Atlas, pria itu benar - benar membuktikan keseriusannya. Hanya butuh waktu singkat hingga pria itu datang ke rumah Mama dan Papa Lili dengan membawa keluarga besarnya. Dan disinilah mereka berada sekarang, duduk bersama di ruang tamu kediaman keluarga Lili yang terasa sangat hangat dan intim.
Pandangan Atlas tidak pernah terlepas dari kekasihnya. Lili, wanita itu terlihat sangat cantik dalam balutan dress lacy berwarna putihnya. Gaun itu terlihat sangat cocok dengannya dan warna putih dari kainnya membuat kulit Lili lebih bersinar.
Lili duduk didampingi kedua orang tuanya ditambah dengan kehadiran kaka perempuannya dan juga beberapa keluarga besar lainnya yang belum Atlas kenal secara dekat.
Tidak jauh berbeda, di lain sisi, Lili menatap Atlas dengan malu - malu. Pasalnya, tatapan pria itu terasa sangat melekat dengannya sejak acara dimulai beberapa menit yang lalu. Pria itu terlihat sangat menawan dengan balutan jasnya yang terlihat licin dan rapi itu.
"Selamat pagi semua. Perkenalkan saya Atlas. Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk melamar Lili secara resmi dan mengajaknya untuk menuju ke jenjang yang lebih serius." Atlas berbicara dengan kaku. Di sampingnya Bunda, Ayah serta Axel dan Alex menahan tawanya.
"Kak! Yang bener dong! Kaku banget kaya kanebo." bisik Axel di telinga Atlas yang justru membuat pria itu semakin gugup.
"Ck! Bikin malu gue aja." celetuk Alex dengan berbisik.
Untungnya hanya mereka yang mendengarnya. Suasana begitu hening saat ini, tidak ada respon apapun hingga beberapa detik berlalu. Akhirnya Atlas dengan tangannya yang mulai dingin memberanikan dirinya untuk menatap ke arah Lili dan kedua orang tua gadis itu.
Namun justru yang didapatinya adalah wajah Lili yang sama gugupnya, berbanding terbalik dengan ekspresi Mama dan Papa Lili yang terlihat menahan senyumannya.
"Gak perlu terlalu kaku begitu Nak. Kan kita sudah mau jadi keluarga." ucapan itu adalah hal pertama yang didengar Atlas yang berasal dari Papa Lili. Pria paruh baya itu menatapnya dengan jenaka.
Ck! Kemana semua kepercayaan diri dan keberaniannya ya? Atlas tidak menyangka berbicara didepan publik akan seberat ini saat melamar Lili. Padahal ia sudah terbiasa melakukan hal itu dalam kesehariannya.
"Kami terima kedatangan Nak Atlas ke kediaman kami. Saya pribadi merasa sangat senang karena Atlas benar - benar membuktikan keseriusannya hari ini." lanjut Papa yang sedikit demi sedikit membuat Atlas lebih santai meskipun jantungnya masih berdetak tak karuan.
"Saya pribadi, sebagai Papa Lili disini ingin mengucapkan terimakasih atas niat baik Nak Atlas untuk meminang Lili dan membawanya ke jenjang pernikahan. Dengan senang hati kami menerima niat Nak Atlas dengan baik." lanjut Papa Lili lagi yang membuat pihak keluarga Atlas menghela nafas lega.
"Tapi, semua keputusannya kami kembalikan lagi ke putri kami. Maka dari itu boleh Nak Atlas silakan meminta kesediaan Lili secara langsung." tambah Papa Lili lagi yang membuat seisi ruangan tersenyum geli melihat kedua calon mempelai itu yang terlihat salah tingkah.
"Ekhem."
Atlas membersihkan tenggorokannya yang mendadak terasa kering. Kemudian berjalan ke tengah ruangan yang juga diikuti Lili setelah Mama gadis itu menyuruhnya untuk mendekat ke arah calon suaminya itu.
Kalau bisa rasanya Atlas ingin menampar dirinya sendiri sekarang bermaksud untuk menyadarkannya dari kegugupan yang ia rasakan saat ini. Ayolah, ia sudah pernah melamar gadis itu sebelumnya. Seharusnya ini hal yang mudah untuk dia lakukan.
Atlas dan Lili akhirnya berdiri berhadapan. Pandangan Lili terangkat dan memandang Atlas dengan senyumannya yang sulit ditahan. Ternyata pria itu bisa segugup ini juga ya?
Melihat senyum geli Lili itu membuat Atlas jadi tertular. Pria itu ikut tersenyum dibuatnya dan seketika semua kegugupannya hilang begitu saja begitu melihat binar bahagia di mata kekasih cantiknya itu.
