Chapter - 50

3.4K 137 0
                                    

Atlas mempercepat langkahnya keluar dari kantor wedding organizer mereka saat Lili beranjak keluar dari sana sebelum rapat mereka dengan para PIC pernikahan mereka selesai.

Dengan tergesa Atlas membuntuti langkah Lili yang sama cepatnya. Dari belakang, Atlas mendengar Lili sesekali berdecak. Entah karena apa, yang pasti sepertinya ini karena ulah Atlas yang pria itu pun tidak menyadarinya.

"Sayang, hei. Hati - hati nanti kaki kamu sakit." ucap Atlas saat berhasil meraih tangan Lili. Dilihatnya wajah calon istrinya yang masam itu. Wanita cantik itu sesekali menghindari pandangannya agar tidak bertemu dengan manik Atlas.

"Aku mau pulang." pinta Lili dengan suaranya yang tertahan. Atlas mengelus tangan Lili dengan lembut, "Kenapa? Kan rapatnya belum selesai." tanya Atlas.

"Aku mau pulang Atlas. Kamu dengar kan?" sekali lagi Lili memintanya. Matanya mulai berkaca - kaca dan suaranya mulai bergetar. Tanpa mengatakan apapun Atlas langsung memenuhi permintaan kekasihnya itu. Menggiringnya ke arah parkiran sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil pria itu.

"Sayang, aku ada salah ya?" tanya Atlas lagi saat mereka sudah duduk di dalam mobil. Lili tidak menjawab apapun. Memilih untuk memejamkan matanya setelah menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Merasa Lili tidak akan meresponnya, Atlas pun mengulurkan tangannya untuk memakaikan wanita itu sabuk pengaman seperti yang biasanya ia lakukan. Kemudian melajukan mobilnya menuju apartemen Lili tanpa bertanya apapun lagi.

Atlas mengekori langkah Lili begitu keduanya sampai di apartemen wanita itu. Langkahnya yang gontai terus mengukir tanda tanya di kepala Atlas. Sebenarnya kekasihnya itu kenapa?

"Sayang, jangan begini, ayo bicara." cegah Atlas begitu melihat Lili yang langsung ingin memasuki kamarnya.

"Nanti saja ya?" pinta Lili dengan lesu. Atlas lantas menggeleng. "Gak boleh sayang. Ayo selesaikan sekarang, ayo kita bicarakan sama - sama ya? You know being like this is not healthy for our relationship ." tegas Atlas dengan pandangannya yang serius.

"Tapi aku gak mau nangis." rajuk Lili yang memandang Atlas dengan matanya yang berkaca. Langsung saja pria itu menariknya dalam pelukannya. Membelai punggungnya berharap itu bisa menenangkan Lili.

"Kenapa kamu mau menangis sayang? Apa yang sudah aku lakukan? Maafkan aku karena gak menyadarinya ya?" Atlas kemudian membawa Lili ke arah dapur. Kemudian mengangkat tubuh wanita itu untuk kemudian ia dudukkan pada kitchen island dengan Atlas yang berdiri di depan Lili.

"Boleh kamu ceritakan sekarang princess? Please, let me fix this. Ok?" rayu Atlas lagi dengan nada lembutnya seraya mengusap kedua sisi wajah Lili. Di perlakukan sebaik itu oleh kekasihnya membuat Lili akhirnya menurut.

Bibirnya lantas mencebik mengingat alasannya bertingkah seperti anak kecil begini. "Aku kecewa karena kamu terlihat tidak se-excited aku saat merancang pernikahan kita." tutur Lili dengan jujur. Pengakuan itu sontak membuat hati Atlas mencelos dibuatnya.

"Saat memilih tema, kamu bilang terserah aku. Saat pilih undangan juga begitu. Tadi pun saat membicarakan cathering juga. Sebenarnya kamu mau menikahi aku atau tidak sih?" tambah Lili yang terdengar seperti menggerutu.

Pasalnya memang selalu begitu yang terjadi. Atlas selalu meresponnya dengan kalimat "its up to you princess." atau "choose anything that you like sayang." Lili jadi merasa mempersiapkan semuanya sendirian meskipun kehadiran Atlas selalu disisinya.

"Kamu tahu kan kalau belum terlambat untuk membatalkan semuanya?" ucap Lili dengan berat hati. Pandangannya ia alihkan untuk menjauh dari tatapan Atlas.

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang