Fourteen

2K 114 3
                                        

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

"He Gom! Lo ngapain sih? Sampe pacar gue nyuruh gue datengi lo secara langsung." Ucap Khalifah yang baru saja masuk ke dalam ruang perawatan Gomgom.

Seperti yang sudah kedua orang tuanya katakan tadi, mereka akan berangkat ke Sumatera, membuat lelaki tersebut menyendiri di dalam kamar itu sebelum Khalifa datang.

"Ah? Gue ga ngapa-ngapain kok Khal. Gue cuma minta nomornya Joanna."

"Tapi Bibi bilang Joanna sampai nangis waktu dia nelpon Joanna. Kata Joanna lo gangguin dia."

"Ga gangguin kok, gue cuma coba deketin dia aja."

"Lo deketinnya gimana emang?"

"Gue akuin dia sebagai pacar gue di depan Reni. Lo tahu Reni kan? Tapi gue emang mau deketin dia, bukan cuma ngaku-ngaku."

Pletak

Sebuah sentilan pelan dari Khalifah di telinga Gomgom.

"Lo paham deketin cewek gimana ga sih? Setidaknya lo pelajarin dulu orangnya gimana. Pantes aja si Joanna nangis."

"Emangnya kenapa? Kan to the point biar lebih cepat lebih baik kan? Harusnya lo dukung gue dong."

"Gom, hmm mungkin untuk kali ini gue ga bisa dukung lo buat deketin Joanna." Ucap Khalifah sambil menunduk.

"Kenapa?"

"Joanna paling anti di deketin sama abdi negara Gom."

"Karena dia ngira semua abdi negara itu buaya kan? Gue gak bakalan gitu Khal."

"Bukan Gom. Tapi karena kematian papanya."

"Maksudnya?"

"Lo pasti tahu kejadian di PT. Darren kan?"

"Oh kasus penyekapan juga kan? Yang pemiliknya akhirnya menjadi korban tunggal karena senior kita waktu itu lambat ngambil tindakan."

"Iya, dan korban itu papanya Joanna." Satu kalimat dari Khalifah cukup membuat Gomgom terkejut.

"Sekarang lo paham kan kenapa dia ga bakalan mau sama abdi negara? Kalau aja gue, Bibi, dan Eunice itu bukan teman dia dari sebelum kejadian itu, kami pasti ga temenan sama dia Gom." Lanjut Khalifah.

"Kepercayaan dia sama abdi negara udah ga ada sama sekali. Tiap dia harus berhubungan sama abdi negara, dia harus nahan emosi dia. Makanya gue dan yang lain ga pernah make seragam kalau ketemu sama dia. Gue bangga sama dia, selama ini lo ketemu sama dia pake seragam dan dia masih ngehargain lo."

Gomgom hanya bisa terdiam mendengarkan Khalifah, menyadari perbuatannya sejak tadi pagi pada Joanna sudah keterlaluan. Khalifah benar, jika saja dia mencari tahu terlebih dahulu tentang Joanna, mungkin wanita itu tidak akan seperti ini.

"Nih gue bawain buah. Malam ini biar gue yang jagain lo, besok gue libur kok." Ucap Khalifah meletakkan buah yang dia bawah di atas meja lalu berjalan ke arah sofa ruangan itu.

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang