Twenty Seven

1.2K 105 30
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

Wanita itu perlahan keluar dari kamar dengan kaki yang masih sakit.

"Udah siap? Yuk berangkat." Ucap Gomgom setelah Joanna tiba di ruang tamu.

"Mana yang lain? Gue ga mau bareng lo!" Ketus Joanna.

"Udah berangkat 15 menit yang lalu."

"What?! Dia ninggalin gue?"

"Kan ada gue."

"Lo ga denger, gue ga mau sama lo!" Ulang Joanna.

"Yaudah, kalau gitu lo jaga penginapan. Gue berangkat dulu." Ucap Gomgom seraya berdiri dari sofa.

Joanna coba berlari kecil menghalangi langkah Gomgom.

"Ga usah lari. Kaki lo lagi sakit." Ucap Gomgom.

"Ini juga gara-gara lo! Serius mereka udah berangkat duluan?"

"Iya. Emangnya gue pernah bohong ke lo?"

"Ganti pertanyaan lo, harusnya lo tanya emangnya lo pernah jujur sama gue?"

"Udah udah, jangan debat. Ntar kita makin ketinggalan. Mana tas lo biar gue bawain."

"Ga usah, gue bisa sendiri!"

"Hmm, yaudah. Gue tunggu di mobil. Lo bisa turun tangga sendiri kan?"

"Sial! Kemarin gue digendong sama Teguh waktu mau naik turun tangga, sekarang gimana dong?"

"Gue ga lemah!" Jawab Joanna tidak mau kalah.

"Ok."

Gomgom mendahului Joanna dan segera masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir tepat di depan tangga penginapan.

Joanna terdiam sejenak untuk mencari cara agar dia bisa turun dari tangga ini tanpa membuat lukanya kembali berdarah.

Syuk

Terlalu fokus melihat tangga membuat Joanna tidak memperhatikan Gomgom sudah berada di dekatnya yang segera menggendong Joanna, seperti saat mereka bertemu terakhir kali.

"Jangan suruh gue turunin lo lagi. Cukup diem." Pintah Gomgom dan dituruti oleh Joanna.

Setelah berhasil mendudukkan Joanna, Gomgom segea berjalan ke kursi kemudi.

"Pakai sealbet biar aman." Ujar Gomgom sambil memasangkan sealbet untuk Joanna.

"Gak usah sok perhatian!"

"Bukan sok perhatian, gue emang harus merhatiin lo kan?"

"Atas dasar apa? Kita ga ada hubungan apapun, berteman pun kita ga kan?"

"Itu menurut lo. Menurut gue kan lo wanita yang sementara gue perjuangin."

"Lo mau jalan apa gimana? Kita udah ketinggalan jauh nih!" Ucap Joanna mencari topik pembahasan lain.

"Iya cantik, kita jalan." Jawab Gomgom lalu segera menjalankan mesin mobil.

###

"Eh si Joanna sama Gomgom belum nyampe?" Tanya Ariq pada Khalifah sebelum mereka mulai snorkiling.

"Mereka ga kesini." Jawab Teguh yang tiba-tiba sudah berada di sisi Khalifah.

"Maksudnya?"

"Tadi Gomgom minta izin mau bawa Joanna ke Labuan Cermin, biar Joanna tetap bisa nikmatin wisata air tanpa harus snorkiling." Jelas Khalifah.

"Kok lo izinin si Guh? Kalau gue pasti lo ga bakalan izinin." Protes Ariq.

"Lo ga ada hak buat koment perizinan gue!" Ucap Teguh lalu segera berjalan ke teman-teman wanitanya.

"Lo kenapa izinin dia Khal?"

"Dari awal gue bilang sama lo kan, jangan ngejar Joanna. Udah buntu jalannya, lo ya ga mau dengerin gue. Yuk, mereka udah nungguin tuh."

###

"Gom, ini beneran tempatnya? Kok ga ada tanda-tanda bisa snorkiling disini." Tanya Joanna setelah mereka masuk ke dalam lokasi wisata.

"Gue juga ga liat mereka." Lanjutnya.

"Mereka emang ga ada disini." Ucap Gomgom enteng, membuat Joanna meliriknya tajam.

"Maksud lo?"

"Gue minta izin ke mereka biar gue bisa bawa lo kesini aja, daripada disana lo cuma duduk di pinggir pantai nungguin kita."

"Sapa yang izinin lo?! Gom, gue udah nahan diri ya sejak tadi pagi. Lo inget kan terakhir kita ketemu gue bilang jangan nunjukin muka lo lagi sama gue, ini apa?! Dan lagi, lo ngerasa ga bersalah apapun kan sama gue, berarti emang kita udah ditakdirin buat ga kenal lebih jauh."

"Maaf Jo, gue sadar gue salah. Maaf. Tapi untuk ga merjuangin lo, lo mungkin lupa kalau gue itu abdi negara yang ga bakal mundur gitu aja, apalagi karena kesalapahaman aja."

"Salah paham gimana? Gue liat lo sama Reni duduk berdua kok dekat taman waktu itu. Bahkan temennya dia nemuin gue di Jakarta hanya buat bilang lo pacarnya Reni."

"Nih." Ucap Gomgom memberikan amplod yang berisi surat dari Reni.

"Kemarin sebelum berangkat kesini, dia nitip surat ini." Lanjutnya.

"Ngapain lo ngasih ke gue?"

"Biar lo baca."

Perlahan Joanna membaca isi surat itu yang berisi ucapan minta maaf dari Reni yang selama ini mengganggu Gomgom, dan akan berusaha tidak menganggu Gomgom di masa depan.

"Ini Reni yang nulis?" Tanya Joanna setelah membaca surat itu.

"Hmm."

"Kenapa harus pake surat?"

"Karena gue blokir setiap nomor yang dia pakai ngechat gue. Jadi dia ga bisa hubungin gue sama sekali. Akhirnya dia nitip surat sama anak buah gue."

"Jadi nomor gue lo block juga?"

"Gue ga pernah block lo. Tapi gue jarang megang handphone dan gue takut Reni ngehubungin gue lagi."

"Tapi waktu itu lo duduk bareng dia kok. Gue lihat sendiri waktu itu."

"Jadi itu yang buat lo sampai jatuh? Maafin gue yah."

"Waktu itu, dia tiga hari berturut-turut datang ke markas latihan. Gue jadi ga enak sama komandan, jadi akhirnya gue ngajak dia bicara diluar."

"Bicara tentang apa?"

"Nyuruh dia jangan berharap sama gue, karena gue ga bakalan anggap dia lebih dari teman. Apalagi gue punya lo."

"Hah? Gimana gimana? Napa bawa bawa gue lo?"

"Ya kan emang gue punya lo. Eh mana gelang yang gue kasih?" Tanya Gomgom setelah melihat tidak adanya gelang di pergelangan tangan Joanna.

"Eh, udah ada perahu tuh. Yuk naik." Joanna berusaha mencari topik lain karena dia sudah tak tahu dimana dia meletakkan gelang itu.

***

Selamatt pagi  hehehe
Maap nih semalam ga sempet uplod
Maaf buat yang udah banyak koment hehehe

Selamat membaca yah

Ingat vote n komentnnya jangan lupaa

🫶

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang