"Mas, Aku beneran gak capek kok. Lagi pula itukan udah tugas aku." Lili berdiri disamping suaminya dengan sedikit merengek. Merasa keberatan ketika suaminya itu bersikeras memasak makan malam untuk mereka.
Memang sih ini bukan yang pertama kalinya Lili menyaksikan kejadian ini. Mungkin sudah lebih dari satu minggu ia merengek seperti ini dengan alasan yang sama. Dan Atlas, suaminya selalu menjawab dengan cara yang sama.
"Sayang, can you just sit down? Aku cuma mau memasak untuk istriku. Lagipula ini bukan hal yang berat. Kan setiap pagi kamu juga melakukan hal yang sama untuk aku. Jadi kalau malam percayakan sama aku aja ya?" jawab Atlas seperti hari - hari sebelumnya.
"Tapi kan kamu lebih capek daripada aku Mas." timpal Lili masih terus mengikuti setiap pergerakan suaminya itu. Berbeda dengan Lili yang merasa tak enak karena merepotkan suaminya, Atlas ditempatnya justru tersenyum geli mendengar rengekkan istrinya itu.
"Give me the reason why you dont want me to cook then? Apa masakan aku rasanya gak enak?" tanya Atlas kemudian seraya menatap Lili dengan romantis.
Lili, yang ditatap demikian justru salah tingkah seketika. Tangannya terulur ke arah celemek yang dipakai suaminya dan memainkan talinya dengan gerakan yang monoton. Tak berani menatap Atlas yang menatapnya begitu intens.
"Aku cuma gak mau ngerepotin kamu. Lagipula itu tugas aku Mas. Aku yang seharusnya ngelayanin kamu." gumam Lili hampir berbisik. Sedang Atlas mengulurkan tangannya pada puncak kepala Lili sebelum menariknya dan mengecup pelipis wanitanya.
"So do i princess. Aku juga gak mau kamu kelelahan. Ini bukan tentang tugas siapa. Aku cuma mau meringankan pekerjaan istriku. Sekarang kamu duduk ya. Please let me cook for my beautiful wife. I'll be so happy if you let me do it." bujuk Atlas yang akhirnya membuat Lili lagi - lagi menyerah untuk kesekian kalinya.
Dengan bibirnya yang cemberut Lili beranjak menuju ke meja makan. Memilih untuk menyiapkan alat makan, minuman, dan juga hal lainnya untuknya dan Atlas. Sebelum akhirnya Atlas membawa dua buah piring untuk dihidangkan.
"Voila!" ujarnya seraya meletakkan piring dihadapan Lili. Atlas kemudian duduk disamping Lili, mendekatkan tubuhnya pada istrinya itu sebelum menarik Lili untuk ia kecup keningnya.
"Jangan cemberut. Tidak baik memasang ekspresi begitu didepan makanan." nasehat Atlas padanya. Yang dinasehati justru sibuk mengaduk - aduk makanan didepannya.
"I just want to cook a dinner for us loh sayang." bujuk Atlas lagi seraya mengusap bahu Lili yang berada disampingnya. "Tapi itu tugas aku Mas-"
"Jadi apa saja tugas kamu?" tanya Atlas memotong ucapannya. "Menyiapkan kamu makanan, menyiapkan air hangat untuk kamu mandi, memilihkan baju untuk kamu pakai, mengurus kamu-"
"Lalu apa tugas aku?" tanya Atlas lagi seraya menggenggam tangan Lili yang kini juga ikut menatapnya. "Dilayani oleh aku-"
"Lalu siapa yang melayani istri cantikku ini? Hm?" tanya Atlas lagi dengan tatapannya yang lembut. Lili tak menjawab, yang ia lakukan hanya menatap manik mata suaminya yang kini wajahnya berjarak sangat dekat dengannya.
"Apapun yang kamu lakukan untuk aku, aku juga mau melakukannya untuk kamu princess. Aku gak perduli apakah itu tugasku atau bukan. Yang aku pedulikan hanya bagaimana bisa membahagiakan istriku ini." tutur Atlas seraya mengecup punggung tangannya.
"Tapi biasanya-"
"Aku gak mau yang biasa sayang. We dont need to stick with the culture. It's just too tiring for you to do it alone." jelas Atlas lagi yang membuat Lili terharu. Sebenarnya bagaimana Bunda dan Ayah membesarkan Atlas? Pria itu terlalu sempurna untuk jadi nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomantizmWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...