Chapter - 69

1.7K 65 4
                                    

Ternyata, mengurus wanita hamil tidak semudah yang Atlas bayangkan. Saat ini bahkan hidupnya lebih banyak khawatir daripada tenangnya. Seperti saat ini, Atlas melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas biasanya supaya bisa tiba di kediamannya lebih cepat.

Pasalnya, sudah dua jam berlalu sejak terakhir kali Atlas meninggalkan Lili karena harus menghadiri rapat. Dan gadisnya itu tak kunjung membalas pesannya seperti biasanya. Padahal Lili termasuk orang yang selalu membalas pesan dengan cepat. Jadi wajarkan bila Atlas khawatir?

Apalagi istrinya dalam kondisi sedang sendirian di rumah. Rasanya kepala Atlas ingin pecah membayangkan Lili sekarang. Ia takut terjadi sesuatu pada istrinya dan bayi mereka.

Begitu Atlas sampai di halaman rumahnya, ia dengan sembarang memarkirkan mobilnya. Bergeges keluar dengan langkah yang tergesa dan menelusuri rumah mereka mencari keberadaan sang istri.

"Sayang!"

"Lili!"

"Sayang?"

Entah sudah panggilan keberapa ia suarakan. Namun tak ada satupun sahutan dari si empunya. "Sayang?" panggilnya terakhir kali, kali ini dengan nada yang lega dan helaan nafasnya yang terdengar kasar saat menemukan istrinya berada di dalam kamar.

"Mas?" Lili yang sedang duduk bersandar di kepala tempat tidur dengan kaki yang masih dibalut selimut serta headphone yang bertengger di telinganya menoleh bingung saat mendapati Atlas tiba di jam yang tak seharusnya.

"Kok Mas pulang jam segini?" tanya Lili sekali lagi saat melihat Atlas bergerak menuju tempatnya. Pria itu tidak mengucapkan apapun. Atlas justru beranjak mengambil meja lipat di sisi kasur dan kemudian memasangnya tepat di depan Lili.

Pria itu kemudian mengambil tablet yang sedari tadi Lili tumpukan pada pahanya. Dipindahkannya benda itu ke atas meja yang ia siapkan sebelum kemudian membenarkan selimut Lili dan duduk tepat disamping istrinya.

"Aku sudah bilang kan untuk jangan meletakkan gadget didekat perut kamu? Radiasinya gak baik sayang." ucap Atlas yang lebih terdengar seperti menggerutu di telinga Lili.

"Iya maaf Mas, aku lupa." timpal Lili dengan cengirannya. Atlas menghela nafasnya sekali lagi. Ingin marah dengan Lili tapi sulit sekali rasanya. Lihat saja seberapa menggemaskan dan cantik istrinya itu. Bagaimana mungkin Atlas tega memarahinya?

"Handphone kamu dimana?" tanya Atlas seraya tangannya dengan alami meraih jemari istrinya untuk ia genggam. Entahlah, sepertinya sudah menjadi hobi dan kebiasaannya untuk selalu bersentuhan dengan istri cantiknya itu.

"Itu- Eh? Mana ya?" tanya Lili kebingungan saat tak mendapati ponselnya di atas nakas. "Perasaan tadi aku taruh disini deh Mas." ucapnya lagi.

Atlas mengeluarkan ponselnya, dengan segera menghubungi istrinya dan seketika dering ponsel yang samar terdengar. Sepertinya ponsel wanita itu ada di lantai bawah.

"Oh! Iya Lili lupa. Kayanya ketinggalan di meja makan Mas." ucap Lili lagi seraya menggaruk tengkuknya dan cengegesan.

"Sayang..."

"Iya Mas, aku minta maaf ya. Aku beneran lupa. Beneran deh! Gak bohong." ujar Lili dengan menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya yang terangkat dengan bersamaan didepan wajah suaminya.

"Aku dari dua jam lalu kirim chat ke kamu loh sayang. Dan kamu gak balas. Aku khawatir." keluh Atlas dengan nada bicaranya yang rendah.

Lili meringis. Pantas saja suaminya itu pulang secepat ini. Lili juga bingung kenapa akhir - akhir ini ia lebih ceroboh.

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang