Keheningan di dalam lift menyelimuti Lili dan Atlas yang sedang berada di dalamnya. Rasanya Lili sangat malu sekarang. Entah kerasukan hantu dimana sampai dia menangis seperti tadi.
Ah! Lili gak mau bayangin itu!
Tapi liat pria tampan itu. Dia bersikap santai dan seperti biasanya. Seperti tidak terjadi apa - apa. Padahal sejak tadi tangannya tidak berhenti menggenggam tangan Lili dengan erat.
Saking berdebarnya jantung Lili, gadis itu sampai takut kalau Atlas bisa mendengarnya. Ah! Please! Kejadian di parkiran tadi saja sudah cukup memalukan.
Pintu lift terbuka di lantai 17. Lili berjalan lebih dulu sehingga ia seolah sedang menarik Atlas dibelakangnya. Langkah keduanya terhenti saat Atlas memilih melepaskan jaket berwarna khakinya dan mengikatnya tepat di pinggang Lili.
"Sepertinya kamu datang bulan." ucap lelaki itu santai sembari membuat simpul di pinggang Lili.
Sialan! Lili benar - benar malu sekarang!
- - -
"Lili, ini pembalutnya." suara Atlas terdengar dari luar pintu kamar mandi. Sepertinya Tuhan memang sedang berniat mempermalukan Lili. Stock pembalutnya habis dan Lili terpaksa meminta bantuan Atlas untuk membelikan benda itu.
Untungnya pria itu mau menolongnya bahkan tanpa berpikir panjang ia langsung keluar menuju minimarket yang terletak di lantai bawah apartemen ini.
Lili keluar dari kamar mandi setelah selesai dengan urusannya. Matanya mencari keberadaan Atlas yang ternyata sedang duduk di kitchen bar nya sambil memegang ponselnya.
"Hei. Sudah selesai?" Atlas menoleh sebelum Lili sempat menyapanya. Tangan lelaki itu menuju ke pinggang ramping Lili dan menariknya untuk mendekat.
"Ini, aku belikan coklat dan camilan lainnya. Ada hot pad dan obat pereda nyeri juga kalau kamu membutuhkannya." Atlas menyodorkan kantung belanjaannya dengan semangat.
Melihat isi belanjaan itu membuat hati Lili menghangat. Mendapati sikap romantis Atlas yang ia tunjukkan tanpa malu - malu rasanya sangat menyenangkan.
"Oh iya, ini. Aku juga membelikan bunga. Mau aku bantu letakkan di dalam vas?" tanya Atlas lagi seraya memandang Lili dengan mata yang menyorotkan kasih sayang.
Bukannya menjawab, Lili justru mencondongkan tubuhnya ke arah Atlas. Kemudian tangan mungilnya melingkar di pinggang pria itu dan berakhir dengan Lili yang memeluk Atlas seraya menguburkan wajahnya di ceruk leher pria itu.
Lili tidak mengatakan apapun setelahnya. Begitupun dengan Atlas yang sekarang lebih memilih ikut memeluk Lili sembari mengusap lembut punggung wanita itu dengan gerakan naik turun.
"Kamu baik - baik saja? Apakah perut kamu keram? Apa ada lagi yang bisa aku lakukan?" tanya Atlas pada akhirnya setelah keheningan cukup lama menyelimuti mereka.
Dari pendengarannya Atlas merasakan Lili menggeleng. "Aku malu." gumam Lili dengan suaranya yang kecil.
"Kenapa malu?" Atlas bertanya seraya membelai surai Lili. "Karena kejadian di basement dan pembalut." bisik Lili yang membuat Atlas terkekeh.
"Kenapa harus malu? Aku senang melihat sisimu yang lain." ujar Atlas menenangkan. "Lagipula, caramu mengajakku berpacaran tadi cukup unik. Aku akan pastikan untuk mengingatnya seumur hidup." tambahnya lagi.
"Aku gak ajak kamu pacaran!" kilah Lili tak terima. Sekarang wajah bersemunya sudah terpampang jelas didepan wajah Atlas. Membuat lelaki itu mati - matian menahan diri untuk tidak mencubit pipi yang memerah itu.
"Kan tadi kamu yang bilang mau pacaran." goda Atlas lagi. "Iya.. aku kan cuma bilang mau. Gak ada ajak kamu pacaran... kan?" kilah Lili lagi lagi yang mengundang tawa Atlas.
"Aku punya permintaan" ujar Lili dengan wajahnya yang serius. "Anything" respon Atlas dengan senang hati.
"Kamu harus ceritakan semua tentang kamu. Aku mau tau siapa pacarku." gumam Lili dengan suara yang semakin mengecil.
Atlas tersenyum lebar. "Tentu saja boleh. Tapi kamu juga harus melakukan hal yang sama setelahnya. Ok?"
Lili mengangguk. Mencari posisi terbaik dan ternyaman untuk menyimak perkataan pacarnya.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomansaWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...