Pernah dengar lagu Nothing yang dinyanyikan Bruno Major? Sebuah lagu yang menggambarkan suatu keindahan dan kedamaian dalam kebersamaan dengan orang yang dicintai.
Liriknya bercerita tentang betapa menyenangkannya menghabiskan waktu bersama pasangan tanpa harus melakukan kegiatan besar sekalipun. Bahwa kenyamanan dan kebahagiaan bisa ditemukan dalam momen-momen sederhana dengan orang yang spesial, seperti hanya duduk bersama, berbicara, atau bahkan hanya menikmati keheningan satu sama lain.
Jika Atlas disuruh untuk memilih satu lagu untuk menggambarkan hubungannya dengan Lili. Pria itu akan menjadikan lagu itu sebagai jawaban.
Bersama Lili, bahkan hanya bersandar pada satu sama lain dengan selimut yang membalut kaki mereka bersama ditemani dengan sebuah series TV terasa sangat membahagiakan baginya.
Untuknya, tangan Lili yang sibuk bergerak untuk mengusap tangannya yang digenggam gadis cantik itu sudah cukup. Melihat senyuman Lili sudah cukup. Menyalurkan kasih sayangnya dengan memeluk gadis itu sudah cukup. Menghabiskan waktu bersama dengan Lili sudah jauh lebih dari cukup.
Lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia. Hatinya terasa penuh dengan keberadaan gadis itu bersamanya.
"Sayang, kamu yakin kita gak perlu pergi ke dokter?" Atlas menatap Lili yang bersandar pada dadanya yang bidang. Kekasihnya itu menggeleng. Justru mengeratkan kembali kaitan tangannya pada Atlas.
"Aku sudah sembuh semenjak kekasihku datang menjengukku." gombalan Lili itu membuat Atlas mendengus. Namun sebuah senyuman justru terbit setelahnya.
"Kenapa? Memangnya cuma kamu yang boleh gombal?" jahil Lili seraya menjulurkan lidahnya. Dengan gemas Atlas mengecup pipinya.
"Sayang?" panggilan Atlas itu membuat Lili mendongak. Matanya menatap Atlas dengan polosnya.
"Do you love yourself?" pertanyaan Atlas itu membuat Lili mengkerutkan dahinya. Namun tak urung dirinya menjawab, "Of course i do." pandangan keduanya masih terhubung sebelum senyum jahil Atlas terbit diwajahnya.
"Well i guess we love the same person then." sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Lili. Sedang si empunya justru masih terpaku ditempatnya karena jantungnya yang berdegub terlalu cepat.
Seakan kesadarannya kembali, Lili langsung menyembunyikan wajahnya pada dada Atlas.
"Ih! Jangan gombal lagi!"
Protesnya masih dengan wajah yang mengumpat. Atlas tertawa dibuatnya. Sadar betul jika kekasihnya sedang salah tingkah.
"Aku kira kamu menyukainya."
Lili mendongak dengan pipinya yang bersemu. "Gak! Aku gamau lagi." rajuknya. Dengan masih menahan tawanya Atlas menatap Lili dan bertanya, "Kenapa?"
Bibir Lili mencebik. Membuat Atlas semakin gemas akan kekasihnya itu. "Aku jadi deg - degan! Aku malu dengernya. Aku gamau lagi pokoknya."
Tawa Atlas sukses keluar begitu saja. Ada saja tingkah wanitanya itu. Seakan kegemasannya tak pernah habis.
"I love you My Lili."
Pernyataan itu membuat Lili berharap ia tidak akan terkena serangan jantung hari ini. Atlas benar - benar memporak porandakan jantungnya!
"I love you too My Atlas."
Balasnya yang membuat Atlas tersenyum dan memeluk Lili lebih erat.
"Tapi sayang," Lili mendongak menatap Atlas, penasaran dengan apa yang ingin lelaki itu katakan. "Apa?" tanya Lili pada akhirnya.
"No matter how much i say i love you, i always love you more than that."
Atlas kembali tersenyum lebar saat melihat pipi Lili kembali bersemu.
"Atlas" Rengek Lili dengan memanggil namanya yang akhirnya mengakhiri sesi menggombal itu.
"Lili ada yang mau aku tanyakan ke kamu." ucap Atlas begitu keheningan cukup lama menyelimuti mereka.
Lili menegakkan posisinya, menoleh ke arah Atlas sebelum memincingkan matanya. "Aku gak mau jawab kalo kamu masih mau ngegombal." katanya yang membuat Atlas terkekeh.
"No princess, kali ini aku benar - benar mau bertanya." ujar Atlas memastikan. Lili mengangguk dan mempersilakan Atlas untuk bertanya.
"Tadi, saat jam makan siang. Kenapa kamu tidak menjawab telepon dariku" pertanyaan Atlas yang terdengar merajuk itu sebenarnya membuat hati Lili sedikit tak nyaman. Meskipun Lili tau Atlas hanya bertanya untuk protes. Karena beberapa hari terakhir mereka akan makan siang bersama walaupun secara virtual.
Sebenarnya Lili tidak mau membahas ini. Dia sudah nyaman sekali dengan atmosfir yang mereka ciptakan barusan. Tapi, tak ayal Lili juga tidak mau merahasiakan apapun dari Atlas.
Lili membenarkan posisinya menjadi menghadap ke arah Atlas. Tangan keduanya masih bertaut dan tatapan Lili berlari ke arah genggaman mereka.
"Tadi aku bertemu dengan mantanku."
Lili mendongak untuk melihat reaksi Atlas. Pria itu tersenyum kepadanya dan mengusap tangan Lili yang ada digenggamannya. Atlas turut mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Lili agar bisa lebih leluasa menatap wanitanya.
"Kamu gak perlu ceritakan detailnya kalau kamu gak nyaman sayang."
See? Atlas selalu punya caranya sendiri dalam merespon sesuatu. Dia bahkan tidak menunjukkan ekspresi terganggu sedikitpun. Justru mengkhawatirkan kenyamanan Lili adalah prioritasnya. Lili benar - benar tak habis pikir. Amalan apa yang ia buat sehingga dirinya dipertemukan dengan sosok Atlas ini.
"Aku gak mau merahasiakan apapun dari kamu."
Atlas menghadiahinya dengan kecupan di kening begitu mendengar perkataan itu dari Lili. Senyuman pria itu tetap tidak luntur dan masih nyaman singgah di wajahnya.
"Anytime sayang, kalau kamu mau menceritakannya, i'm all ears now."
Perkataan dan perlakuan Atlas itu membuat Lili menyunggingkan senyumannya. Secara perlahan rasa tak nyaman di hatinya yang timbul barusan hilang. Tergantikan dengan rasa aman dan nyaman saat dirinya bertukar pandang dengan Atlas.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...