"Lili, my beautiful princess. Bersediakah kamu menjadi istriku? Membangun rumah tangga impian kita bersama, menjadi Ibu dari anak - anak kita dan membersamai aku dalam setiap momen dalam hidupku?"
Tangan Atlas secara alami langsung mengenggam tangan Lili nya. Membuat Lili sedikit tertegun karena disaksikan oleh keluarga besar mereka. Seketika suasana disana berubah. Beberapa keluarga mereka bersorak jahil melihat keromantisan kedua insan itu. Sedang yang lainnya ikut tersenyum geli menyaksikannya.
Lili mengangguk sebagai jawaban. Hal itu membuat Atlas langsung menunjukkan senyum bahagianya. "Iya Atlas, Lili mau." gumam Lili sebagai jawaban. Sontak seluruh penghuni ruangan mengucapkan rasa syukurnya.
"Terimakasih princess." bisik Atlas ditelinga gadis itu yang membuat pipi Lili memerah dibuatnya. Acara berlanjut dengan pembicaraan terkait rencana pernikahan mereka. Semuanya berjalan lancar hingga mereka berpencar setelah makan siang.
Disinilah Lili berakhir, di sebuah bangku dari batu yang ada di halaman belakang kediaman orang tuanya sembari mendengar gemericik air yang datangnya dari kolam ikan kecil milik Papa.
"Hello wife." bisikan di telinganya itu sontak membuat Lili menoleh. Mendapati tunangan tampannya yang senyumnya tak pernah luntur sejak acara selesai itu ikut duduk disampingnya.
"Ih... belum Atlas." Lili salah tingkah sedang Atlas tertawa dibuatnya. Tangan pria itu terulur untuk meraih tangan Lili dan meletakkannya diatas paha pria itu. Matanya menyorot tepat ke manik mata Lili sebelum akhirnya sebuah kecupan lembut dan cukup lama ia hadiahkan pada punggung tangan wanitanya itu.
"Terima kasih sudah menerima aku." Atlas berujar dengan tatapannya yang menyiratkan cinta yang mendalam. Detik itu Lili baru menyadari sebesar apa cinta yang pria itu tawarkan untuknya. Hatinya menghangat seketika, merasa jika keputusan yang ia ambil adalah keputusan terbaik dalam hidupnya.
"Terima kasih juga sudah menemukan aku Atlas. Thank you for always making my day better." Atlas mengecup pipi Lili saat ia merasa tidak mampu lagi menahan rasa senangnya atas kehadiran gadis itu di hidupnya.
"Aku sangat tidak sabar untuk menjadi suami kamu." Mendengar itu pipi Lili sontak bersemu dibuatnya. Jantungnya berdebar tak karuan mendengar Atlas yang menyebut dirinya suaminya.
"Ah, udah aku malu." rengek Lili seraya menyerang Atlas dengan pelukannya. Wajahnya ia sembunyikan begitu saja di ceruk leher prianya itu yang seketika membuat Atlas terkekeh.
"I love you so much Lili. I really cant wait to make you happy in each day." bisik Atlas di samping telinga Lili dengan suaranya yang lembut. Tangan pria itu mengusap surai Lili dengan penuh kasih sayang membuat Lili semakin panas dingin karena detak jantungnya yang semakin tak karuan.
"Promise you will never disappoint me?" bisik Lili dengan menatap Atlas.
Atlas seketika tersenyum. Menatap Lili dengan hangat namun serius. Meneliti setiap inci wajah gadis itu. Sebelum tangan besarnya terulur untuk mengusap pipi Lili.
"Why would i ever want to do that sayang? I have zero intention to disappoint you. Kamu bisa lakukan apapun jika aku benar - benar melakukan itu sayang." jawab Atlas dengan nadanya yang sangat lembut namun sarat akan keseriusan didalamnya.
"Tapi, aku bisa janji satu hal ke kamu Lili. All i ever wanted is to make you happy. Jadi, apapun yang terjadi di masa depan, ketika aku mengecewakan kamu atau membuat kamu sedih, please remember that i will never do that in purpose." tambah Atlas lagi dengan penuh ketulusan.
"Cause the only purpose i have with you is that i want to love you and treat you right. Always. Until death do us part." ucap Atlas lagi yang membuat kupu - kupu berterbangan di perut Lili.
Lagi - lagi wanita itu salah tingkah. Memutuskan untuk kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pria itu. "You need to stop Atlas, or else my heart will explode." bisiknya mmebuat Atlas tertawa.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...