"Kamu gak mau bicara?"
Lili terdiam sejak keduanya masuk ke dalam mobil Atlas. Bisa dibilang Lili masih sangat terkejut dengan pergaulan kekasihnya itu. Apa tadi? Mabuk? Stipped club?
Lili kenal dengan orang seperti itu. Seseorang yang menghamburkan uangnya hanya untuk hal - hal tidak berguna. Hobi mamerkan kekayaannya dengan membuang uang untuk hal yang tidak perlu.
Dan dipikirannya, Lili tidak pernah membayangkan Atlas menjadi salah satu dari orang itu.
Sebuah sentuhan hangat singgah di punggung tangannya. Tangannya kemudian digenggam oleh Atlas seraya usapan halus ikut diterimanya.
"Lili... kamu marah?"
Pertanyaan tadi justru membuat Lili semakin geram. Memangnya tindakannya sekarang belum cukup jelas ya untuk memperlihatkan kemarahannya pada Atlas.
"Bagaimana menurutmu? Apa aku marah?" tanyanya dengan sarkas sambil melirik sekilas ke arah Atlas yang sedang fokus mengemudi.
"Sayang, aku bisa jelaskan-"
Ucapan itu terputus karena Lili berdecak. Merasa malas mendengar kalimat klise itu.
"Jadi dibelakangku, kamu suka mabuk - mabukkan dan pergi ke stripped club?" tanyanya dengan sangsi.
Atlas meringis mendengarnya. Merasa ingin menjelaskan tapi sepertinya Lili sedang tidak bisa diinterupsi.
"Kamu tidak percaya Tuhan ya?" tanya Lili lagi dengan nada yang penuh sangsi.
Mendengarnya membuat Atlas lantas menoleh penuh ke arah Lili. "Tentu saja aku percaya!" belanya dengan nada yang hampir melengking.
"Lalu kenapa berbuat dosa seperti itu? Kamu tidak takut Tuhan?" cerca Lili lagi.
"Sayang aku cuma pernah melakukannya sekali. Aku berani sumpah!" ucap Atlas yang mulai takut terkena amarah Lili.
Mendengarnya Lili lantas menoleh, melayangkan beberapa pukulan yang cukup pedas di pundak pria tampannya. Dengan mata yang berkaca Lili kembali memarahi kekasihnya,
"Ih! Atlas! Jadi kamu beneran pernah pergi ke klub liat wanita telanjang?!" rengek Lili yang makin kesal. Ah! Lili gak suka situasi ini, pasalnya setiap dia marah ataupun kesal, bukannya menunjukkan emosinya itu dia justru cenderung lebih sering menangis.
"Gak sayang! Bukan itu maksud aku. Jangan nangis yaa. Aku jelasin nanti yaa, kita ke apartemen kamu dulu gimana? Gak baik kalau kita debat dalam perjalanan begini. Ok?"
Dengan sebelah tangannya Atlas membawa Lili masuk ke pelukannya. Wanita manja itu sudah menangis karena kepalang kesal. Tangan mungilnya pun tak sudi untuk membalas pelukan Atlas.
Pokoknya sekarang Lili sedang ngambek!
"Gak! Aku gamau ajak kamu ke apartemen ku! Gak boleh! Aku gak sudi pokonya!" rajuknya yang justru membuat Atlas meringis sambil mati - matian menahan tawanya karena melihat tingkah Lili yang menggemaskan ini.
- - -
Lili tak pernah mengira kalau Atlas sebodoh ini. Memang sih tadi ia tidak mengizinkannya untuk singgah ke apartemen Lili. Tapi kan bukan berarti Atlas bisa seenaknya membawanya ke rumah keluarganya tanpa aba - aba seperti ini.
Pasalnya, mau protespun sudah percuma. Lili sudah terlanjur melangkah masuk ke rumah mewah dan megah itu. Sial, bahkan wajahnya harus sejelek ini saat para maid berbaris menyapanya di lorong masuk.
"Mau kemana?" tanya Lili begitu melihat Atlas menariknya ke lantai atas gedung itu.
"Tentu saja ke kamarku." jawab Atlas yang kembali menarik tangan yang digenggamnya untuk mengikutinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/250693073-288-k74767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...