Chapter - 64

2.8K 105 2
                                    

Lili mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Sebuah midi dress dengan motif bunga berwarna pink pastel baru saja membalut tubuhnya. Rambutnya yang ikal ia ikat setengah dengan pita sebagai pemanis.

Dirinya kemudian beranjak menuju meja riasnya. Memoleskan riasan sederhana pada wajahnya hingga tercipta no makeup-makeup look disana. Kemudian tangannya meraih parfumnya dan menyemprotkannya di pergelangan tangannya kemudian ia oleskan sebagian pada area lehernya.

Kakinya melangkah ke arah ranjang, mengambil tas puffed berwarna putihnya untuk ia sampirkan dipundaknya. Sebelum akhirnya aktivitasnya diinterupsi saat sebuah tangan melingkar lembut di pinggangnya.

Disana Atlas berdiri. Dengan manja menumpukan dagunya pada bahu Lili seraya sesekali mencium pipi Lili dengan sangat lembut. Pria itu juga sama rapinya, mengenakan sebuah kemeja berwarna putih dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka serta celana selutut yang senada.

"Cantiknya..." gumam Atlas sebelum beranjak memutar tubuh Lili menjadi menghadapnya. Lili lantas tersenyum manis seraya mengalungkan kedua tangannya pada leher lelakinya.

"Siapa yang cantik?" godanya dengan senyum yang tak tertahankan yang tak urung membuat Atlas ikut tersenyum. Kemudian Atlas mengecup bibirnya sekilas sebelum kembali menatap Lili tepat dimatanya terang - terangan.

"Istriku." jawabnya dengan senyuman yang sangat cerah. Lantas Lili menggumamkan thank you dengan berbisik. Kemudian tangannya terulur menata rambut Atlas yang sedikit mencuat ke sembarang arah.

"Aku harus selalu cantik untuk suami tampan ku ini, so he will fall in me over and over again. Bukankah begitu?" goda Lili dengan wajahnya yang jahil. Atlas justru menggeleng menanggapinya. Menciptakan kerutan jelas di dahi Lili karena responnya.

Atlas mendekatkan wajahnya pada Lili. Mengikis jarak diantara mereka, sebelum akhirnya menjawab dengan cara berbisik tepat didepan wajah Lili. "You dont have to do that kind of things. Cause i will always fallen for you over and over again in every breath i take."

"Gombal!" runtuk Lili seraya memukul pundak Atlas dengan pelan. Membuat Atlas tertawa geli karena melihat pipi Lili yang bersemu karenanya. Tanpa peduli Lili mempercepat langkahnya, memilih menjauh dari suaminya dengan langkah besarnya. Beranjak meninggalkan kamar mereka sebelum dirinya berubah semerah kepiting rebus karena gombalan suaminya.

"Sayang! It's true. Aku lagi gak gombal!" ucap Atlas sedikit berteriak yang juga berjalan mengekorinya. Sesekali suara kekehan pria itu masih terdengar di telinga Lili. Namun Lili pura - pura tak peduli dan memilih menuruni tangga dengan lebih cepat.

"Cepatlah! Jangan terlalu banyak menggoda aku, kamu belum membeli kado. Aku gak mau membuat Cia menunggu." gerutu Lili yang sebenarnya adalah salah satu triknya untuk mengalihkan pembicaraan.

- - -

Hari ini adalah akhir pekan dan tepat di hari ini pula Mba Kala dan Suaminya mengadakan pesta untuk merayakan ulang tahun anak mereka, Cia. Binar bahagia seakan tumpah-ruah dari sosok Atlas. Tentu saja karena dirinya senang dan tak sabar untuk bertemu Cia, keponakan kesayangannya itu.

Jangan lupakan banyak kardus mainan yang sudah tersampul kertas kado di bagasi mobil mereka, yang tentunya Atlas belikan untuk Cia. Sebenarnya Lili sudah punya kadonya sendiri. Wanita itu merajutkan sebuah bucket hat berwarna kuning pastel untuk Cia, dengan beberapa motif kupu - kupu sebagai pemanis.

Tapi Atlas tetaplah Atlas. Suaminya bilang, ini adalah kesempatannya yang hanya datang satu kali selama satu tahun untuk memberikan Cia banyak mainan. Karena selain hari ini, Mba Kala pasti akan menolak pemberiannya. Katanya, supaya Cia tidak menjadi anak yang manja.

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang