Five

1.3K 62 0
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

Setelah melakukan apel pagi, Gomgom kembali duduk di meja kerjanya untuk mengurus beberapa berkas sehubungan dengan berkas kenaikan pangkatnya.

Deadline pengumpulan berkas ini memang masih lama, tapi bukan Gomgom namanya jika tidak cepat mengurusnya.

Getar handphone yang dia letakkan di atas meja membuat dia menghentikan kegiatannya.

+6281512******
Selamat pagi Gommm

Pesan dari nomor yang tak dikenalnya membuatnya mengerutkan kening. Tidak biasanya dia mendapatkan pesan tanpa nama seperti ini. Dan nomornya pun tidak tersebar ke orang-orang yang tidak dia kenal. Lalu siapa yang mengirim pesan ini?

Gomgom kembali meletakkan handphonenya dan melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat terhenti.

###

"Jo, lo ga makan dulu? Daritadi gue ga liat lo makan sama sekali." Tanya Dian pada Joanna yang sedang tidur di ranjang perawat.

"Ga laper gue An, ngantuk banget."

"Gue masih bingung sama rencana Tuhan yang jadiin lo dokter tapi dengan sifat turu everywhere everytime yang udah mendarah daging itu." Ucap Dian sambil menggelengkan kepalanya.

Ya, selain terkenal sebagai gadis yang cerdas dan cantik, Joanna juga terkenal akan kebiasaannya yang suka tidur gimana pun keadaannya, kecuali saat dia sedang bekerja.

"Kak Dian!" Seru Tari yang baru masuk ke ruang perawat.

Dian segera membalikkan tubuh ke arah Tari dan mengangkat 1 jarinya untuk mengode Tari agar diam.

"Sssttt, dr Joanna baru aja tidur. Biarin dia tidur dulu soalnya hari ini dia bakalan gantiin shiftnya dr. Anton."

"Jadi dr. Joanna bakalan 24 jam di rumah sakit?" Tanya Tari, dan dijawab sebuah anggukan dari Dian.

"Kenapa dia gantiin dr. Anton?"

"Katanya dr. Anton mau ngajak pacarnya buat kenalan sama keluarganya hari ini."

"Wait, perasaan udah berapa kali deh dr. Anton alasannya kayak gitu. Dia punya pacar berapa emang?"

"Iya juga yah, gue itung-itung ini udah keempat kalinya dia nyuruh dr. Joanna buat gantiin dia dengan alasan yang sama."

"Udah udah, ngak usah urusin dr. Anton. Dari tampangnya aja udah jelas dia playboy hahaha. Lebih baik kita urusin seragam kita buat nikahan dr. Kiran. Loe udah punya inspirasi mau digimanain?"

"Hmm, udah ada. Nih, coba liat kak. Ini udah gue bicarain sama pacar gue, biar dia ga banyak protes pas bajunya jadi." Ucap Tari lalu memperlihatkan contoh model baju yang dia pilih.

"Hahaha, takut banget lo sama pacar. Belum juga jadi suami udah banyak ngatur."

"Mau gimana pun dia udah nemenin gue dari SMA, gue ngak mau hubungan gue ribut gara-gara baju doang. Hahaha. Lo gimana kak?"

"Gue udah jahit di butiq langganan gue, soalnya bajunya bakalan gue couple-in sama Mas Dio. Jadi daripada ribet mikir model, gue serahin aja semuanya sama taylor andalan gue."

"Enak ya punya suami, acara kondangan ngak perlu sendiri datengnya."

"He, lo nyindir gue apa gimana Tar?" Tanya Joanna yang ternyata sudah bangun, bahkan sekarang sudah mengambil posisi duduk di pinggir ranjang.

"Eh dokter udah bangun. Ngak maksud nyindir kok dok, tapi kalau kesindir yaudah buruan cari pasangan dok." Ucap Tari sambil menahan tawanya.

"Wah, bener-bener ya loe. Yuk temenin gue ke kamar pasien. Barusan direktur chat gue nyuruh check kamar VIP, soalnya dr. Vika lagi cuti hari ini." Ucap Joanna lalu merapikan rambutnya sebelum akhirnya berdiri dan keluar dari ruangan itu diikuti Tari yang sedikit berlari mengejarnya.

###

Tok tok tok

Joanna mengetuk pintu di hadapannya itu sebelum membukanya.

"Selamat pagi Pak." Sapa Joanna.

Plak

Sebuah benda tepat mengenai dahi milik gadis itu karena lemparan yang tiba-tiba membuat dia tidak sempat menyingkir.

"Dr. Joanna!" Pekik Tari kaget dengan kejadian itu.

"Udah, tenang aja." Bisik Joanna sebelum tersenyum dan melangkah ke arah brankas rumah sakit itu.

"KAMU MAU BAWA SAYA KE RUMAH JOMPO KAN? SAYA GA MAU! PERGI!" Teriak lelaki berusia 70-an saat Joanna mulai mendekatinya.

"Tenang opa! Saya bukan anak opa yang akan membawa opa ke rumah jompo kok. Lihat nih, muka saya masih muda kan? Anggap saya cucu opa saja yah? Boleh?" Ucap Joanna menenangkan lelaki itu.

Lelaki itu menatap Joanna dari bawa dan menatap wajah gadis itu beberapa saat untuk mengenalinya.

Elkan Syahputra dia adalah salah satu pasien yang sudah tidak bisa mengenali wajah orang lain. Keluarganya beberapa kali membawa dia ke rumah jompo, tetapi dia terus melarikan diri, alhasil dia dirawat di rumah sakit ini atas permintaan salah satu cucunya yang tidak tegah dengan keadaan opanya itu.

"Kamu siapa?" Tanya lelaki bernama Elkan itu.

"Saya Joanna Opa. Hari ini saya mau periksa keadaan Opa yah, kalau udah sembuh Opa bisa jalan-jalan lagi sama cucu Opa." Ujar Joanna sambil mulai memeriksa keadaan Elkan.

"Opa masih sering sakit perut tidak?" Tanya Joanna setelah memeriksa keadaan lelaki itu.

"Kadang opa masih suka sakit perut. Terus suka lapar kalau malam."

"Oh, itu karena ga mau makan tepat waktu. Hehehe. Mulai hari ini opa harus makan tepat waktu yah. Opa suka makan apa?"

"Mau makan soto banjar, udah lama opa ga makan itu."

"Oke, kapan-kapan saya bawain yah Opa. Tapi opa harus janji sama saya."

"Iya dokter. Dokter mau sama cucu saya? Dia belum punya pacar dokter." Perkataan Elkan membuat Tari menahan tawanya.

"Saya udah punya calon suami Opa." Jawab Joanna lembut.

"Yahhh, padahal opa mau dokter nikahnya sama cucu Opa."

"Nanti saya bantu cari calon istri buat cucu opa deh. Asal opa sembuh dulu. Bisa kan?"

"Bisa dokter." Ucap Elkan percaya diri.

"Ya sudah, saya kembali dulu yah Opa. Inget makannya harus tepat waktu." Ucap Joanna sebelum keluar dari ruangan itu diikuti oleh Tari.

###

"Dokter ngak apa-apa?" Tanya Tari seraya mereka berjalan ke arah ruang perawat.

"Luka kecil aja kok Tar. Nanti bantuin gue ambilin beberapa obat luka yah." Ucap Joanna sambil menutup jidatnya dengan telapak tangannya agar tidak ada yang melihat lukanya itu.

"JO!" Pekik Dian tepat setelah Joanna masuk ke dalam ruang perawat.

"Jidat lo kenapa, kok bisa luka kayak gitu." Ucap Dian panik melihat jidat Joanna yang tergores cukup dalam dan memgeluarkan darah.

"Tadi opa Elkan berulah lagi." Ujar Tari sambil membawa kotak obat yang diminta Joanna.

"Lo dilempar pake apa? Kok bisa separah ini lukanya."

"Pake gunting hmm." Jawab Joanna yang mulai membersihkan lukanya.

"Setelah itu, opa Elkan mau jodohin dr. Joanna sama cucunya." Kata Tari membuat Dian lebih terkejut lagi yang membuat tawanya pecah.

"Hahaha. Ada juga gunanya loe meriksa dia. Dapat calon jodoh lagi. Jadi kapan loe ketemuan sama cucunya opa Elkan?"

"Gue bilang gue ga mau." Jawab Joanna.

"Alasan lo apa?"

"Siyi idih pinyi cilin siimi ipi." Jawab Tari menirukan perkataan Joanna tadi.

"Yaa... gagal lagi deh ibu dokter kita dapet jodoh."

***

Gimana nih komentnya sampai part 5? Ngebosenin yah?

Vote dan komentnya jangan lupa ya guys, biar aku tahu mau perbaikin apa hehehe.

🫶

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang