"Mama, kenal Atlas sejak kapan?" Lili bertanya begitu keduanya berada di dapur. Mamanya sibuk memasak dengan dirinya yang berinisiatif untuk membantu.
Mama seketika tersenyum, seraya tanganya memegang spatula ia menoleh sesekali ke arah Lili yang sedang mengiris beberapa bahan. "Mama agak lupa. Lumayan lama sih memang. Ah! Belum lama setelah kamu kabarin resepsi Meta waktu itu loh."
Resepsi Meta? Dia belum kenal dengan Atlas waktu itu kan?
"Resepsi pernikahan Meta?" Mamanya mengangguk. "Pas banget H-1 sebelum acara kalau Mama gak salah ingat." timpal Mamanya.
Dahi Lili berkerut, "Kenal dimana Ma?" Mama terkekeh mendengarnya. "Kamu ini nanyanya kaya Mama yang punya pacar aja." goda Mamanya membuat Lili meringis.
"Waktu itu, Atlas tiba - tiba ada di depan pagar situ." Kepala Mama mengedik ke arah pagar rumahnya. "Waktu itu Mama kira ada orang mau beli rumah atau apa gitu. Eh gak tahunya pas Mama dan Papa ajak masuk, ngakunya kamu kenalannya."
Lili mendengarkan dengan seksama. Kenalan apanya? Atlas bahkan seharusnya belum tau namanya saat itu kan?
"Tapi yang bikin Mama senang sama dia itu. Karena dipertemuan pertama itu dia minta izin sama Mama dan Papa." Senyuman Mama semakin lebar begitu ia bercerita.
"Izin?"
Mama mengangguk menanggapi. Tangannya mengambil piring untuk kemudian meletakkan masakannya yang sudah jadi.
"Waktu itu, Atlas izin mau jagain kamu." Lili terdiam tak mengerti. Menjaganya dari apa? "Dia bilang ke kami kalau mau jadi pendamping kamu."
Perkataan Mamanya itu membuat Lili tersedak liurnya sendiri. Bahkan dia belum kenal Atlas saat itu. Kenapa pria itu bisa dengan percaya diri ingin menjadi pendampingnya?
"Dia juga minta kami cerita bagaimana kepribadian kamu, apa yang kamu suka, apa yang kamu impikan, dan bagaimana cara menghadapi kamu disituasi - situasi tertentu." lanjut Mama lagi.
"Waktu itu, Papa belum sehangat sekarang sama Atlas. Karena Papa pikir anak itu cuma main - main." Lili menyimak seraya membantu menyusun alat makan di meja makan mereka.
"Tapi beberapa bulan kemudian dia datang lagi dan bilang sudah jadi kekasih kamu. Waktu itu wajahnya senang sekali. Seingat Mama, dia bahkan tersenyum sejak datang hingga pamit pulang."
Lili tersenyum, merasa tersentuh dengan apa yang ia dengar. Cerita yang belum ia ketahui ini ternyata jauh lebih manis dan membuatnya jatuh lebih dalam pada pria itu.
"Sejak itu, Atlas jadi sering berkunjung kesini. Kadang dia bawakan buah, makanan, atau oleh - oleh kalau dia dari luar kota." Lili tersenyum lagi, senang karena keluarganya dan Atlas sudah akrab. "Kerjaannya kalau kesini ya begitu, main catur sama Papa, minta nasihat dari kami soal cara hadapin kamu. Dan wajib makan masakan Mama sebelum pulang."
"Ngomongin Atlas ya?" Ashley, Kakanya yang sedang membuka kulkas tiba - tiba ikut bergabung. Pertanyaannya diangguki Mama sebagai jawaban.
"Buruan deh Lo nikah sama dia. Gak apa deh gue nikahnya abis Lo juga. Spek bagus tuh laki Lo. Susah loh dapet yang begitu." Ashley berkata seraya meneguk minumannya. Dalam nadanya yang terkesan tidak perduli, Lili yakin didalamnya banyak kepedulian yang ia tunjukkan.
"Ya kamu tuh udah diajak nikah malahan belum mau! Gimana sih?!" Mama menggerutu pada Ashley. Kakanya itu justru mengedikkan bahunya dan mencium pipi sang Mama dengan santai.
"Bentar lagi ya Mama sayang. Gak lama kok." Lili tersenyum, paham betul kakaknya itu adalah sosok yang ambisius dan memiliki beberapa mimpi besar. Pasti ia ingin mewujudkan mimpi - mimpi itu sebelum menikah.
Bahkan setahu Lili, kakaknya tidak begitu tertarik dengan pernikahan. Terlalu rumit katanya.
"Sudah jadi ya masakannya? Wanginya kecium sampai ditempat kita main catur." Papa datang setaya mengelus perut buncitnya. Kemudian lantas menuju pada kursinya dan diikuti yang lainnya.
Atlas mendekatinya dan mengelus pinggangnya sebelum mengajaknya untuk ikut duduk di sampingnya. Lili yang teringat cerita Mama langsung tersenyum ke arah Atlas.
Pertemuan keluarganya dan Atlas berlangsung begitu saja. Semuanya terjadi secara alami dan bahkan sepertinya Lili tidak menemukan kecanggungan sedikitpun pada percakapan mereka.
Dari matanya, Lili bisa melihat binar bahagia Papanya yang akhirnya memiliki teman lelaki untuk berbicara di rumah. Karena sudah sejak lama sekali Papanya ingin punya anak laki - laki. Namun apa boleh buat? Yang lahir justru Heavenly.
Mamanya juga demikian, dari cara bicaranya Lili bisa melihat bagaimana Mamanya sangat perhatian pada Atlas. Bahkan sibuk menawarkan ini dan itu untuk Atlas makan.
Sedangkan Ashley? Kakaknya sesekali ikut berbicara dan mengancam Atlas untuk menjaganya dengan baik dengan caranya yang acuh tak acuh.
Lili tersenyum. Semua pikiran buruk tentang prianya itu hilang tanpa sisa. Atlas memang berbeda. Dia adalah pria yang memang ia tunggu sejak lama. Sosok yang berbeda, meiliki kepribadian, dan punya caranya sendiri dalam menghadapi sesuatu.
Satu lagi, pria romantis itu selalu mengejutkannya dengan berbagai tindakan tidak terduga seperti saat ini. Apa lagi yang mau ia cari diluar sana? Semuanya sudah ada pada Atlasnya.
"Pa, Ma sebenarnya kedatangan Atlas kesini mau minta restu dari Papa dan Mama untuk mengajak Lili ke jenjang yang lebih serius." Atlas tersenyum seraya mengucapkan niatnya. Berbeda dengan Lili yang gugup bukan main.
"Alhamdulillah." suara kompak itu Lili dengar dari keluarganya. Mereka menatap Lili bahagia. Bahkan mata Mama sudah berkaca - kaca dan hendak menangis.
"Sok atuh! Jangan ditunda!" suara Papanya itu membuat Lili akhirnya meloloskan tawanya. Atlas pun demikian. Sesekali pria itu menoleh ke Lili untuk melempar senyumannya.
"Nanti Atlas juga akan atur jadwal untuk lamaran resminya." ucap Atlas lagi. "Kakak, mau minta apa buat pelangkah?" tambah pria itu lagi dengan sebuah kekehan dari bibirnya.
"Pelangkah gue cukup Lo gak manggil gue kakak aja bisa ga? Masa yang lebih tua manggil gue kakak." Ashley menggerutu dengan matanya yang tak bersahabat.
Seisi ruangan tertawa. Padahal umur keduanya sebaya, hanya berbeda bulan saja. Memang dasar ego kakaknya itu. Sampai sekarang pun tidak ada yang bisa mengalahkannya.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...