Atlas sekali lagi melirik pada istrinya diam - diam dari balik kemudi. Sejak Atlas menjemputnya dari kantor tadi, wanita itu lebih banyak diam dan melamun dengan siku kirinya yang bertumpu pada kaca mobil di sampingnya.
Biasanya, setiap kali Atlas menjemput Lili, wanita itu akan berceloteh sepanjang perjalanan tentang harinya atau hanya sekedar menyalakan musik dan mulai berkaraoke hingga Atlas tertawa geli setiap kali wanitanya gagal mencapai nada tinggi. Tapi sore ini, Atlas tidak menyaksikan itu semua.
Tangannya terulur untuk meraih tangan kanan Lili yang menganggur di paha wanita itu. Gerakannya membuat istrinya itu terkesiap seakan baru saja ditarik dari apapun yang sedang wanita itu pikiran.
"Are you ok sayang?" tanya Atlas pada akhirnya. Saat ini, matanya benar - benar terpusat penuh pada Lili. Sedikit-banyak merasa khawatir atas perilaku Lili sore ini. Lili tidak berkata apapun, ia hanya menghela nafasnya pelan sebelum akhirnya menoleh ke arah suaminya dan tersenyum lalu mengangguk samar seakan menjawab bahwa ia baik - baik saja.
"Kamu gak enak badan?" tanya Atlas lagi. Entah mengapa jadi sangat merindukan suara istrinya saat ini. Sekali lagi Lili tak bersuara dan hanya menggeleng sebagai jawaban.
Kemudian tangan kiri Lili yang tadinya menjadi tumpuan kepalanya untuk bersandar lantas turun untuk meraba tuas kursi yang ada pada sisi kirinya. Gerakannya itu membuat sandaran kursi yang didudukinnya menjadi lebih rendah sehingga posisi Lili ikut berubah menjadi setengah berbaring.
Lili kemudian menarik tangannya yang sebelumnya digenggam oleh suaminya. Beranjak melipat kedua tangannya di depan dada sebelum bersuara untuk pertama kalinya sejak ia memasuki mobil, "Boleh tolong bangunkan aku kalau kita sudah di rumah?"
Atlas memperhatikannya, menatap manik mata Lili yang tak secerah biasanya. Dan Lili menyadarinya. Wanita itu langsung memejamkan matanya dan menoleh ke sisi kiri sehingga pendangan Atlas terputus begitu saja.
Atlas tahu ada yang sedang mengganggu pikiran istrinya itu. Tapi, Atlas tidak mau memaksa Lili untuk menceritakannya sekarang juga. Pasti sangat melelahkan apalagi si cantik itu baru saja pulang bekerja.
Jadi, tidak ada pertanyaan yang Atlas layangkan lagi pada istrinya. Pria itu memilih untuk mengulurkan tangannya pada puncak kepala istrinya dan mengusapnya lembut, sebelum berkata, "Tidurlah, nanti aku bangunkan begitu sampai." katanya seraya meninggalkan kecupan ringan pada pelipis wanitanya.
- - -
Hari ini sepertinya memang bukan hari keberuntungan Lili. Pasalnya, besok adalah ulang tahun suaminya dan tentu saja Lili sudah menantikannya sejak lama sekali. Di benaknya, ia sudah menyiapkan ini dan itu untuk membahagiakan Atlas.
Ini sudah lewat dua bulan sejak acara ulang tahun Cia, dan selama itu pula Lili berdoa dan berharap jika setidaknya akan tumbuh janin di rahimnya sehingga ia bisa memberikan Atlas kabar gembira itu sebagai hadiah ulang tahunnya. Tapi sepertinya, dewi fortuna belum berpihak padanya.
Umur pernikahannya sudah bukan seumur jagung lagi, tapi Lili sudah merasa stress perihal anak. Sebenarnya Lili tidak mau pemikiran jelek seperti ini merusak harinya, tapi semua hal itu terlintas begitu saja dibenaknya bahkan disaat ia tidak ingin memikirkannya.
Lili tahu, banyak wanita yang juga merasakan hal yang sama dengannya. Bahkan ada yang lebih lama juga daripada dirinya. Tapi Lili tetaplah manusia biasa, yang seringkali kesehariannya dipengaruhi oleh perkataan dan praduga orang disekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...