan wajah Lili di dadanya dan membawanya keluar dari hotel itu.

- - -

Tidak ada percakapan apapun yang tercipta selama Atlas dan Lili berada di perjalanan pulang. Atlas lebih memilih mengarahkan pandangnya ke jalanan didepannya daripada menatap Lili namun tak urung satu tangannya tetap menggenggam tangan Lili meskipun tangan itu terasa dingin.

Melihat ke arah Lili hanya membuat dadanya semakin panas saat terbayang dengan apa yang ia lihat beberapa menit lalu. Sesekali ia masih mendengar suara Lili yang menangis. Itulah mengapa jemarinya tak henti mengusap punggung tangan Lili.

Keheningan itu berakhir begitu keduanya sampai di apartemen Lili. Begitu pintu apartemen itu dibuka, Atlas dengan langkah gesitnya mengambil beberapa lembar tisu basah diatas meja makan gadis itu.

Kemudian berjalan kembali ke arah Lili dan mengusap bibir perempun itu berkali - kali dengan tisu yang ia genggam. Sedangkan Lili kembali menangis diperlakukan seperti itu. Bukan karena dia merasa Atlas merendahkannya tapi karena ia merasa bersalah pada kekasihnya itu.

Lili merampas tisu yang digenggam oleh Atlas sebelum membuangnya sembarangan dan menarik tengkuk pria itu untuk mendekat ke wajahnya berniat mencium pria itu untuk menghapus jejak Leo. Namun Atlas justru menjauhkan wajahnya dan menolak apa yang ingin Lili lakukan.

Membuat Lili merasa semakin frustasi dan kesal karena merasa semuanya rusak hanya karena Leo.

"Kamu jijik denganku?"

Atlas tidak mampu mengeluarkan suaranya.

"Aku tidak membalasnya sama sekali Atlas. Aku bersumpah. Aku tidak menginginkannya."

Lili bersuara lagi. Air mata sudah membanjiri wajahnya. Ia benci dirinya sendiri yang membuat Atlas kecewa seperti ini.

"Bicaralah!" sebuah pukulan melayang ke bahu Atlas. Lili lebih suka Atlas marah padanya daripada mendiamkannya seperti ini. Ia tidak menyangka pertengkaran pertama mereka akan serumit ini.

"Atlas bisakah kamu bicara? Aku benar - benar gila jika kamu mendiami aku seperti ini!" Lili semakin terdengar frustasi.

Gadis itu ketakutan, takut Atlas akan meninggalkannya karena kejadian ini.

"Atlas aku bersumpah tidak menginginkannya. Aku hanya mencintaimu kamu tau kan? Maaf karena aku mengecewakanmu Atlas. Aku benar - benar membenci diriku sendiri. Aku tidak suka situasi ini."

Lili mengusap air matanya dengan kasar. Sudah tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membuat Atlas berbicara.

"Kalau kamu memang merasa jijik denganku dan ingin meninggalkanku-"

Perkataan Lili terpotong saat Atlas mencium bibir ranum wanita itu dengan lembut namun menuntut. Lili membalasnya sepersekian detik selanjutnya, merespon semua lumatan itu dengan frustasi diiringi air matanya yang mengalir.

Tangan Lili mengalung erat di leher Atlas. Sedangkan kedua tangan Atlas memegang rahang Lili dengan tegas dan lembut seakan mengarahkan pergerakan yang ingin ia ciptakan.

Bulir bening mengalir dari mata pria itu yang membuat Lili semakin merasa sakit hati.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu princess."

Atlas mengatakannya dengan penuh keyakinan dan ketegasan. Tangannya mengacak rambutnya dengan frustasi. Jemarinya terulur menghapus air mata Lili yang membanjir dan berakhir dengan pelukan erat yang membaluti tubuh keduanya.

"Demi tuhan, aku tidak pernah sekalipun merasa jijik padamu princess. Aku hanya sedang memaki diriku karena tidak bisa menjagamu dengan baik." Mata keduanya saling berkaca - kaca.

"Im so sorry." Harusnya kalimat itu keluar dari bibir Lili. Namun justru Atlas yang mengatakannya seraya meraup wajahnya gusar.

Lili benar - benar tidak mengerti. Prianya itu... he's too good to be true. "I'm the one who needs to say that Atlas. I'm really sorry." Lili angkat bicara.

Keduanya larut dalam perasaan masing - masing sebelum akhirnya kembali meraup bibir satu sama lain dengan kasar. Berharap segala jejak Leo bisa hilang dengan cara itu.

TBC

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang