Chapter - 66

1K 44 2
                                    

Hai! Surprise double up in one day?! Why not? Tadinya aku mau update beberapa hari lagi, tapi serius deh, komen dari kalian itu mood booster banget untukku. Jadi langsung aja aku update next chapternya ya!

Chapter ini aku dedikasikan untuk salah satu pembaca setiaku @silfapasoloran_ yang selalu ramaikan hampir setiap chapter ceritaku dengan komentarnya yang menyemangati aku. Terimakasih silfa! Semoga kamu bahagia dan sehat selalu ya!

Banyak sekali pembaca ku lainnya yang juga gak bisa ku sebutkan satu persatu, tapi percayalah, hal itu gak mengurangi sedikitpun rasa sayang dan bersyukurku atas kalian yang selalu mendukungku melalui cerita ini. Salam sayang, author 💙

Happy reading!!

- - -

Kepala Lili terasa pening saat dirinya bangun dari tidurnya. Tangan Atlas masih melingkar di pinggangnya dan wajah Lili masih berada tepat didepan dada pria itu. Akibat terlalu banyak menangis semalam, kepalanya seakan sedang ditimpa oleh sesuatu yang berat. Hidungnya pun jadi tersumbat sekarang.

Jemari Lili terulur untuk mengikuti setiap garis wajah tampan suaminya. Senyum tipisnya terbit saat menyadari hari ini suaminya berulang tahun. Tindakannya membuat manik coklat suaminya itu terlihat, mata favoritnya itu menatapnya dengan sangat dalam sebelum tangan Atlas ikut terulur dan mendarat di pipinya.

"Happy birthday Mas." ucap Lili dengan senyuman manisnya. Atlas ikut tersenyum dibuatnya. Meskipun matanya tidak bisa berpaling dari sembabnya mata istrinya akibat tangisnya tadi malam.

"Terimakasih cantik." ucap Atlas seraya menekan bibirnya untuk bertemu dengan bibir Lili. Atlas kemudian menarik Lili ke dalam pelukannya berharap semua kesedihan istrinya bisa terangkat karenanya.

"Ayo doa dulu," ajak Lili yang kemudian dipenuhinya. Keduanya menghadap ke langit - langit. Mengangkat kedua tangan mereka sebelum memejamkan mata dan merapalkan doa di hati masing - masing.

Tapi, Atlas memutuskan untuk tidak berdoa untuk dirinya pagi itu. Di dalam doanya hanya ada istrinya. Harapannya semoga istrinya itu tidak bersedih lagi dan sembuh dari apapun yang memberatkan hatinya.

Cup!!

Kecupan di pipinya membuat Atlas membuka matanya dan melihat Lilinya yang sudah berubah posisi menjadi duduk dengan tiga kotak kado yang sudah berada dipangkuannya.

"Lama banget doanya? Mas pasti minta banyak - banyak ya?" goda Lili dengan suaranya yang serak. Atlas tersenyum karena senang mendengar istrinya berceloteh kembali.

"Ayo dibuka! Ini kado dari aku, semoga Mas suka ya," kata Lili lagi seraya menyerahkan kotak di tangannya pada Atlas. Suaminya itu merespon dengan sangat bahagia saat setiap kotak yang diterimanya ia buka satu persatu. Lili tersenyum samar lagi, padahal kado yang diberikannya hanya barang sederhana yang pasti pria itu bisa membelinya sendiri dengan uangnya.

"Wah!! Bagus banget sayang! Aku suka banget! Makasi ya." ucap Atlas dengan antusias seraya membawa Lili ke dalam pelukannya.

Tapi sial seribu sial, pelukan itu justru membuat Lili kembali menangis. Andaikan Lili bisa mengisi salah satu kotaknya dengan sebuah alat kehamilan bergaris dua, pasti suaminya akan lebih senang lagi kan?

Mendengar suara isakan Lili di telinganya membuat Atlas langsung menghentikan apa yang sedang ia lakukan. Dilepaskannya pelukannya pada Lili dan dipandanginya wajah istrinya itu yang kembali menangis seperti tadi malam. Atlas sekali lagi menghela nafasnya. Sudah waktunya ia bertanya sebab dibalik istrinya menangis.

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang