Fifty

1.7K 124 43
                                        

Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.

Perlahan Gomgom meletakkan tubuh Joanna di atas ranjangnya. Setelah bercengkrama bersama Weny dan Restu, akhirnya wanita ini tertidur di atas sofa, membuat Gomgom memilih mengangkatnya daripada membangunkannya.

Setelah menyelimuti Joanna, Gomgom kembali ke ruang tamu menemui dua orang anak buahnya yang masih asyik bercengkrama sambil memakan kue yang dibawa oleh Erin.

"Kayaknya pembicaraan kalian lagi seru-serunya nih. Bahas apa kalian?" Tanya Gomgom ikut duduk bersama mereka.

"Bahas Restu yang mau ngikut jejak komandan." Jawab Weny.

"Jejak yang mana Restu?" Tanya Gomgom.

"Mau nyari calon bhayangkari kayak dokter Joanna, komandan."

Gomgom tersenyum mendengar jawaban Restu. "Kenapa emangnya?"

"Karena dokter Joanna tidak kayak mantan-mantan saya komandan. Tidak banyak neko-neko, kalau marah langsung jawab waktu di tanya, bukan jawab "aku ga apa-apa kok". Dia juga mandiri, bahkan komandan yang harus maksa menjemput baru dia mau." Jelas Weny.

"Kamu ternyata lebih berpengalaman ya, Tu. Joanna pacar saya yang pertama, dan mudah-mudahan jadi yang terakhir juga, jadi saya tidak bisa nilai dia seperti kamu nilai dia dari mantan-mantan kamu. Tapi saya juga tidak akan membanding-bandingkan dia. Selain keluarga, cuma dia yang bisa buat saya takut kehilangan nyawa saya sendiri. Bahkan bertemu lagi dengan dia saat ini itu salah satu anugrah untuk saya."

"Izin bertanya komandan. Apa dokter Joanna juga yang bisa buat komandan pulih sejak kejadian 3 bulan lalu? Bahkan komandan sempat koma waktu itu." Tanya Restu.

"Ya, dia salah satu alasannya. Saya sudah janji sama dia untuk kembali, dia bahkan mau tunggu saya meskipun dengan waktu yang tidak jelas sampai kapan. Dan ucapannya itu masih dia pegang sampai saya bisa menemuinya kembali."

"Kenapa kalian diam?" Tanya Gomgom setelah mereka berdua hanya terdiam mendengarkan jawaban Gomgom.

"Kami makin kagum sama dokter Joanna, komandan. Secantik dan sepintar itu tetap mau tunggu komandan dengan tidak ada kejelasan, bu dokter limited edition." Puji Weny.

"Jadi saya tidak salah pilih kan? Hehehe. Kalian kagum sama dia tidak apa-apa, asal kalian tidak mendekati dia." Canda Gomgom.

"Mana berani kami, komandan." Jawab Weny.

"Udah udah. Sekarang kalian tidur, besok harus apel pagi. Besok saya juga sudah izin sama komandan tidak ikut apel karena mau mengantar Joanna ke dokter dan hotel tempat dia menginap."

"Baik komandan. Kami izin pamit tidur." Ucap Restu pamit pada Gomgom.

###

"GOMGOM!" Teriakan Joanna dari kamar membuat Gomgom yang sudah terlelap segera bangun dan berlari ke dalam kamar.

Disana Joanna masih tertidur, tetapi sepertinya dia sedang mengigau sekarang. Gomgom segera menghampirinya.

"Kok makin tinggi demamnya." Ucapnya setelah memeriksa suhu tubuh Joanna.

Lelaki itu segera membuka kotak obat Joanna di atas nakas. Dia segera mengambil bye bye fever lalu menempelkannya di atas dahinya.

"Gom!" Seru Joanna lagi, membuat Gomgom segera menggenggam tangan Joanna.

"Jo, gue disini."

Joanna menangis dengan mata masih terpejam.

"Jangan tinggalin gue lagi." Ucapnya.

Tidak Bisa LariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang