Chapter - 51

1.2K 57 0
                                    

"Wah beneran nih?!" Aby berteriak heboh begitu pula dengan Kavi yang memasang wajah kaget saat Lili memberikan mereka undangan pernikahannya. Lili tentunya tak bisa menahan senyumannya. Dengan bahagia ia menganggukan kepalanya berulang kali sebagai jawaban.

"Yaampun Li! Alhamdulillah! Gue kira lo cuma jadi ani - aninya." timpal Kavi yang langsung dihadiahi Lili dengan tepukan di kepalanya.

"Lo kira gue cewe apaan!" hardik Lili yang langsung disambut tawa oleh keduanya. "Gue ajak siapa ya buat jadi plus one?" gumam Kavi kemudian.

Mendengarnya lantas membuat Lili tertawa. "Makanya cari pacar sana! Muka ganteng gitu kok ga dimanfaatin." cetusnya yang membuat Kavi lantas memandangnya jahil.

"Gue seganteng itu ya di mata lo Li?" jahilnya dengan alis yang naik turun. "Gak sih, gantengan Atlas kemana - mana lah. Jauh." ucapnya angkuh.

"Dua minggu banget nih Li? Lo gak MBA kan?" sekarang gantian Aby yang menyulut emosinya.

"Ih! Udah deh sini balikin undangannya! Gak jadi deh gue undang lo berdua, nanti yang ada acara gue jadi rusuh gara gara kalian!" gerutunya seraya tangannya mencoba menarik kertas undangan yang baru saja ia berikan pada kedua manusia aneh itu yang sayangnya adalah rekan kerjanya.

"Bener deh by kayanya, tuh liat emosinya naik turun." jahil Kavi lagi yang seakan bersekongkol dengan Aby.

- - -

My Atlas
Sayang, aku sudah sampai

Lili menyambar tasnya dan langkah kakinya mengarah keluar dari kantornya. Hari ini ia izin setengah hari karena ia dan Atlas berencana untuk makan siang bersama dan lanjut untuk pergi ke butik melihat hasil akhir baju pernikahan mereka.

Lili menerbitkan senyumnya saat melihat Atlas yang dengan tampannya bersandar pada pintu mobilnya yang sudah terparkir di lobby kantor. Atlas pun tak jauh berbeda, pria itu melebarkan senyumannya seraya tangannya ia ulurkan ke arah Lili.

"Halo!" sapa Lili lebih dulu dengan nadanya yang riang. Tangan Atlas langsung terulur mengusap puncak kepala gadis itu dengan sama bahagianya.

"Hello beautiful." ucapnya menyapa balik. Dengan sigap tangannya membuka pintu di sisi penumpang dan mempersilakan Lili masuk. Sebelum akhirnya dirinya mengitari mobil dan duduk di kursi kemudi.

"Loh? Kok sabuk pengamannya sudah dipasang?" tanya Atlas seraya menatap Lili dengan matanya yang memincing.

"Eh? Aku bisa melakukannya sendiri kok. Ayo jalan aku lapar!" jawab Lili pda akhirnya.

Atlas mendekat ke arahnya sebelum berakhir mengecup pipinya dengan gemas. "Lain kali biarkan aku saja yang memasangkannya ya? Meskipun kamu bisa melakukannya sendiri, aku tetap ingin melakukannya untuk kamu." tutur Atlas membuat Lili tersenyum.

"Dasar bucin!" serunya pada Atlas saat pria itu menjalankan mobilnya.

"Kalau begitu besok aku gak akan bucin lagi deh." ucap Atlas dengan nadanya yang jahil. Lili dengan senyumannya yang cerah langsung meraih lengan pria itu, memeluknya dan menyandarkan kepalanya disana.

"Aku suka kamu yang bucin begini kok! I beg you to shower me with your endless love in each day." timpal Lili dengan jahil. Matanya ia kedipkan berkali - kali untuk menjahili calon suaminya itu.

"Well, you dont have to beg princess. Aku akan selalu melakukannya tanpa kamu minta sekalipun." jawab si bucin yang terbawa suasana.

Krukkk...

Lili mengumpat dalam hati saat perutnya berbunyi di saat yang tidak tepat. Sedang ditempatnya Atlas menahan tawanya dengan susah payah.

"Rupanya kamu benar - benar lapar ya?" jahil Atlas seraya mengulurkan tangannya ke perut Lili yang keroncongan.

"Tentu saja! Untuk apa aku berbohong? Dari tadi cacing di perutku sudah SMS minta diberi makan." jawab Lili sambil berusaha menutupi rasa malunya.

Tangan wanita itu kemudian mengambil tangan Atlas yang singgah di perutnya, mengangkatnya dan menyingkirkannya dari sana.

"Jangan begini, aku merasa seperti orang hamil." gerutu Lili lagi yang membuat tawa Atlas pecah kembali.

"Anggap saja itu latihan sayang." ucap Atlas jenaka yang akhirnya membuat Lili salah tingkah dalam sepersekian detik.

- - -

"Bagaimana?" Atlas bertanya begitu kemeja dan setelan tuksedonya sudah melekat pada tubuhnya. Lili melihatnya penuh kagum lantas berjalan mendekatnya seraya tersenyum dan mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Bisakah bagian pinggangnya diperbaiki sedikit lagi? Sepertinya masih terlalu berongga sekarang. Tolong bantu suamiku agar dia tidak terlihat buncit." Lili berbicara pada sang pemilik butik yang langsung disanggupi oleh si pembuat baju itu.

Hei! Kata siapa Atlas buncit?!

"Untuk bagian lengannya tolong ditambahkan list agar terlihat lebih mewah. Untuk celananya sepertinya masih terlalu panjang, akan menekuk jika menggunakan sepatu nanti." tambah wanita itu lagi dengan tatapannya yang fokus.

Ditempatnya Atlas menyimaknya dengan hati yang berdebar. Senang rasanya diurus oleh Lili begini. Atlas jadi tidak sabar untuk diurus selamanya oleh gadis itu.

"Kamu bagaimana? Apa ada yang membuat kamu tidak nyaman saat memakainya?" tanya Lili akhirnya dengan menatap Atlas. Lelaki itu menggeleng seraya tersenyum simpul, "I'm all good princess."

Lili mengangguk, setelahnya Atlas langsung mengganti pakaiannya dan kembali ke ruang tunggu. Menunggu Lili yang sedang mencoba gaunnya.

Ngomong - ngomong soal gaun Lili. Dari awal mereka datang kesini satu bulan lalu, Atlas sama sekali belum pernah melihat gaun pilihan wanita itu. Lili selalu keluar dari fitting room dengan setelan casualnya. Bukan gaun sebagaimana yang ada di imajinasi Atlas.

Dan hari ini, hal itu terjadi lagi.

Lili mencul dari balik tirai tanpa menggunakan gaunnya melainkan masih menggunakan pakaian kerjanya. Gadis itu sedang sibuk berbicara dengan si penata busana, memberikan sedikit masukan supaya gaun yang diinginkannya sesempurna yang dia mau.

Lili melangkah mendekat ke arah Atlas. Tersenyum dengan lembut saat melihat prianya memincingkan matanya. "Apa aku benar - benar tidak boleh melihat gaunnya?" tanya pria itu mencoba bernegosiasi.

Lili lantas menggeleng. Justru mendaratkan sebuah kecupan di pipi pria itu secara singkat. "You will be surprised." ucapnya yang ambigu seraya menggandeng tangan Atlas dan keluar dari butik.

"Kamu tidak memilih gaun yang terbuka kan?" tanya Atlas dengan curiga. Mendengarnya membuat Lili lantas tertawa. Dengan jahil ia menjawab, "Semua gaun pernikahan pada dasarnya memang terbuka Atlas."

"Sayang, bukannya kita sudah sepakat untuk hal yang satu ini?" gerutu Atlas lagi yang membuat Lili semakin gencar ingin menjahili pria itu.

"You're gonna like it. I promise." jawabnya dengan mengedipkan sebelah matanya yang membuat Atlas terpesona untuk beberapa saat.

TBC

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang