"Halo?" suara Lili menyapa pendengarannya saat penggilan itu ia jawab. "Ada apa Lili?" tanya Atlas. Tanya lelaki itu seadanya.
Ah sial, sebenarnya Atlas paling tidak suka ketika suasana hatinya mendominasi harinya. Tapi hari ini sepertinya lain. Dia benar - benar tidak bisa menghilangkan bayangan Lili dan Aby dari kepalanya.
"Kamu sakit? Kamu sudah makan?"
"I'm all fine, Lili."
Tidak ada yang bersuara untuk beberapa detik. Lili berdeham, membersihkan kerongkongannya yang tiba - tiba terasa kering.
"Boleh bukakan pintunya? Aku didepan ruanganmu." ucap Lili pada akhirnya yang membuat panggilan itu berakhir. Atlas berjalan ke arah pintu, membukanya dan menemukan Lili berdiri disana dengan senyuman manisnya.
Tangan Lili singgah di pipi pria itu begitu keduanya duduk di sofa. Wanita itu memberikan usapan lembutnya dan kemudian mengecek suhu di kening pria tampannya.
"Why are you looking like this?" tanya Lili lembut mendapati wajah kekasihnya yang terlihat tak berminat.
Atlas tidak mengatakan apapun. Ia hanya sibuk menikmati setiap sudut wajah Lili. Usapan di pipi Atlas tak kunjung berhenti, meskipun Lili tidak tau apa alasan prianya seperti sekarang, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan suasana hati Atlas sebagai kekasihnya.
"Apa yang mengganggu pikiran pria tampanku ini? Hm?" tanya Lili lagi dengan senyuman manisnya. Mendengar itu membuat Atlas meleleh. Pria itu mendaratkan kepalanya pada pundak kekasihnya.
Tangan Lili berpindah mengusap rambutnya. Sedang kedua tangan Atlas sudah melingkar di pinggang Lili.
"I hate you." gumam Atlas. Perkataannya membuat Lili mematung. Hubungan mereka baik - baik saja hingga hari ini. Kenapa tiba - tiba prianya itu berkata demikian?
"Why?"
Kaitan tangan di pinggang Lili justru mengerat. Diiringi wajah Atlas yang semakin terkubur di ceruk leher jenjangnya. "Cause i cant stay mad at you any longer." bisik pria itu di lehernya.
"Kamu marah sama aku? Aku buat salah apa?" Dahi Lili berkerut karena kebingungan. Belum sempat Atlas menjawab suara pintu yang dibuka dengan tergesa menarik perhatian keduanya.
"Eh... Siapa...?"
Lili yang juga terkejut dengan kedatangan sosok tak diundang itu pun menunjukkan wajah yang sama bingungnya dengan si penanya. Namun belum sempat ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan itu, sebuah bantal lebih dulu mendarat pada wajah tampan yang baru saja memasuki ruangannya.
"Berapa kali sih gue bilang kalo mau masuk tuh ketuk dulu!" maki si pemilik ruangan yang sudah memasang wajah kesalnya dan melemparkan tatapan tak bersahabat.
"Kenapa belom masuk si Max-" sosok yang lainnya dengan kulit yang lebih pucat dan mata yang lebih sipit ikut muncul dibelakang.
"WOI!" teriak sosok yang di panggil Max sembari menepuk pundak pria dibelakangnya berulang kali.
"Lo...beneran gak gay Am?" ucap pria itu sambil meringis merasakan tepukan dari si Max.
Atlas berdecak seraya mengusap wajahnya kasar. Sudahlah dia tidak dalam suasana hati yang bagus lalu kedua sahabat kurang ajarnya ini juga datang di waktu yang tidak tepat. For God's sake! Atlas baru saja ingin bermanja - manja dengan Lili.
"Wah... cantik banget Am! Sumpah yang ini mah bidadari!" celetuk pria itu lagi sembari menatap Lili terang - terangan.
Dengan posesif Atlas langsung menarik Lili ke dalam pelukannya dan memaksa gadis itu untuk menyembunyikan wajahnya di dada bidangnya.
"Jangan sampai gue suruh satpam keluarin lo ya Glen!" ancamnya yang langsung membuat nyali pria goodlooking itu ciut seketika.
Max dan Glen tanpa permisi langsung mendudukkan diri pada sofa di ruangan itu. Mata keduanya masih tertuju pada Lili yang wajahnya terkubur di dada Atlas. Sebuah cengiran tidak terlepas dari wajah keduanya. Berbanding terbalik dengan Atlas yang menatap mereka tak berminat.
"Sayang, aku kehabisan nafas." bisik Lili seraya menepuk pundak Atlas pelan. Meskipun protesannya pelan namun suaranya masih tertangkap dipendengaran Glen dan Max.
"Sayang...." cibir Max seraya menaik turunkan alis tebalnya. Tentu saja hal itu membuat Lili malu sendiri.
"Hai cantik! Boleh kenalan?" tanya Glen dengan jurus jitunya. Playboy gila itu memang tidak pernah bertobat.
"Gak!" jawab Atlas seketika.
"Ih! Galak banget pawangnya!" goda Max pada sahabatnya.
"Gak boleh galak begitu Am! Kita kan tamu disini." celetuk Glen. Rasanya Atlas ingin sekali melempar sahabatnya itu keluar dari ruangannya sekarang juga.
"Kayanya aku pergi aja ya?" gumam Lili kecil disamping Atlas, merasa tak enak mengganggu percakapan ketiga lelaki itu.
"Eh jangan dong cantik! Kan baru sebentar aku liat wajahnya." tutur Glen lagi. Kali ini Atlas sudah siap melemparinga dengan sepatu mahalnya.
"Iya iya! Ampunnnn!" mohon Glen begitu sahabatnya terlihat menyeramkan.
"Lili, ini Max dan Glen. Max Glen, ini Heavenly. Pacar gue." ucap Atlas yang mengenalkan ketiganya setelah kesabarannya ia kumpulkan kembali.
"Jadi lo beneran punya cewe?!" tanya Max dengan antusias begitu ketiganya saling berkenalan. Lili memilih untuk duduk berdempet dengan Atlas mengingat Lili belum mengenal Max dan Glen.
"Gue kira waktu terakhir lo mabuk di club gara gara di ghosting lo gagal punya cewe Am!" ikut Glen menanggapi.
Mendengar kata mabuk dan club Lili langsung menoleh, melayangkan tatapannya yang tajam pada sang kekasih yang salah tingkah karena ketahuan.
"Woi sama Glen! Gue kira juga gak jadi! Udah patah hati banget kan tuh, sambil bilang mau move on mau move on, gimana caranya." tambah Max seraya memeragakan adegan yang diingatnya.
"Sebenernya kalian mau apa dateng kesini?" tanya Atlas tak ramah sembari mengalihkan pembicaraan. Sedangkan Lili hanya menyimak dengan rasa bingung dan penasaran yang bercampur menjadi satu.
"Gue mau ngasih undangan kondangan. Kemarin si Daniella nitip ke gue karena katanya lo block nomor dia." jawab Glen seraya mengulurkan sebuah undangan.
"Terus lo ngapain ikut Max?" tanya Atlas sanksi.
"Awalnya karena gue khawatir lo beneran gay dan gak mau lo mangsa gue, niatnya hari ini gue pengen ajak lo ke stripped club." ucapnya dengan cengegesan.
Lili langsung melayangkan pandangan menilainya pada ketiga pria itu. Membuat Atlas lagi - lagi meringis atas kebobrokkan sahabat - sahabatnya.
Ah... salah apa dia sampai punya sahabat aneh seperti mereka?
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...