Thirty

723 86 16
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

Tepat pukul 16.00 WIB Joanna, Gomgom, Teguh, dan Karin keluar dari terminal kedatangan.

Sedangkan Ariq, Tino dan Dion sudah tiba 2 jam sebelumnya.

"Jo, Rin. Gue anterin yah. Mobil gue udah ada di depan." Ucap Teguh.

"Joanna boleh sama gue aja Guh? Gue mau sekalian ketemu sama tante Eunice." Tanya Gomgom.

"Biar gue sama Teguh aja. Lo ketemu mama besok aja."

"Ok Gom. Lo jagain dia yah. Gue sama Karin duluan." Jawab Teguh seolah tidak mendengarkan Joanna sama sekali.

"Yuk Rin." Lanjutnya lalu kembali mendorong troli.

"Hee tungguin gue!" Seru Joanna ingin mengejar Karin dan Teguh tetapi segera ditahan oleh Gomgom.

"Lo dengar apa kata Teguh kan? Lo sama gue. Yuk. Udah ada papa di depan." Ucap Gomgom lalu menarik Joanna.

"Hah?! Kok lo ga bilang ada om Deon?"

"Barusan gue udah bilang Jo."

"Lo bilangnya kelamaan. Yaudah yuk. Ga enak ditungguin lama." Ucap Joanna lalu mendahului Gomgom yang masih harus membawa barang-barang mereka.

###

"Selamat sore om!" Sapa Joanna pada Deon melalui jendela mobil yang terbuka.

"Selamat sore nak. Ayo masuk! Duduk di depan" Balas Deon.

"Pa! Abang ga di suruh masuk juga?" Tanya Gomgom yang sudah berada di belakang Joanna.

Deon segera keluar dari mobil.

"Kamu juga masuk." Ucap Deon menahan pintu kemudi.

"Ini maksudnya abang yang bawa mobil?"

"Ya iya, Papa baru pulang dari rapat. Capek."

Setelah memasukkan semua barang-barang ke dalam bagasi, Gomgom mengikuti Joanna dan Deon yang sudah duduk manis di dalam mobil.

"Jo, kita ke rumah om dulu yah. Tante Endang mau ketemu kamu dulu katanya. Nanti setelah dari sana, baru ke rumah kamu. Boleh?" Tanya Deon dari kursi belakang.

"Boleh kok om."

"Pak sopir, tolong bawa kami yah. Hati-hati. Soalnya yang di depan itu ibu dokter cantik." Ucap Deon menepuk bahu Gomgom dari belakang membuat tawa Joanna pecah.

"Papa!" Protes Gomgom.

###

"Sayang, aku pulang dulu yah. Dua minggu lagi aku jemput kamu buat ngurus berkas di Jakarta." Ucap Khalifah sebelum berjalan ke terminal keberangkatan.

"Kita ketemu di Jakarta aja sayang. Kamu jadi repot kalau harus jemput aku dulu." Jawab Fabiola yang masih memeluk Khalifah.

"Ga. Aku harus jemput calon istri aku, biar bisa mastiin dia aman."

"Mau baper, tapi yang ini kaum halo dek."

"Bukan dong."

"Terus apa?"

"Halo sayang!" Jawab Khalifah sambil tersenyum dan membuat muka Fabiola menjadi merah.

"Eh ntar kamu telat. Sana jalan." Ucap Fabiola mulai melepaskan pelukannya.

"Hmm, padahal masih mau bareng kamu. Kamu ga mau antar sampai Jatim?"

"Dua minggu aja sayang ldrnya. Sabar yah..."

"Kalau gitu peluk lagi." Ucap Khalifah merentangkan tangannya.

Fabiola kembali ke dalam pelukannya.

"Aku berangkat. Tunggu aku yah sayang."

###

Setelah memarkirkan mobilnya, Gomgom segera mengambil barang-barangnya juga barang pesanan Endang dan segera memasuki rumahnya yang saat ini sudah banyak suara menyambut kedatangan Joanna.

"Halo sayang! Apa kabar? Gimana liburannya?" Ucap Endang menyambut Joanna.

"Selamat sore tante. Baik tante, liburannya juga seru." Jawab Joanna lalu jalan perlahan menghampiri Endang.

"Eh? Kenapa kakinya nak? Kok luka?" Tanya Endang melihat Joanna jalan dengan luka yang yang belum kering sepenuhnya.

"Ada kecelakaan kecil aja kok tan."

"Kecil gimana? Lukanya lumayan besar loh nak."

"Besok udah bisa joging kok tante, tenang aja."

"Oke, besok gue jemput." Ucap Gomgom yang langsung duduk di sebelah Joanna.

"Gue bercanda doang, biar tante Endang ga khawatir." Bisik Joanna pada Gomgom.

"Ma, katanya kakinya Jo masih sakit banget. Sok kuat aja dia." Fitnah Gomgom membuat mata Joanna membelalak.

"Tante, jangan dipercaya. Kalau masih sakit ga mungkin aku bisa kesini kan tante."

"Tapi tante denger kamu jatuh karena abang kan Jo?" Tanya Endang memastikan, sekarang Gomgom lah yang membelalak, darimana mamanya bisa mengetahui kejadian yang bahkan Joanna pun belum menjelaskan detailnya.

"Tante tahu dari mana?"

"Mama tahu dari mana?"

Tanya mereka bersamaan.

"Jangan lupa mama juga polisi yah, masalah sekecil ini tidak mungkin mama ga tahu." Ujar Endang percaya diri, dan membuat sepasang pemuda itu hanya bisa menyengir.

###

Setelah berbincang beberapa saat dengan Endang dan membagi ole-ole yang mereka bawa, akhirnya Gomgom mengantar Joanna ke rumah gadis itu.

"Gelangnya belum di pake Jo?" Tanya Gomgom yang baru saja memberhentikan mobil karena lampu merah

"Eh, anu." Joanna gelagapan karena sampai saat ini dia belum menemukan dimana dia meletakkan gelang itu.

"Lo hilangin yah?"

"Eh bukan hilangin kok Gom. Tenang dulu, biar gue jelasin. Jadi malam pas gue jatuh karena ngeliat lo sama Reni kan gue marah banget tuh, ga perlu gue jelasin alasannya kan? Nah waktu itu gue lepasin gelangnya, eh.... Kok ada di lo sih?" Penjelasan Joanna terhenti saat Gomgom memakaikan kembali gelang hitam yang menjadi topik perdebatan mereka.

"Gue temuin jatuh deket kamar lo pas gue tiba malam itu."

"Kenapa ga ngasih dari awal?"

"Gue kira lo ga mau pakai lagi, makanya gue simpen."

"Kalau kita ga bicara kemarin, gue ga bakalan pakai gelang ini lagi."

"Kenapa?"

"Ya karena gue harus moveon dari lo Gom... masak gitu aja harus di jelasin."

"Berarti sekarang lo udah tahap suka dong yang sama gue, kan hampir move on kemarin."

"Serah lu dah Gom!" Ucap Joanna menutup matanya lalu mengarahkan kepalanya ke arah jendela.

Pluing

Sebuah galung berliontin kupu-kupu terpasang begitu saja di lehernya membuat wanita itu kembali membuka matanya dan segera menghadap ke pelaku kejadian itu.

"Soon loga bisa lepasin kalung ini, biar ga hilang kayak gelang kita." Jelas Gomgom sebelum Joanna bertanya.

***
Nahhh
Akhirnyaa bisa double ya ges hehehhe

Ingatloh yang baca jangan lupa vote, dan komentt

Aku tunggu yahhh

🫶

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang