Chapter - 68

1K 49 2
                                    

Katanya, beberapa wanita hamil akan jauh lebih manja ke pasangannya. Dan sekarang, Atlas menyaksikannya langsung didepan matanya. Bagaimana istrinya merengek ingin dipulangkan ke rumah mereka beberapa saat lalu. Bagaimana istrinya menyuruh Atlas untuk menghubungi Owen agar Atlas menemaninya di kursi belakang mobil tanpa perlu menyetir. Dan bagaimana Lili tak mau menjauh dari dekapannya.

Di sisinya Lili memeluk dirinya seperti koala. Matanya terpenjam dengan kepalanya yang menyusup masuk di dadanya. Tangan Atlas masih bertengger di pucuk kepalanya karena Lili memintanya untuk terus membelai surainya.

"Kamu gak pegal?" tanya Atlas melihat posisi Lili yang hampir meringkuk penuh disisinya. Pasalnya, perjalanan menuju rumah mereka cukup ramai dan memakan waktu. Dan sepertinya bertahan pada posisi seperi koala begitu bukanlah hal yang nyaman.

Lili menggeleng tangannya merenggang dan dalam sekejap menatap suaminya yang juga sedang menatapnya. "Kamu gak suka ya?" tanya gadis itu sedikit berbisik. Pipinya sedikit menggembung persis seperti anak kecil.

Atlas mengangkat sebelah alisnya, bersiap siaga seakan tahu bahwa apa yang akan terjadi adalah karena istrinya sedang berkolaborasi dengan hormon kehamilannya.

Tidak ada semenit mata Lili sudah terlihat berkaca. Wanita itu berangsur menjauh dan memilih untuk memojokkan dirinya ke sisi pintu mobil.

Atlas mengulas senyumnya samar. Tangannya meraih jemari Lili yang wajahnya masih saja diarahkan wanita itu ke arah jendela.

"Apa aku bilang kalau aku gak suka? Hm?" tanya Atlas berusaha membujuk wanitanya. Namun tak ada sahutan dari sang istri. Lili melepaskan tangannya dari suaminya perlahan. Memilih melipat kedua tangannya didepan dadanya tanpa mau repot - repot menjawab.

Owen di sisi kemudi berdeham canggung. Sial! Apa ia harus melihat drama rumah tangga ini? Rasanya sangat menggelikan sekaligus memuakkan untuk dilihat dan didengar.

Tanpa peduli Atlas kembali menarik Lili, kali ini usahanya berhasil. Pria itu menarik pinggang wanitanya hingga Lili mendekat. Kemudian tangannya ia selipkan dibawah paha istrinya sebelum akhirnya memangku Lili di pahanya hingga berhadapan dengannya.

Dilihatnya wajah Lili yang sudah ditekuk, sedikit ada bekas air mata di dekat mata dengan hidungnya yang sedikit memerah. Atlas lantas melukis senyumnya, senyum yang cukup lebar akibat gemas dengan istrinya. Tangannya sudah beralih membelai kepala Lili yang saat ini justru kembali menangis.

Kedua tangan Lili mengalung di leher Atlas, memeluknya di detik berikutnya dengan kepalanya yang ia tanamkan pada ceruk leher suaminya. Atlas mengelus kepalanya penuh kelembutan. Persis seperti saat Atlas menenangkan keponakannya.

Yang terjadi selanjutnya adalah Lili yang keluar dari persembunyiannya. Keduanya saling bertukar pandang lagi dengan Atlas yang tak henti tersenyum. "Kalau kamu tanya apa yang aku suka, jawabannya sudah pasti kamu. I like everything on you. You cant even imagine how much i like you Lili. I'm your fan. Your number one fan." ucap Atlas seraya menatap manik Lili.

"Kalau kamu tanya apa aku bahagia. Jawabannya iya, bahkan kalau ada kata yang mendeskripsikan lebih dari bahagia, aku akan menggunakannya." lanjut Atlas lagi. "Ada tiga momen terbahagia di hidup aku yang ada kamu didalamnya. Pertama, saat aku pertama kali melihat kamu. Kedua, saat kita menjadi milik satu sama lain. Dan ketiga, ketika kita membangun keluarga kecil kita." tambah Atlas dengan mengusapkan tangannya di perut Lili pada akhir kalimatnya.

"So dont ever doubt my feelings for you princess. It's infinity." ucap Atlas lagi. Lili tak berucap apapun. Jantungnya berdegup. Namun dengan nakal di detik berikutnya ia merangkum rahang suaminya dan memberikan ciuman singkat pada bibir pria itu.

"Sayang," panggil Atlas yang langsung dijawab dengan dehaman dari Lili yang sekarang sedang bersemu. "I think i'm starting to like your pregnancy hormones." tutur Atlas dengan senyumnya yang menawan.

Dengan malu malu Lili menyembunyikan wajahnya lagi pda tubuh suaminya. "Maaf, aku gak bisa mengontrolnya-" sebuah kecupan dari Atlas membuat Lili menghentikan ucapannya.

"Kalau begitu tolong untuk selamanya begini saja. Kamu tidak perlu mengontrol hormonnya. I like it this way. Kamu jauh lebih menggemaskan, lebih manja, dan tambah menarik karenanya." ucap Atlas seraya menjawil hidung Lili.

"Jadi selama ini aku kurang menarik?" protes Lili terdengar merajuk. Atlas tertawa karenanya. Lagi - lagi hormon Lili membuatnya tergelitik.

"This is what i meant." ujar pria itu seraya mencolek pipi istrinya. Lili yang seakan baru menyadari bahwa hormonnya menguasainya beberapa detik lalu langsung mencebikkan bibirnya.

"I hate it." gumam Lili terdengar mengeluh di pundak Atlas. Atlas terkekeh. "I'll like it for you." ucap pria itu. Kemudian Atlas mencium bibir istrinya itu, kali ini cukup lama dan Lili juga menikmatinya lebih dari apapun. Tangan Atlas bahkan sudah beranjak naik dan turun di punggung Lili. Sensasinya luar biasa hingga keduanya lupa jika disana ada Owen.

"Ekhem!" suara Owen mengakhiri kegiatan mereka. Atlas menatap Owen dari pantulan spion mobil. Menatapnya tak suka dan penuh permusuhan. "Maaf menginterupsi, tapi kita sudah sampai sejak 10 menit lalu." ucap Owen.

Lili yang malu langsung memutuskan untuk mengubur wajahnya lagi pada ceruk leher suaminya. Atlas mengucap terimakasih pada Owen, pria itu beranjak membuka pintu mobil dengan Lili yang tetap dipangkuannya. Membuat Atlas menggendongnya seperti seekor koala saat memasuki kediaman mereka.

"SURPRISE!!!" Suara teriakan dan konfeti juga terompet mengagetkan pasutri itu. Lili refleks langsung turun dari gendongan suaminya. Dirinya baru ingat jika sebelum kejadian ia dilarikan ke rumah sakit tadi ia sempat menghubungi sahabatnya dan Atlas untuk datang ke kediaman mereka demi merayakan ulang tahun suaminya itu.

Bisa - bisanya Lili melupakannya! Entah sekarang pipinya sudah semerah apa, yang jelas wajahnya terasa sangat panas sekarang. Berbeda dengan Atlas yang dengan santainya mengalungkan satu tangannya pada pinggang Lili, membuat tubuh keduanya merapat.

Lagu selamat ulang tahun dinyanyikan, dengan Bunda yang membawa kue ulang tahun beserta lilin yang menyala ke anak lelakinya itu. Atlas memejamkan matanya, mengucap syukur dan harapan di dalam hatinya sebelum akhirnya meniupkan lilin itu hingga padam.

"Nak, ini kenapa? Kamu sakit?" tanya Bunda begitu melihat punggung tangan Lili yang masih dihiasi kapas pasca infus. "Iya Li, lo pucet, lo sakit?" tanya Elle yang juga ikut mendekat. Sedang Mama dan Papa Lili juga sudah memberikan tatapan khawatirnya.

Atlas meraih tangan Bunda, mengarahkannya ke perut Lili seraya tersenyum pada Bunda dan yang lainnya. "Lili baik kok, ini karena ada kehadiran dia, jadi tadi sempat diinfus supaya Lili dan baby lebih segar dan sehat juga." ucap Atlas diiringi senyumnya yang tak luntur.

"Kamu hamil nak?" tanya Mama dengan suaranya yang penuh antusias dan sedikit bergetar. Lili mengangguk dengan matanya yang kembali berkaca. Seakan tak percaya bahwa momen ini akan ia rasakan.

"Alhamdulillah..."

"Yaampun! Alhamdulillah."

"Oh my god gue jadi aunty."

"Astaga sahabat gue mau jadi bapak."

Suasana ruangan berubah penuh haru. Semua mengucap syukur dan bahkan para orang tua langsung bergantian mendoakan si cabang bayi. Lili dan Atlas bertukar pandang haru. Benar - benar bersyukur hari seperti ini dapat mereka rasakan dan rayakan seperti ini.

"I love you Mas." ungkap Lili sedikit berbisik saat para tamu sibuk memakan kue mereka. "I love you more princess." ucap Atlas sebelum mencium kembali bibir istrinya.

TBC

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang