Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.Teguh segera mengangkat panggilan video dari Fabiola yang sejak tadi berusaha menghubungi mereka.
"Gimana Joanna?"
"Joanna selamat Bi! Tuhan sayang sama dia! Dia bisa laluin masa kritisnya." Seru Teguh yang tersenyum dengan mata sembabnya, begitupun Fabiola.
Sejak mertuanya memberi info bahwa Joanna sudah melewati masa kritisnya, Fabiola terus berusaha menghubungi para sahabatnya itu. Dia ingin segera melihat Joanna, meskipun melalui layar handphone.
"Dimana dia sekarang, gue mau lihat." Teguh segera mengarahkan handphonenya ke arah Joanna. Terlihat Joanna menampilkan senyumannya pelan saat melihat Fabiola, membuat gadis itu lagi-lagi menangis.
"Jo! Yang kuat yah, gue bakalan nemuin lo secepatnya. Lo harus semangat sembuhnya!" Ucapnya disertai tangisan, ya tangisan bahagia karena sahabatnya ini berhasil melewati masa kritis.
Joanna hanya menjawab Fabiola dengan sebuah kedipan, alat ventilator di tubuhnya jelas membuat pergerakannya terbatas saat ini.
Ya, setelah Joanna melewati masa kristisnya. Akhirnya dia bisa keluar dari ICU dan masuk ke dalam rawat inap, meskipun dengan alat medis yang masih terpasang lengkap di tubuhnya.
###
Beberapa orang sudah pulang, menyisahkan Eunice, mama Joanna, Teguh, Karin, Eunice, Efraim, kedua orang tua Gomgom dan tentu saja Gomgom yang saat ini memilih duduk menjauh dari Joanna. Meskipun keadaannya saat ini tidak dalam kondisi baik, dia kekeh tidak ingin kembali ke kamar rawatnya karena ingin menemani Joanna.
Memantau Joanna dari jauh sudah membuat Gomgom merasa cukup bahagia, beberapa jam lalu dia hampir saja kehilangan wanita itu selamanya, dan hal itu terjadi karen Joanna ingin menyelamatkannya.
"Nak, kamu ga mau bicara sama Joanna dulu?" Tanya Eunice yang menghampiri Gomgom.
"Boleh tante?"
"Boleh, ga apa-apa. Tapi kalau Joanna nolak, tante mohon kasih dia waktu dulu yah."
"Oke tante." Gomgom segera membawa kursi rodanya ke arah ranjang Joanna. Ketiga sahabat gadis itu memilih berpindah ke arah sofa agar dapat memberi waktu pada pasangan itu.
"Hai! Makasih yah sayang!" Kalimat pertama yang diucapkan Gomgom membuat Joanna tersenyum pelan, yang tanpa sadar air matanya kembali turun.
"Hmm, cengeng banget. Tadi udah jadi wonder woman aku padahal." Gomgom menghapus pelan air mata itu, meskipun air matanya juga mulai turun sekarang.
"Kalau aku ga apa-apa, cengeng. Kan tadi kamu buat takut, ga boleh lagi ya sayang." Alasannya.
"Makasih yah udah ngorbanin diri kamu. Aku janji itu yang pertama dan terakhir. Dan maafin aku yang ga bisa jagain kamu." Gomgom menggenggam tangan Joanna yang terpasang infus.
"Nanti aku doa yah, biar sakitnya pindah ke aku aja sayang. Kamu harusnya ngobatin aja, ga perlu sakit. Yang sakit biar aku aja, karena ada kamu yang ngobatin." Lagi-lagi candaan Gomgom membuat Joanna sedikit tersenyum.
"Udah senyumannya, kamu cantik banget kalau lagi senyum. Sekarang kamu istirahat yah, aku temenin. Ga bakal ninggalin kamu lagi." Joanna menjawab ucapan Gomgom dengan sebuah kedipan lalu mulai menutup matanya.
"Aku ga tahu gimana aku bisa hidup kalau kamu pergi sayang!"
###
"Bang, sekarang kita balik ke kamar rawat kamu yah. Biarin Joanna istirahat dulu." Ajak Endang pada Gomgom.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Bisa Lari
RomanceSeorang abdi negara kebanyakan akan memilih pasangan yang berprofesi di bidang kesehatan, begitupun sebaliknya. Tapi berbeda dengan Ipda Theodore Gomgom Octofarrel De Fatima, lelaki 24 tahun yang sebentar lagi pangkatnya akan naik ini sejak dulu tid...