Thirty Nine

477 76 14
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

Joanna merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Perayaan ulang tahunnya seharian membuatnya lelah sekarang, tapi dia tetap sangat bahagia dengan lengkapnya para sahabatnya yang sudah meluangkan waktu mereka.

Setelah mendatangi tempat-tempat yang Joanna ingin datangi sejak lama, mereka akhirnya berpisah. Tetapi esok hari, mereka akan bertemu kembali di rumah Karin untuk membahas persiapan lamaran Fabiola yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.

Waktu yang cukup padat, membuat mereka semua harus segera membicarakan hal ini, apalagi Fabiola tidak akan bisa mengatur hal ini sendiri tanpa bantuan mereka.

Joanna mengangkat tangan kirinya ke arah langit-langit kamar, menatap cincin kupu-kupu yang bertengger di jari manisnya.

"Cantik. Paling paham emang apa yang gue suka." Ucapnya sambil tersenyum.

Perlahan dia mulai mengiklaskan semuanya, mulai menjalani harinya dengan banyak perubahan. Tapi hidup harus tetap berjalankan?

Perlahan mata Joanna mulai lelah, lalu tertidur.

###

Teguh memasuki ruang tamu rumah Karin, disana sudah ada Joanna yang memegang ipadnya, Karin yang baru saja mengambil beberapa cemilan, Eunice yang sedang menulis di sebuah buku, dan Fabiola yang sedang rebahan di atas sofa.

Teguh segera menghampiri keempat wanita itu, dan mendorong tubuh Fabiola agar dia dapat duduk di atas sofa.

"Apasih Guh? Gue lagi tenang adem pake diganggu segala." Protes Fabiola.

"Heh! Ini kita mau bahas acara lo, malah lo rebahan aje. Ga liat nih 3 wanita karir lagi sibuk nyiapin semuanya?" Jawab Teguh yang sudah berhasil duduk.

"Ya karena gue yang bakalan jadi objek utama, jadi gue terima beres. Ya kan guys?" Tanya Joanna pada tiga wanita yang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"GA!" Jawab mereka serempak, Teguh hanya dapat menahan tawanya melihat keadaan ini.

"Huffftt! Ga solid lo pada. Yaudah, mau gue bantuin apa?" Tanya Fabiola sambil berpindah duduk ke karpet agar sejajar dengan teman-teman wanitanya.

"Bi, rencana yang lo rancang sama Khalifah gimana buat lamarannya?" Tanya Karin.

"Buat lamaran gue sama Khalif maunya intimate dulu. Yang hadir paling keluarga dekat sama temen-temen dekat aja. Ntar hari H-nya baru deh besar-besaran."

"Jadi lamarannya di Lampung ya." Ucap Eunice lalu mencatat hal itu, agar pembicaraan mereka lebih terarah, disini tugasnya memang adalah sebagai sekretaris.

"Untuk persiapannya, lo pada bisa dua minggu depan? Mepet lo waktunya. Kalau kalian susah, ntar kita pake WO aja."

"Bisa kok. Tenang aja. Lagian semalam kita udah bilang ke lo kan, kalau buat lamaran lo biar kita-kita aja yang urus. Tenang." Jawab Karin.

"Hmm, besok gue juga mau masukin surat izin cuti gue. Jadi setelah itu gue bisa urus persiapan lamaran lo sampai panggilan gue dari AS dateng." Jawab Joanna sambil memperhatikan ipadnya.

Mendengar jawaban Joanna, keempat sahabatnya menatap dia.

"Ngapa lo pada natap gue kayak gitu?" Tanya Joanna menyadari pandangan mereka padanya.

"Lo ga mau kita bantu bicara sama tante Eunice biar lo lanjutin spesialisnya disini aja?" Tanya Karin.

"Iya, Jo. Kalau kami bicara sama tante Eunice, gue yakin dia pasti mau." Timpal Eunice.

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang