"Gak! Pokonya gak boleh! Please, jangan tinggalin gue ya!" wanita cantik dengan surai hitam legam bernama Havenly itu sedang memohon pada sahabatnya, Brielle dengan wajah yang memelas.
Saat ini keduanya sedang berada di kafe tempat mereka biasa bertemu. Baru saja Brielle bercerita jika seorang pria sedang mendekatinya. Sahabatnya itu bercerita dengan sangat sumringah dan salah tingkah.
"Duh please deh Li... Kalo pun gue beneran jadian sama tuh cowok ganteng, gue ga bakal ninggalin lo kok!" respon Elle - nama panggilan Brielle - sembari menggulirkan matanya jengah.
Pasalnya, sejak Lili - nama panggilan Havenly - dan Elle putus dengan pacar terakhir mereka, Lili seakan ketakutan ditinggal jomblo sendirian.
Pikirnya, setidaknya kalau Elle masih jomblo dia jadi punya kawan untuk menikmati dunia jomblowan jomblowati ini. Iya kan?
"Ah gue gak percaya!" sergah Lili sembari memukul meja yang cukup menarik perhatian para pengunjung kafe itu. "Denger ya Elle, dulu Meta juga bilang gitu! Sekarang mana coba? Isi instagramnya aja sama pacarnya semua. Dia jadi jarang chat gue juga. Masa lo tega sih ninggalin gue dan lulus dari asrama jomblo kita?"
Mendengar alasan Lili, Elle menjadi meringis. Apa yang dikatakan Lili memang sebuah fakta sih. Meta, yang juga sahabat mereka sangat sulit untuk diajak kumpul sejak memiliki kekasih.
"Ya tapi kan itu wajar Li, masa Meta mau main sama lo terus. Dia kan juga harus bangun chemistry sama si Julio." kilah Elle.
"Tuh kan lo bela Meta! Ah udah pokonya gue ga kasih restu kalo kalian beneran jadian nanti." rajuk Lili. Seketika Elle melemparinya dengan sebuah gulungan bekas tisu yang ada diatas meja.
"Heh! Dulu pas lo baru jadian sama si Leo juga lo begitu! Ngacangin gue sama Meta. Serasa dunia milik berdua dan yang lainnya ngontrak." timpal Elle lagi.
"Nah justru itu El! Karena gue pernah ngalamin jadi gue tau apa yang bakalan kejadian sama lo! Lo kan dulu juga gitu pas sama si Vero! Ah lagian ngapain juga sih lo ungkit si Leo lagi! Bikin bad mood aja." wajah cantik Lili seketika berubah menjadi cemberut. Hal yang paling malas ia bahas adalah mantannya itu. Wajar kan kalau dengar namanya saja sudah buat suasana hatinya jadi jelek?
"Hai guys!!! Lama ya?"
Seorang wanita lainnya datang menyambangi meja mereka. Itu Meta, dengan dress midi nya yang berwarna pastel dan bando di kepalanya yang berwarna senada.
"Ck, buruan deh kasih tau lo kenapa suruh kita kesini? Gue kira lo udah lupa sama kita." jutek Lili sekenanya.
Meta langsung melirik ke arah Elle, "Lo bahas cowok itu lagi di depan dia ya?!" tuduhnya. Elle hanya mengedikkan bahunya, "Iya lupa, kelepasan. Sorry deh."
Seketika Meta langsung meletakkan sebuah amplop yang sejak tadi ia simpan di tasnya ke atas meja. Masing - masing satu untuk Lili dan juga Elle.
Julio & Meta
Tulisan diatas amplop itu langsung membuat Lili dan Elle membuka kertas itu dengan kecepatan maksimal. Membacanya baik - baik dan dengan teliti sebelum akhirnya mereka saling memandang dan berucap,
"Ah... Metaa!! Congratulations!!!"
Lili dan Elle sontak memeluk Meta dengan perasaan bahagia. "Beneran kan ini lo nikah?" tanya Elle yang diangguki langsung oleh Meta sembari tersenyum sumringah.
"Lo gak lagi hamil kan Ta?" tanya Lili dengan wajah seriusnya. Langsung saja Meta menghadiahinya dengan sebuah tepukan pelan di kepalanya. "Sembarangan!"
Mereka masih dalam suasana bahagia sampai akhirnya Lili terdengar merengek dengan matanya yang mulai berair.
"Heh! Kenapa lo?!" tanya Elle.
"Li... lo seseneng itu gue nikah ya?" tanya Meta juga yang mulai ikut terharu.
Tapi justru gelengan yang menjawab pertanyaan Meta. Sebelum akhirnya Lili berkata, "Huaaa, Elle apa gue bilang! Pokonya lo gak boleh pacaran dulu! Jangan tinggalin gue kaya Meta." rengeknya.
Mendengar itu langsung saja Lili menjadi sasaran kedua sahabatnya. Dasar Lili, sampai kapanpun si manja itu gak akan pernah berubah!
- - -
Setelah pulang dari bertemu Elle dan Meta. Lili singgah ke supermarket terdekat kafe. Niatnya, ia ingin membeli beberapa cemilan dan makanan untuk kucing peliharaannya. Itulah sebabnya sekarang dirinya sedang mengantri untuk menunggu giliran membayar.
"Totalnya jadi 179.000, kak." ucap sang kasir begitu belanjaan Lili dimasukkan kedalam plastik.
"Pake qris ya Mba." ucap Lili. Namun begitu ia mencoba untuk melakukan pembayaran sayangnya ponselnya terus mengatakan bahwa transaksinya gagal bahkan ketika Lili mencobanya berkali - kali.
Lili kemudian mengambil tasnya, melihat isi di dalamnya untuk mencari dompetnya namun sialnya barang itu tidak ia temukan. Bertepatan dengan itu juga Elle meneleponnya.
"Woi Li! Gimana sih ini dompet lo masih di gue! Ketinggalan nih!"
"Yaampun iya iya sorry gue lupa banget El. Lo kenapa ga ingetin juga sih? udah tau gue pikun. Yaudah gue susul lo deh." ucapnya dan langsung mematikan panggilan setelah mengetahui keberadaan Elle.
"Mba maaf, gak jadi. Dompet saya ketinggalan. Maaf ya Mba." ucapnya tak enak pada sang kasir. Lagipula Lili juga merasa kasihan dengan orang - orang dibelakangnya yang menunggu giliran.
Jadilah Lili melangkahkan kakinya keluar supermarket dan menuju mobilnya. Namun baru saja ia akan menutup pintu mobilnya, seseorang justru menahan pintunya.
Seorang pria tinggi dengan postur sempurna dan wajah yang dipahat tanpa cacat. Sepertinya tuhan menciptakannya ketika sedang bahagia. Tapi tunggu! Lili tidak kenal pria ini. Sebab itulah situasi ini membuatnya menjadi kebingungan.
"Siapa...?" tanya Lili polos dengan dahinya yang berkerut.
"Maaf kalau kurang sopan. Aku cuma mau kasih ini." ucap pria itu lagi sembari menyodorkan sebuah plastik dengan logo supermarket yang baru ia kunjungi.
Lili mengintip isi plastik itu. Mengenalinya dengan betul bahwa isinya adalah mantan belanjaannya yang tadi sudah ia kembalikan ke kasir.
"Eh.. tapi aku- saya gak jadi beli Mas. Saya udah balikin ke kasirnya kok tadi." ucap Lili sembali menolak uluran plastik itu dari si pria tadi.
Pria didepannya justru tersenyum dengan hangat. Sebelum akhirnya justru meletakkan plastik tersebut ke kursi kemudi mobil Lili yang memang masih terbuka.
"Gak apa. Aku sengaja bayarin tadi." timpal pria itu santai.
Hah? Situasi apa sih ini sebenernya? Kok Lili jadi bingung ya?
"Eh tapi-"
"Gak apa. Kasian kucing kamu, siapa tau mereka udah kelaparan kan?"
Lili masih diam saja sebelum akhirnya pria itu beranjak ke mobil yang terparkir tepat disebelah mobil Lili. Sebuah mobil yang cukup mewah yang Lili yakin harganya fantastis.
"Oh iya. Namaku Atlas. Senang bisa ketemu kamu." ucap pria itu lagi sebelum akhirnya menghilang masuk ke dalam mobil hitam maskulinnya dan meninggalkan area parkiran itu dengan Lili yang masih kebingungan.
"Hah?"
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...