Lili dengan segera keluar dari mobil yang Atlas kendarai begitu keduanya tiba di rumah mereka bahkan sebelum Atlas sempat membukakan pintu seperti yang biasanya ia lakukan. Dari belakang, Atlas menghela nafasnya kasar saat mendapati Owen meneleponnya berkali - kali.
"Woi! Lo kemana bos? Kok ilang sih?!"
"Sorry Wen, but i have to go. Gue percayain urusan hari ini sama Lo ya. Tolong. It's urgent." ucap Atlas dengan tergesa, seraya kakinya sedikit demi sedikit ngejar langkah istrinya yang sudah hilang entah kemana.
"Ck! Kebiasaan-"
"I'll pay you double." sela Atlas dengan cepat.
"Ok! Laksanakan bos!" jawab Owen si mata duitan sebelum sambungan telepon terputus.
Atlas menyimpan kembali ponselnya pada jas bagian dalamnya. Beranjak mengganti sepatu kantornya dengan alas kaki khusus untuk di rumah sebelum akhirnya menyusul Lili ke kamar mereka.
Suara pintu yang terdengar untuk sesaat membuat Lili melirik ke arahnya. Sebelum wanita itu kembali melanjutkan aktivitasnya di balik meja rias yang sedang menghapus riasannya menggunakan micellar water.
Atlas menghampiri istrinya dengan langkah santainya. Pria tampan itu untuk sesaat berhenti di dekat sofa yang ada di kamar mereka untuk sekedar melepas jasnya dan menuju ke arah Lili.
Atlas menarik sofa bench yang sedang di duduki Lili, sehingga Atlas bisa duduk di bangku yang sama itu. Keduanya saling berhadapan sebelum sekali lagi Lili menghela nafasnya saat Atlas meraih kapas dari tangannya.
"Why does your breathing sounds so heavy?" tanya Atlas seraya tangannya dengan lembut mengusapkan kapas lembab itu ke permukaan istrinya.
Lili tak menjawabnya. Wanita itu memilih untuk meletakkan kedua tangannya pada pinggang suaminya seraya menikmati sapuan di wajahnya sambil memejamkan matanya.
"Would you like to tell your husband what happened?" tanya Atlas sekali lagi. Lili membuka matanya, seketika itu juga manik mata keduanya bertemu. Sekilas Atlas menangkap kesedihan dari mata istrinya itu, bahkan mata Lilinya sedikit berkaca saat keduanya bertemu pandang.
Namun di detik berikutnya, Lili justru menggeleng. Mengatakan tidak mau menceritakan apapun pada suaminya melalui gesture tubuhnya sebelum akhirnya kembali memilih untuk memejamkan matanya.
"That's ok. Aku akan menunggu sampai kamu mau menceritakannya." ucap Atlas seraya mengecup bibir Lili dengan singkat. Lili kembali membuka matanya, bibir bawahnya mencebik seperti anak kecil, tubuhnya mendekat ke arah Atlas sebelum akhirnya memutuskan untuk memeluk suaminya dengan erat.
Dahi Atlas semakin berkerut mendapati perlakuan istrinya itu. Rasa penasarannya semakin membuncah, ingin tahu apa yang sedang berkeliaran di kepala istrinya itu.
"I'm sorry if today has been hard for you." bisik Atlas di telinga Lili sembari meninggalkan kecupan halus di pelipis wanitanya itu. Lili tak berkata apapun, yang dilakukannya hanya kembali mengeratkan pelukannya pada suaminya.
Suara perut Lili yang keroncongan memecah keheningan mereka. Atlas memisahkan tubuh mereka, sebelum tangannya membingkai wajah istrinya dengan senyum tipisnya. "Anak kita sudah lapar. Let's go! I'll cook something delicious for you." ajak Atlas sebelum mengajak istrinya untuk turun ke ruang makan.
- - -
Atlas tidak bisa sepenuhnya fokus pada makanannya saat melihat Lili yang ada disampingnya hanya mengaduk - aduk hidangannya tanpa memakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...