Fifty One

1.3K 110 32
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

Baru saja Gomgom menutup pintu toilet, suara ketukan dari pintu kamar itu kembali terdengar.

"Itu pasti pesenen gue." Ujar Joanna segera membuka pintu tanpa mengecek di peepholes terlebih dahulu.

"Mami? Efraim? Kok dateng tiba-tiba?" Ujar Joanna yang terkejut akan kedatangan dua orang ini.

"Tadi handphone gue ketinggalan, dari tadi gue hubungin lo tapi lo ga angkat. Jadi sekalian deh gue dateng cek keadaan lo." Jelas Eunice.

Joanna memukul dahinya pelan. "Aduh, maaf mi tadi handphone gue low terus lupa di charger hehehe."

"Yaudah lo tunggu disini biar gue ambilin handphonenya." Ucap Joanna segera masuk ke dalam.

"Kenapa harus nunggu diluar kalau kita bisa masuk? Emangnya lo ada nyembunyiin sesuatu?" Tanya Eunice yang perlahan mulai memasuki ruangan itu bersama Efraim.

"Eh, ga ada kok. Maksud gue biar lo berdua ga buang waktu masuk lagi." Jawab Joanna bohong.

"Oh gitu. Sekarang gimana keadaan lo? Tadi gue sama Karin ninggalin lo pas lagi istirahat, masih agak demam dikit." Tanya Eunice.

"Udah sehat kok hehehe. Lagian ga lucu kan dokter sakit demamnya lama."

"Jangan sok kuat lo. Istirahat juga perlu." Ucap Efraim yang sejak tadi terdiam.

"Iye iye. Eh ini handphone lo. Hati-hati ya baliknya." Joanna memberikan handphone ini pada pemiliknya.

"Eh lo dapat makanan rumahan darimana nih?" Tanya Efraim melihat sebuah paper bag berisi wadah stainless di atas meja makan.

"Hah? Oh ini. Eh, ini dari temennya mama. Tadi sempet ngantar makanan kesini karena dia tahu gue lagi sakit." Lagi-lagi Joanna berbohong.

"Oh, yaudah. Buruan makan, ntar dingin lagi. Gue mau pinjem toilet dulu yah." Ucap Eunice berjalan ke arah toilet, membuat Joanna segera berlari menahan Eunice yang berjarak 1 meter dari toilet.

"Toiletnya lagi buntu. Jadi ga bisa di gunain dulu katanya."

"Hah? Hotel bintang 5 toiletnya buntu?" Tanya Eunice.

"Ya mana gue tahu. Tadi karyawan hotelnya kok yang bilang.".

"Aneh banget. Yaudah, gue sama Efraim balik dulu yah. Kalau ada apa-apa kabarin kita. Handphonenya jangan dimatiin." Ucap Eunice lalu menghampiri Efraim.

"Siap mami." Joanna mengangkat tangan untuk hormat pada Eunice.

"Mami papi pulang dulu yah. Baik-baik disini." Ucap Efraim yang memainkan peran membuat mereka bertiga tertawa.

"Balik lo pada, pasangan gesrek emang." Ucap Joanna sebelum menutup pintu kamarnya.

"Huftt untung aja." Gumam Joanna setelah menutup pintu.

"AAHKK!" Teriaknya tepat setelah dia membalikkan tubuhnya dan sudah ada Gomgom disana yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Eh, kenapa sayang? Kok kaget?" Tanya Gomgom yang ikut terkejut dengan teriakan Joanna.

"Lo tiba-tiba di belakang gue. Ya kaget lah."

"Oh maaf, tadi gue denger ada yang ribut-ribut. Pas keluar toilet lo lagi nutup pintu, jadi gue samperin."

"Hmm, tadi ada Yunyun dan Efraim, dateng ngambil handphonenya yang ketinggalan. Tapi udah gue suruh pulang."

"Kok di suruh pulang?"

"Ya lo pikir aja, kita belum ngasih tahu mereka soal hubungan kita, terus lo tiba-tiba udah disini, mandi disini lagi. Menurut lo mereka bakalan mikirin apa?" Tanya Joanna menatap Gomgom sedikit mengangkat kepalanya karena jarak yang dekat dan perbedaan tinggi dengan Gomgom.

"Ya paling mereka kira kita udah jadian kan?"

"Ya kan kita bakalan ngasih tahu mereka pas nikahannya Bibi, jadi harap sabar."

"Hmm, iya iya."

"Eh sini gue keringin dulu rambutnya, ntar masuk angin." Ucap Joanna lalu menarik Gomgom ke kursi rias.

"Pake apa? Ini udah malam, pake bulan?" Tanya Gomgom membuat Joanna melongo.

"Gue tiupin sayang, biar keringnya cepet." Jawab Joanna sambil tersenyum.

"Emangnya lo sanggub niup sampe kering?"

"Ihh, pake ini nih. Gue todong juga ya lo." Jawab Joanna gemas sambil mengangkat hair dryernya seperti tembak.

"Hahaha, lo cocok juga ya pegang pistol. Tapi tangannya harus gini nih." Gomgom membetulkan cara Joanna memegang hair dryer.

"Ini hair dryer pacarku, bukan tembak, hmmm. Tapi soon gue emang perlu sih kayaknya. Buat jaga diri kan?" Joanna segera mempersiapkan hairdryernya.

"Kenapa? Ada yang gangguin lo?"

"Ga usah bahas itu dulu. Rambut lo harus dikeringin cepet biar lo cepet nyuapin gue. Lapar nih." Joanna memalingkan topik pembicaraan.

###

Siang ini, setelah pindah ke apartemen, Joanna segera membereskan barang-barangnya dan pergi ke bandara untuk menjemput Eunice, wanita itu sudah berangkat dari Jakarta beberapa menit lalu.

Drrt drrt

Getaran handphonenya membuat dia harus mengangkat telepon itu sebelum memencet lift untuk bisa turun dari lantai 5 gedung ini.

"Halo?"

"Gue udah ada di parkiran."

"Ha? Ngapain?"

"Mau jemput lo ke bandara, apa lagi?"

"Gom, ini masih jam kerja lo. Kok lo jadi nemenin gue?"

"Apasih yang ga bisa buat lo."

"Hmm, yaudah. Gue turun." Ucap Joanna lalu segera masuk ke dalam lift ke arah parkiran untuk menemui Gomgom.

###

"Selamat siang sayangku!" Sapa Gomgom saat Joanna sudah masuk ke dalam mobil.

"Hmm." Jawab Joanna singkat.

"Kok ga di balas?"

"Males, lagi ga mood. Lo utamain gue daripada kerjaan lo, harusnya kerjaan lo yang utama." Joanna melipat tangannya sambil membuang muka.

"Hahaha, ini cara ngambeknya dr. Joanna yah? Lucu." Ucap Gomgom mencubit gemas pipi Joanna.

"Ini lo ga sadar gue ga pake seragam?" Tanya Gomgom membuat Joanna melirik singkat lelaki itu.

"Gue udah nyelesain tugas di Lampung tadi malam. Pagi ini udah stor laporan juga ke komandan. Ya sekarang waktunya fokus sama pacar gue." Jelas Gomgom.

"Kenapa ga bilang dari semalam?"

"Setelah lo ngeringin rambut gue, lo langsung nyuruh nyuapin kan? Setelah makan lo langsung tidur. Jelasinnya kapan?"

Joanna hanya terdiam karena gengsi mengakui kekalahannya dalam debat ini.

"Hmm, yaudah kita langsung ke bandara aja yah, ntar tante Eunice jadi kelamaan nunggu kita.

"Hmm."

***

Makasih yahh untuk koment kalian di part sebelumnya, suka deh kalau banyak yang koment hehehe

Untuk part ini jugaa dongg

🫶

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang