Thirty Seven

1.2K 93 17
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

Pagi ini Joanna Joanna mempersiapkan berkas-berkas yang akan dia urus di rumah sakit sehubungan dengan pengajuan spesialisnya di luar negeri seperti permintaan Eunice semalam.

Hati Joanna sebetulnya tidak ingin pergi, dia ingin menunggu Gomgom disini. Tapi Eunice sangat ingin dia pergi, dan Joanna yakin itu untuk kebaikannya juga.

Setelah mengecek berkas-berkas itu, Joanna segera berjalan ke arah garasi dan segera meninggalkan halaman rumahnya dengan mobilnya.

Cuaca mendung pagi ini membuat terik matahari tidak terlalu menyengat di tengah kemacetan Jakarta.

Joanna mulai memutar musik yang sudah beberapa hari ini menemani harinya.

Tepat saat turunnya hujan dia akhirnya tiba di parkiran rumah sakit. Dia segera memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam rumah sakit.

"Selamat siang dr. Jo!" Sapa Sari yang baru saya memasangkan infus pada salah satu pasien.

"Pagi Sari! Hari ini lo tugas sama siapa?" Jawab Joanna.

"Sama dr. Anton, dok."

"Semangat yah. Gue mau ketemu direktur dulu." Pamit Joanna lalu segera bergegas ke arah lift rumah sakit.

###

"Kamu serius mau lanjutin spesialis kamu di Amerika Jo?" Tanya Irvan, direktur rumah sakit Puri Raharja. Irvan Raharja, adalah anak dari Reno Raharja pemilik rumah sakit ini, sekaligus kakak dari Teddy Darren, kakek Joanna.

"Serius om. Bukannya saya tidak percaya dengan pendidikan di Indonesia, tapi ini permintaan mama dan saya tidak bisa menolak, saya juga ingin memiliki wawasan yang lebih agar setelah kembali ke Indonesia saya jadi banyak pengetahuan om." Ya, hubungan Joanna dan Reno memang sangat dekat. Hanya saja, jika bersama pegawai rumah sakit lainnya Joanna tidak akan memanggil Irvan dengan sebutan 'om' tentunya.

"Oke, om akan bantu mengurus segala keperluaan kamu. Termasuk kampus yang akan kamu tempati dan tempat tinggal kamu disana. Jangan menolak, karena ini kewajiban om sebagai adek papa kamu."

"Baik om, terima kasih."

###

Setelah pembicaraan Joanna dengan Irvan selesai, Joanna segera memasuki ruang perawat. Tidak lama lagi dia akan rindu dengan ruangan dan orang-orang di dalamnya.

Ruangan itu sedang kosong, sepertinya para perawat sedang bekerja. Joanna memilih duduk di salah satu ranjang tempatnya biasa tidur.

Waktu begitu cepat berlalu, hingga kini ada banyak yang sudah dia lalui.

Dari rumah sakit ini dia berkenalan dengan Gomgom, dan sekarang lelaki itu tak tahu dimana. Semua orang menutupi keberadaannya.

"Jo?" Panggilan Dian membuyarkan lamunannya.

"Eh kak Dian? Udah lama lo kak?"

"Baru aja. Gue barusan dari bangsa ngecek pasien, katanya infusnya lepas, ternyata cuma cari perhatian sama Rika tapi si Rika udah pulang."

"Hadew, ada-ada aja ya pasien jaman sekarang." Ucap Joanna lalu bangkit berdiri.

"Lo sampai kapan cutinya?" Tanya Dian.

"Ga tahu kak. Gue rencana mau ambil spesialis di luar. Tadi udah bicara sama direktur."

"Hah? Serius Jo? Lo mau ninggalin kita?"

"Ga ninggalin kak, cuma mau ngambil spesialis diluar kok. Bentar doang itu mah, ga usah lebay."

"Bentar kata lo? Itu minimal 3 tahun Jo."

"Ya mau gimana, nyokab nyuruhnya gitu."

"Hmm, tapi ga apa-apa. Kali aja lo ketemu jodoh lo disana kan? Kita ga tahu takdir."

"Ga akan kak."

"Hehehe. Yaudah, gue pamit pulang dulu yah. Ada urusan." Pamit Joanna.

"Hati-hati yah."

###

Joanna memarkirkan mobilnya di halaman rumah yang sudah hampir sebulan tidak dikunjunginya ini. Beberapa hari lalu Endang mengundang Joanna untuk merayakan ulang tahun Nenek Gomgom, meskipun Joanna tahu dia tidak akan mendapatkan informasi apapun tentang Gomgom, tetapi dia tidak boleh menolak undangan ini.

Joanna segera mengambil paperbag berisi hadiah untuk nenek dan segera menuruni mobilnya. Sudah ada beberapa mobil yang terparkir disana. Joanna berjalan ke pintu utama rumah itu.

"Kak Jo!" Seru Maria menghampiri Joanna yang baru saja menginjak teras rumahnya.

"Halo Mar! Gimana koasnya di stase baru?" Jawab Joanna, komunikasinya dengan Maria memang sangat lancar.

"Hmm, ga seseru di stasenya kak Joanna. Tapi lumayan."

"Nikmatin dulu. Ntar kamu juga bakalan kangen kok."

"Aku kangennya sama kak Joanna juga. Di stase baruku dokternya ga kayak kakak, hmmm." Rengek Maria.

"Kamu kan masih bisa deket sama aku diluar rumah sakit, gimana sih."

"Iya juga ya kak."

"Kalau kamu ada waktu kosong, hubungin aku aja. Ntar kita jalan berdua deh."

"Beneren nih kak?"

"Iya, masak kakak bohong."

"Eh Joanna udah dateng, kok ga di suruh masuk Mar?" Ucap Endang menghampiri mereka berdua.

"Eh iya, maaf kak keseruan cerita jadi lupa ngajak masuk. Yuk kak." Ucap Maria lalu mengajak Joanna masuk setelah wanita itu menyapa dan menyalim Endang.

Acara ulang tahun nenek hari ini dihadiri oleh keluarga mereka, Endang dan Deon pun memperkenalkan Joanna pada beberapa keluarga mereka sebagai anak mereka. Ya, Joanna sudah seperti anak mereka juga. Bahkan terkadang Endang dan Eunice sering bertemu langsung ataupun berkomunikasi melalui media sosial.

Tidak banyak pembahasan mengenai Gomgom disini, bahkan beberapa keluarga yang bertanya perihal keberadaan Gomgom tidak di respon oleh Endang dan Deon, terlebih jika disitu ada Joanna.

Setelah semua tamu undangan pulang, Joanna pun segera berpamitan untuk pulang karena sudah malam. Dengan di dampingin oleh Eunice melalui panggilan video, akhirnya Joanna tiba di rumah dan segera beristirahat.

###

Tok... tok... tok...

Suara ketukan pintu kamarnya membuat wanita itu segera bangkit dari tidurnya untuk membuka pintu

"SUPRICE!"

***
Ada yang bisa tebak ini suprice buat apa???

Sorry ya belum bisa update tiap hari

Tapi tetap aku usahain kok demi pembaca setia

🫶

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang