Chapter - 58

3.4K 125 5
                                    

Kedua pasutri itu benar - benar memaksimalkan untuk menghabiskan waktu mereka dengan selalu bersama. Terhitung hari ini sudah hari ke-9 dimana keduanya menghabiskan waktu untuk mengelilingi Italia.

Entah apa yang sudah Atlas lakukan hingga kantor Lili mengizinkannya mengambil cuti selama ini. Tapi apapun yang pria itu lakukan, Lili senang karena bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan suaminya itu.

Dari mulai food hunting sampai Lili merasakan food coma, menonton opera, berjalan mengelilingi kota sambil bergandengan tangan, mengunjungi tempat - tempat wisata, hingga hanya menghabiskan waktu di hotel. Semuanya sudah mereka lakukan.

Tapi sekalipun, kata bosan tidak pernah terlintas diantara kebersamaan keduanya. Seperti hari ini, Atlas mengajak Lili untuk pergi ke museum yang cukup terkenal disana. Entah apa namanya, Lili sudah tidak ingat. Yang pasti museum yang ditapakinya sekarang ini bergaya kuno dengan bangunan yang penuh dengan ukiran.

Sebenarnya, Lili tidak begitu mengerti kenapa banyak orang datang ke museum. Lili tidak pandai dalam memahami seni. Tapi kata suaminya, ia ingin mencoba berkencan di museum. Entahlah Atlas mendapatkan ide itu dari mana tapi yang pasti, selama Atlas bersamanya, Lili akan selalu menikmati perjalanannya.

"Aku gak ngerti kenapa banyak pasangan datang ke sini untuk berkencan. Bukankah akan lebih menyenangkan untuk pergi ke sebuah festival atau taman bermain?" gumam Lili dengan tangannya yang melingkar di lengan suaminya.

Atlas lantas terkekeh mendengar pemikiran istrinya itu. Ini juga yang pertama kalinya untuk Atlas, tapi entah mengapa pergi ke museum dengan pujaan hati terdengar romantis baginya.

"Sepertinya aku tahu kenapa." tutur Atlas dengan senyumannya yang congkak. Memandang Lili dengan maniknya yang selalu memikat Lili.

"Tell me then," pinta Lili padanya. Keduanya masih terus melangkah, melihat beberapa figura dan lukisan yang dipajang disana dengan tubuh saling berdekatan karena tangan Atlas yang tak lepas dari pinggang Lili.

"Did you realize that all of these arts comes from centuries?" tanya Atlas menjelaskan dengan matanya yang tak pernah lepas dari wajah cantik istrinya.

"That's what i meant! Isn't it too lame to come here? Benda ini terlalu tua untuk dilihat kan?" gumam Lili pada Atlas. Mendengar itu membuat Atlas mencubit pipinya dengan gemas hingga Lili mengaduh.

"That's not the context sayang." ucap Atlas pada Lili yang sekarang mengerutkan dahinya. "Justru karena mereka berasal dari berabad - abad lalu lah yang akhirnya membuat mereka spesial." lanjut Atlas.

"Aku gak ngerti." gerutu Lili dengan bibir yang mencebik. Sukses membuat Atlas tak melepaskan senyumannya.

"That shows us how memories stay for so long sayang. Every each of those arts has their own stories." kata Atlas yang membuat Lili menoleh tertarik ke arah suaminya. "Sama seperti kita, manusia. No matter how long the time we spent, some memories are stays with us until we die." tambah Atlas lagi.

"That's why some people bring their lover to come here. Supaya momen mereka bisa menjadi sejarah untuk dikenang di ingatan mereka hingga mereka mati. Just like all of these arts that we've seen here." jelas Atlas mengakhiri kalimatnya dengan mengecup punggung tangan istrinya.

Lili lantas tersenyum dibuatnya, merasa kagum dengan pola pikir pria tampn disampingnya. "Apa aku baru saja menikahi seorang penyair?" jahil Lili pada suaminya seraya kedua tangannya memeluk pinggang Atlas dengan manja. Membuat suaminya tertawa atas apa yang dilakukannya.

"I'm not a poet, princess. I'm just a guy who's fallen in love with my wife." jawab Atlas seraya mengecup singkat bibir Lili.

"Ih! Gombal!" respon Lili salah tingkah. Melepaskan pelukannya pada pinggang pria itu dan lantas pergi menjauh dari suaminya sebelum Atlas menyadari pipinya yang sudah merah merona.

Dibelakangnya Atlas terkekeh. Sebelum akhirnya ikut mempercepat langkahnya hingga kembali berjalan di sisi Lili dengan tangannya yang kembali bersarang di pinggang Lili.

"Can i take some pictures of you cantik?" tanya Atlas seraya mengeluarkan ponselnya. Tentu saja Lili langsung menganggukinya. Ini juga yang Lili sukai dari suaminya itu. Pria itu akan menawarkan dirinya lebih dulu untuk memotretnya tanpa ia memintanya.

"Cantik!" puji Atlas setelah mengambil beberapa foto istrinya. Kemudian mereka kembali melihat beberapa pajangan disana, mencoba membaca beberapa informasi dari setiap seni yang mereka temui. Hingga lupa waktu dan tanpa sadar kembali menikmati kebersamaan mereka yang berlalu begitu saja.

- - -

Liked by whosmeta and othersatlasalistair i always thought the painting were the masterpiece until I saw this pretty lady that i like to call wife

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liked by whosmeta and others
atlasalistair i always thought the painting were the masterpiece until I saw this pretty lady that i like to call wife

Atlas tersenyum saat foto Lili yang ia ambil berhasil ia unggah ke laman instagramnya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju hotel tempat mereka menginap dengan Lili yang tertidur tepat di pundaknya.

Untungnya ada supir hotel yang mengendarai kendaraan ini. Jadi Atlas bisa lebih leluasa berada disamping wanitanya yang sepertinya sudah kelelahan itu.

Ngomong - ngomong soal Lili. Entah bagaimana Atlas harus menjelaskannya. Yang pasti, akhir - akhir ini dirinya merasa sangat tergila - gila dengan istrinya itu. Sejak menikah beberapa hari lalu, Atlas merasa dirinya ditarik masuk lebih dalam untuk jatuh cinta pada istrinya itu.

Dengan penuh sayang, Atlas mengusap pipi wanita itu dengan gerakan monoton seraya memandangi wajah cantik itu tanpa henti. Andai saja dirinya bisa bertemu dengan Lili lebih cepat daripada ini. Pasti hidupnya akan selalu semenyenangkan ini.

"Siamo arrivati signor," (kita sudah sampai tuan), ucap sang supir menginterupsi kegiatan Atlas.

"Grazie infinite." (terimakasih banyak), jawab Atlas seraya tangannya dengan sigap membawa Lili pada gendongannya. Lili melengguh begitu mendengar pintu mobil yang tertutup. Lantas matanya terbuka sedikit demi sedikit dan mendapati dirinya sedang digendong oleh suaminya.

"Hai cantik," sapa Atlas seraya menundukkan kepalanya. Melihat Lili yang juga sedang melihatnya dengan kedua tangan gadis itu yang menyampir di lehernya. Lili tersenyum saat mendengar sapaan Atlas.

Lantas meringkuk dan memeluk Atlas lebih kuat dari sebelumnya hingga membuat Atlas terkekeh akan tingkahnya.  "Aku tau aku berat, but i dont want to walk. Aku sudah terlalu nyaman digendongan ini." gumam Lili dengan manja seraya wajahnya menelusup masuk ke dada bidang suaminya.

Atlas kembali terkekeh, langkahnya membawa keduanya memasuki lift dan dengan peka Lili membantu menekankan tombol untuk mereka.

Atlas tersenyum ke arahnya. Mendekatkan wajah mereka sampai hidung keduanya bertemu, "I dont want to let you go either sayang. I love to keep this close to my beautiful wife." ucap Atlas yang membuat Lili salah tingkah.

Atlasnya itu, selalu saja punya cara untuk membuatnya merasa salah tingkah. Tapi, meskipun sesekali Lili merasa kesulitan mengontrol perasaannya, ia tetap selalu menyukai sensasi ini. Perutnya yang menggelitik, wajahnya yang memanas, hingga jantungnya yang berdebar.

Lili berdoa, semoga ini bisa berlangsung selamanya.

TBC

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang