Sixty Five

856 82 13
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

"Lo ngapain datang kesini?" Tanya Gomgom pada Qiara yang berada tepat di hadapannya ini.

"Mau bawain kamu makan malem, kamu belum makan kan? Aku ada urusan deket sini, jadi sekalian deh bawain ini." Jawab Qiara sambil mengangkat plastik berisi beberapa styrofoam.

"Makasih, tapi maaf gue udah makan. Lo bawa pulang aja. Oh iya, lo masuknya gimana?"

"Yah, padahal aku udah effort kesini. Aku bilang di penjaga asrama mau bawain calon suami aku makan malem, terus mereka nanya siapa, jadi aku bilang nama kamu."

"Makasih yah, tapi gue udah makan kok. Soon lo tolong jangan dateng kesini yah, apalagi sampai bohong sama penjaga sampai ngaku kayak tadi. Gue ga mau ada masalah ke depannya sama pacar gue."

"Pacar kamu posesif? Akukan cuma sahabat kamu. Masak dia cemburu sama aku."

"Mungkin dia ga cemburu, tapi gue ga mau buat dia sampai cemburu ataupun kepikiran soal hal yang ga penting."

"Aku ga penting Theo?" Pertanyaan Qiara membuat Gomgom terdiam. Jawaban pertanyaan itu mudah, tapi keadaan Qiara sekarang membuat dia enggan untuk mengatakannya secara langsung.

"Yaudah, makanan lo gue ambil buat temen kamar gue aja. Lo pulang yah, gue anterin sampai depan." Ucap Gomgom yang akhirnya mengambil kantongan itu dan mendahului Qiara berjalan ke depan gerbang.

###

Gomgom meletakkan kantongan itu di atas meja Dion lalu segera berjalan ke arah ranjangnya.

"Eh eh eh? Sejak kapan lo baik beliin kita makanan?" Tanya Dion yang terkejut dengan kelakuan Gomgom barusan.

"Dimakan aja! Gak usah banyak protes!" Ucap Gomgom lalu segera membaringkan tubuhnya.

"Apa kata bu dokter? Kita harus beliin lo obat apa?" Tanya Dion yang membuat Gomgom bangun tersentak kaget.

"Oh iya! Joanna!" Pekik Gomgom lalu segera mencari nomor Joanna di handphonennya yang kemudian melakukan panggilan video pada wanitanya itu.

Sudah 3 kali percobaan tapi Joanna tidak merespon panggilannya sama sekali.

"Sial!" Desisnya.

"Nih obat lo." Tino yang baru saja masuk ke dalam ruang kamar mereka segera memberikan sebuah paperbag kecil berisi beberapa obat-obatan.

Gomgom menerima paperbag itu dengan tatapan penuh tanya pada Tino.

"Barusan Joanna minta tolong ngambilin paket obat yang dia pesen online buat lo." Jelas Tino seolah paham dengan mimik Gomgom.

"Dia tahu gue sakit darimana?"

"Mungkin bang Bima cerita ke dr. Kiran, terus dilanjutin ke Joanna." Tebak Tino.

"Emang mereka berdua sedekat itu?"

"Gom? Bahkan hubungan dr. Kiran dan dr. Joanna aja lo ga tahu bro. Lo tahu apa aja soal Joanna?" Tanya Dion.

"Emangnya gimana lo pada tahu Joanna deket sama istrinya bang Bima?"

"Waktu persiapan nikahannya bang Bima kita sering kok ketemu sama Joanna, jadi kita banyak tahu." Jelas Tino.

"Bahkan hal kecil kayak gini aja, gue ga bisa tahu soal dia." Batin Gomgom.

"Lo minum obatnya dulu, mungkin Joanna lagi bareng profesor sekarang jadi dia ga bisa angkat panggilan lo." Ucap Tino menenangkan.

"Bareng profesor?" Tanya Gomgom lagi.

"Lo juga ga tahu soal dia yang ikut tim penelitian profesor?" Selidik Dion, yang dinawab gelengan oleh Gomgom.

"Mungkin lo perlu banyak komunikasi sama pacar lo sendiri Gom. Jangan mentingin diri sendiri. Selama lo ninggalin dia waktu itu, bahkan dia tetep mau sering ke rumah lo, meskipun keluarga lo tutupin tentang keadaan lo." Lanjut Dion.

"Hmm, gue ga tahu apa yang lo pikirin selama bareng dia. Tapi Joanna itu bukan mainan Gom, dia ga layak lo mainin. Kalau lo emang ga bisa selalu ada buat dia, tinggalin Gom. Dia layak dapet lebih." Timpal Tino.

"Maksud lo, gue ga layak buat dia?!" Tatap Gomgom tajam pada Tino.

"Gue ga bisa nilai lo layak apa ga, tapi gue ga mau Joanna disia-siain." Ujar Tino lalu segera keluar dari kamar agar menghindari pertengkaran dengan Gomgom.

###

Setelah merapikan meja belajarnya Joanna segera mematikan segala barang elektroniknya dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya.

Otaknya masih memikirkan pembicaraan Gomgom dan Qiara sejak kedatangan wanita itu hingga Gomgom mengantarnya ke gerbang. Sebetulnya dia bisa meminta penjelasan perihal itu kepada Gomgom, tapi karena rasa cemburunya dia memilih untuk segera mematikan sambungan telpon itu.

Bahkan setelah seminggu lebih lelaki itu tidak menghubunginya, hari ini dia menghubunginya untuk mendengarkan pembicaraan Gomgom dengan Qiara.

"Laki-laki emang butuh yang selalu ada yah?" Monolognya memandangi langit-langit kamar.

"Lagian, apa yang Gomgom bisa harepin dari gue? Gue ga bisa selalu ada buat dia, gue ga bisa bawain dia makanan ke asrama. Mungkin emang bener, hubungan ldr emang sulit." Beberapa tetes air mata sudah lolos dari mata sipitnya itu.

###

"dr. Joanna hubungin lo lewat apa? Setahu gue lo ga pernah komunikasi via medsos sama dia." Tanya Dion pada Tino.

Yap, mereka berdua memilih keluar dari kamar meninggalkan Gomgom, agar membuat lelaki itu lebih berpikir jernih.

"Dia ga ngehubungin gue, yang beli obat tadi gue." Jawab Tino sambil menyeruput kopi yang sempat dia beli tadi.

"Kok tadi lo bilang dari dr. Joanna?"

"Biar si Gomgom bisa inget sama pacarnya. Lo ga tahu kan, sebelum dia pelatihan beberapa waktu lalu sampai hari ini, dia ga pernah ngabarin Joanna. Kalau bukan kita yang maksa dia hubungin Joanna tadi, dia ga bakal lakuin hal itu."

"Lo tahu darimana?"

"Tadi gue sempet dm-an sama Maria. Terus dia cerita soal ini. Salah emang ngurusin masalah pribadi orang lain, tapi lo inget kan gimana Joanna nyari info soal Gomgom, bahkan kita yang laki aja kesentuh sama usaha dia."

"Iya, gue inget tiap sore sampai malam dia mantau markas hanya buat ngecek Gomgom ada apa ga." Ujar Dion.

"Paling nyes pas bang Bima nikah kan. Dia udah berharap banget bakal ketemu Gomgom, tapi kita ga bisa bilang ke dia. Gue bahas ini bukan karena ada perasaan lebih sama Joanna. Tapi sebagai lelaki, gue akuin perjuangan dia itu ga main-main."

"Tadi juga gue ketemu cewek di pagar pas mau beliin dia obat, cewek itu izin ke penjaga mau nemuin calon suaminya, dan itu si Gomgom. Gue ga tahu siapa dia, tapi pas gue balik Gomgom udah nganterin dia depan pager." Lanjut Tino.

"Hah? Ga nyangka gue sama Gomgom, padahal dia kelihatan sayang banget sama bu dokter. Bisa-bisanya dia lakuin hal itu."

"Kita ga tahu apa yang mereka pikirin, tapi gue mau bantu Joanna untuk temuin yang terbaik. Dengan atau ga bareng Gomgom."

###

"Halo Bi Wini?"

"..."

"Mama baik-baik aja kan Bi?"

"..."

"Ok Bi, bantu saya jaga mama yah. Makasih Bi."

###

"Prof, saya ambil tawaran Prof."

***

Maaaciww yang udah sabar nungguin aku update

Semoga kalian suka yah

Jangan lupa ninggalin vote dan koment yah.

🫶

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang