Chapter - 34

1.6K 54 2
                                    

Lili dan Atlas sudah kembali berada di apartemen Lili. Keduanya tidak melakukan apapun selain berpelukan pada sofa panjang di ruang tengah itu. Hanya debaran jantung mereka yang saling bertukar.

Tangan Atlas sibuk mengusap surai Lili sementara Lili sibuk menguburkan wajahnya pada dada bidang Atlas. Lili merasa, perasaannya pada Atlas sedang berada pada puncaknya. Hingga ia tidak rela untuk meninggalkan satu momenpun tanpa Atlas.

Pelukan keduanya mengerat dan keheningan akhirnya melebur begitu saja saat Atlas memutuskan untuk memanggilnya, "Sayang?" Lili langas menjawab dengan sebuah dehaman. Kepalanya langsung mendongak untuk melihat wajah Atlas dengan lebih jelas.

"Pernikahan seperti apa yang kamu inginkan?"

Lili menumpukan dagunya pada dada Atlas dengan pandangan yang menyorot manik mata pria tampan itu dan wajahnya yang seperti sedang membayangkan sesuatu.

"Aku ingin hidup mandiri bersama suamiku. Tinggal dirumah milik kita dengan taman kecil di depan rumah bernuansa putih. Aku tidak ingin kita punya hutang apapun secara finansial dan aku ingin kita sama- sama menabung untuk kebutuhan anak - anak kita hingga mereka menikah."

Atlas tak bisa menahan senyumannya saat Lili menggunakan kata "kita" untuk menjawab pertanyaannya.

"I'd like to get some kisses in the morning and the night before and after our sleep. Aku ingin menyiapkan pakaian suamiku setiap paginya, memasangkannya dasi pada setiap kesempatan, dan menemaninya dalam setiap fase dihidupnya."

Atlas meninggalkan kecupan ringan pada Lili sebelum wanita itu kembali berbicara.

"Aku ingin membuat kurikulum belajar sendiri untuk anak - anak kita. Aku akan belajar memasak supaya suami dan anak-anakku selalu rindu masakanku. Aku ingin berpelukan setiap malam dengan suamiku, saling berbagi cerita tentang kegelisahan satu sama lain dan apa yang kami lewati hari itu."

Atlas tersenyum. Ikut membayangkan apa yang sedang Lili lontarkan.

"Aku ingin bermesraan dengan suamiku bahkan hingga kita keriput dan termakan usia. Aku akan berdoa pada tuhan untuk meninggal lebih dulu sebelum kamu karena tahu betul bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu."

Mendengar itu Atlas kembali tersentuh hanya karena sebutan suami yang Lili katakan berubah menjadi "kamu".

Atlas selalu suka ketika mereka melakukan deep talk seperti ini. Kegiatan seperti ini membuat Atlas lebih mengenal Lili dan berakhir pada dirinya yang kembali jatuh cinta pada wanita itu.

"Aku akan berdoa lebih sering supaya aku duluan yang dijemput dengan maut. Aku bisa gila bila tidak hidup bersama istriku."

Lili tersenyum mendengar Atlas yang tak mau mengalah. Papanya juga selalu bilang begitu pada sang Mama. Sekarang ia mengerti bagaimana perasaan Papanya.

"Kalau begitu aku akan berdoa lebih keras supaya kita hidup dan mati bersama saja. Seperti film notebook." Atlas tersenyum dan kembali mengusap surai Lili dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Bagaimana dengan kamu? What kind of future do you imagine?" Mata Lili berbinar dengan penasaran. Ingin juga mengetahui bagaimana bayangan Atlas pada sebuah pernikahan.

"Di masa depanku, ada kamu sebagai istriku. Kita punya dua anak yang cantik dan tampan juga seekor kucing persia bernama Noodle yang sangat lucu sebagai teman Pudding."

Lili tertawa dibuatnya. Noodle? Kenapa lucu sekali. "Noodle dengan Pudding sepertinya terdengar tidak cocok sayang." katanya menanggapi begitu teringat dengan kucing peliharaannya. Atlas tertawa dibuatnya.

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang