Chapter - 19

3.2K 113 0
                                    

Pagi ini tidak ada yang ingin Lili lakukan selain menggulung dirinya di dalam selimut tebal dengan tubuh yang meringkuk setengah lingkaran.

Kram perutnya selalu mengganggunya di awal - awal datang bulan. Dulu, Lili kira ia terkena penyakit. Karena orang - orang disekitarnya tidak ada yang mengalami gejala yang sama seperti yang ia alami.

Tapi ternyata setelah diperiksa ke dokter, kondisinya menunjukkan hasil normal. Jadi, tidak ada yang bisa Lili lakukan untuk tindak lanjut selain menerima nasibnya setiap bulan.

Hari ini Lili sengaja izin bekerja dari rumah. Semalam ia sudah menghubungi Aby. Dan tentunya rekan kerjanya itu mengerti karena ini bukan pertama kalinya Lili izin seperti itu.

Jam menunjukkan pukul delapan pagi saat suara pintu apartemennya terdengar baru saja dibuka. Sebuah kecupan mendarat di pelipisnya. Pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah Atlas.

"Besok kamu bekerja?" tanya Lili saat mobil Atlas terparkir di lobby apartemennya. Lelaki itu mengerutkan dahinya. Seingatnya besok masih hari selasa kan?

"Kenapa? kamu ada keperluan?"  jawab Atlas balik bertanya. Lili meringis dan menggaruk tengkuknya canggung.

"Kamu benar - benar gak peka ya." nilainya dengan mata yang memincing.

Kemudian seakan terimgat perkataan Elle dan Meta. Atlas langsung menunjukkan senyumannya.

"Kamu mau aku temani?" tanya Atlas dengan nada jahilnya. Ditempatnya Lili menghilangkan kegugupannya dengan beberapakali berdeham.

"Aku bisa mengerjakan pekerjaanku dari jarak jauh jika kamu memintanya." tambah Atlas yang membuat Lili menoleh. Lantas saja tangannya terarah untuk mencubit pinggang Atlas pelan karena mengetahui modus lelaki itu.

"Pin apartemennya 656510." ucap Lili tanpa mengindahkan apa yang Atlas perintah padanya. Wanita itu kemudian membuka sisi pintunya dan keluar dari mobil itu.

"656510. Jangan lupa!" ujarnya sekali lagi sebelum menutup pintu mobil Atlas dengan Atlas yang masih tersenyum lebar.

"Sayang!" panggil Atlas yang membuat Lili mengurungkan niatnya untuk menutup pintu mobil itu.

"No kiss?" tanya pria itu sembari menunjuk pipinya. Lili menjulurkan lidahnya jahil, "Kamu bisa mendapat ciuman sepuasnya esok hari. 656510. Jangan lupa!" ucap wanita itu sekali lagi sebelum akhirnya menjauh dari mobil Atlas.

"Enggh" Lili melenghuh begitu tidurnya terusik karena kecupan Atlas. Sedangkan Atlas sudah memposisikan dirinya di pinggir tempat tidur dengan tangannya yang menelusuri surai Lili.

Lili membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah Atlas tanpa membuka matanya. Kemudian tangannya terulur menarik pinggang Atlas untuk memeluknya. Tanpa ragu kepalanya ia pindahkan ke atas pangkuan Atlas dan wajahnya ia benamkan pada perut pria tampan itu.

Dengan sayang, Atlas meninggalkan sekali lagi kecupan di pelipis Lili.

"Coba lihat aku bawa apa" ucap Atlas yang membuat Lili membuka matanya. Mendapati sebuket bunga dan beberapa camilan manis juga hot pad yang diletakkan tidak jauh dari posisi mereka.

"Hmmmm. You're the best." rancau Lili masih setengah sadar. Namun senyumnya tersungging saat merasakan kasih sayang Atlas.

"Kamu mau sarapan apa hari ini? Aku akan membuatkannya." tanya Atlas lagi sembari menikmati wajah cantik Lili yang terlihat polos tanpa polesan make up sedikitpun.

"Aku mau kamu aja." jawabnya manja yang mengundang tawa Atlas. "Apa aku boleh merasa tergoda?" tanya Atlas dengan jahil. Lili menggeleng di perut Atlas.

"Tidak boleh. Tidak baik mengambil kesempatan dalam kesempitan begitu." gumam wanita itu lagi. Atlas tertawa karenanya. "Kalau kamu? Bukankah kamu sedang melakukan itu sekarang?" goda Atlas yang membuat Lili langsung menatapnya.

"Gak. Itu gak berlaku untukku." bela Lili. Hidungnya lantas saja dicapit oleh Atlas menggunakan kedua jari pria itu.

"Ayo bangun, aku akan buatkan kamu sarapan." ajak pria itu lagi seraya menggerakkan tubuh Lili. Lili menggeleng justru kembali mengeratkan pelukannya di perut Atlas.

"Gak mau. Sakit. Aku gak laper. Disini aja." rajuk Lili seperti anak kecil. "Kamu yakin?" ujar Atlas memastikan.

Lili mengangguk, "Ayo sayangi aku lagi. Usap kepalaku lagi." titah Lili dengan matanya yang kembali tertutup.

Tanpa protes Atlas melakukannya. Penuh kasih sayang dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Baru kali ini ia merasa senang direpotkan seperti ini.

Ternyata benar kata Elle dan Meta. Kekasihnya itu seketika berubah menjadi bayi manja di hari kedua datang bulan. Dan Atlas, menyukai itu lebih dari segalanya.

TBC

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang