Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.Khalifah segera menggendong Fabiola masuk ke dalam IGD dan meletakkan wanitanya di ataa salah satu brankas atas arahan Joanna.
Joanna segera memasang stetoskopnya dan memeriksa bagian perut Fabiola.
"Ini sakit ga Bi?" Tanya Joanna sambil menekan pelan daerah atas perut Fabiola.
"Auh, sakit Dor."
"Lo tadi pagi sarapan apa ga?"
Fabiola hanya membalas pertanyaan Joanna dengan senyuman.
"Yun, dia sarapan apa ga tadi pagi?" Joanna memalingkan tubuhnya ke arah Eunice.
"Tadi pagi pas gue sarapan di hotel dia ga mau ikut Jo, katanya mau sarapan roti aja di kamar. Tapi ga tahu dia jadi makan apa ga."
"Suster Rika." Panggil Joanna pada salah satu suster yang berada tak jauh dari tempat mereka.
"Iya dokter." Ucap Rika setelah berada di hadapan Joanna.
"Suster tolong infus temen saya, kalau perlu pake jarum yang paling gede biar dia ga ngeyel." Ucap Joanna membuat Eunice dan Khalifah menahan tawanya.
Lain halnya dengan Fabiola yang membelalakkan matanya mendengar perkataan Joanna.
"Dor, gue..." Sebelum Fabiola selesai berbicara, Joanna sudah lebih dulu membekap mulut gadis itu.
"Kalau lo ga mau di infus, lo ga bisa balik besok. Pilih yang mana?" Tanya Joanna dengan tatapan tajam.
"Udahlah sayang, dengerin Joanna aja. Ada aku kok yang jagain kamu." Ucap Khalifah menenangkan Fabiola.
"Nah dengerin tuh kata pacar lo. Lo mau durhaka karena ga dengerin perkataan calon imam lo?" Timpal Joanna.
"Yaudah, iya iya. Tapi lo pada temenin gue yah." Akhirnya Fabiola menyerah.
"Enak aja, gue mau balik. Ngantuk. Ini aja udah lewat jam kerja gue." Tolak Joanna.
"Kalau lo balik, gue bakalan pulang." Ancam Fabiola tak mau kalah.
Joanna menarik napas panjangnya. Entah bagaimana dia bisa bertahan duduk sebangku dengan orang di hadapannya ini 3 tahun, bahkan berteman sudah 10 tahun ini.
"Oke oke. Kalau gitu gue minta siapin kamar buat lo dulu. Ga mungkin kami bertiga tidur di IGD cuma buat lo yang sakitnya karena males makan ini kan?"
"Pake yang VVIP aja Jo, ntar urusan bayarnya gue yang urus." Kata Khalifah yang langsung diberikan cubitan oleh Fabiola.
"Ga usah sayang, ini cuma semalam loh. Yang biasa aja." Protes Fabiola.
"He, pacar lo mikirin kita yang jagain lo juga. Remuk nih badan kalau tidur di lantai rame-rame." Ucap Eunice.
"Udah Khal, ntar gue aja yang urus. Tenang. Ntar Bibi tidur dilantai, kita yang tidur di ranjang pasien." Ucap Joanna lalu segera pergi.
###
Setelah selang infus Fabiola terpasang, perawat segera mendorongnya masuk ke kamar rawat inap yang sudah disiapkan oleh Joanna.
"Eh Fabiola mau dibawa kemana?" Tanya Gomgom yang baru saja tiba karena tadi harus memarkirkan mobil.
"Mau di bawa ke ruang inap. Sini lo ikut juga." Ucap Eunice menarik Gomgom agar ikut bersama mereka.
Setelah mereka tiba, di dalam ruangan itu sudah ada Joanna yang merapikan tempat tidur yang akan digunakan oleh Fabiola.
"Makasih suster Rika, suster udah bisa kembali ke IGD kok. Nanti saya yang urusin dia." Ucap Joanna pada Rika yang membawa Fabiola masuk ke ruangan itu menggunakan kursi roda.
"Baik dokter. Saya pamit dulu." Ucap Rika lalu segera keluar dan menutup pintu.
"Lo bisa berdiri ga? Apa perlu digendong pangeran lo dulu?" Tanya Joanna.
"Kayaknya perlu bantuan kamu deh sayang, aku ga kuat." Ucap Fabiola pada Khalifah dengan suara dimanja-manjakan membuat Joanna dan Eunice memutar bola mata mereka.
"Udah deh Yun, lo balik ama gue aja. Enek kan ngeliat nih anak disini?" Ucap Joanna menatap Eunice.
"Hmm, bener kata lo." Jawab Eunice.
"Enak aja! Sesuai perjanjian ya, lo semua harus nemenin gue disini. Ga ada yang boleh pulang." Ucap Fabiola yang kini sudah berada di ranjang rumah sakit dibantu oleh Khalifah.
"Eh ada apa ini? Gue ga tahu apa-apa yah. Jadi gue boleh pulang kan." Ucap Gomgom yang bingung mendengarkan perkataan Fabiola.
"Lo juga ga boleh pulang. Kita kan kesini bareng, kalau lo balik kita harus ngeluarin uang lagi buat pulang besok." Ujar Fabiola.
"Padahal pacarnya kaya, tapi masih ngirit." Bisik Joanna pada Eunice dan dijawab dengan anggukan oleh Eunice.
"Gue denger yah. Ini bukan irit, tapi tentang kesolidtan Gomgom." Bantah Fabiola.
"Iye iye, serah lu dah. Sekarang lo tidur." Ucap Joanna.
"Siap siap. Makasih yah Dora."
"Bi, jangan panggil gue Dora disini. Ntar ada orang lain yang denger, malu gue."
"Oh jadi dr. Joanna namanya Dora." Ujar Gomgom membuat ketiga orang itu tertawa kecuali Joanna yang menatap tajam pada Gomgom.
"Mentang mentang lengan lo udah sembuh, jadi bisa ngejek gue yah."
"Tadi gue cuma nanya kok, ga maksud ngejek." Kata Gomgom yang sekarang menggunakan bahasa unformal mengikuti Joanna.
"Udah jangan ribut. Jo yuk tidur disitu, udah ngantuk kan lo." Ucap Eunice menunjuk sofa besar dalam ruangan itu.
"Lo juga Gom, tidur di sofa yang itu aja." Ucap Khalifah sambil menunjuk sofa lain.
"Terus kamu tidur dimana sayang?" Tanya Fabiola.
"Aku mau disini aja."
"Tapi kan badan kamu jadi sakit kalau tidur gaya duduk."
"Yaudah tidur di ranjang rumah sakit bareng kamu aja nanti." Canda Khalifah
"Heh! Gue belum tidur yah! Jangan macem-macem, ntar gue dapet sanksi karena biarin 2 orang tidur di ranjang pasien. Langgar aturan tuh." Teriak Joanna dari balik sofa.
"Iya Jo, paham paham." Ucap Khalifah sambil tersenyum.
"Kamu beneran ga apa-apa tidur kayak gitu?" Tanya Fabiola lagi.
"Ga apa-apa sayang, asal ada kamu disini, aku ga apa-apa kok. Besok kita udah mulai LDR loh."
"Yaudah, tapi aku mau tangannya gini terus yah?" Pintah Fabiola sambil mengangkat tangan mereka yang saling berkaitan.
"Pasti sayang. Udah tidur tidur, ntar Joanna marahin kamu lagi."
"Gitu emang kalau udah masuk tahap stres tanpa pasangan."
"Heh! Gue masih denger yah!" Teriak Joanna lagi membuat pasangan ini kembali tertawa
***
Gimana part 7-nya seru ga nihhh
Silahkan vote dan koment sebelum scroll ya guyss
🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Bisa Lari
RomanceSeorang abdi negara kebanyakan akan memilih pasangan yang berprofesi di bidang kesehatan, begitupun sebaliknya. Tapi berbeda dengan Ipda Theodore Gomgom Octofarrel De Fatima, lelaki 24 tahun yang sebentar lagi pangkatnya akan naik ini sejak dulu tid...