Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.Waktu di jam tangan Joanna sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, sudah 1 jam dia menunggu Gomgom sadar setelah melalui proses oprasi, tetapi lelaki di hadapannya ini belum menunjukkan tanda-tanda apapun.
Joanna segera mengambil handphonenya lalu menyuruh Sari untuk mengecek apakah keluarga Gomgom sudah ada atau belum. Karena dia harus menjelaskan kondisi Gomgom pada mereka, sesuai arahan Yuda.
Setelah mendapatkan kabar dari Sari bahwa kedua orang tua Gomgom sudah berada di depan ruang pemulihan, dia segera bangkit dari kursi tempat dia duduk sejak tadi.
"Jo! Mau kemana?" Suara Gomgom mengejutkan Joanna yang sejak tadi tidak menyadari bahwa Gomgom sudah sadar.
"Eh udah sadar lo! Gue mau ketemu sama orang tua lo dulu." Ucap Joanna menghampiri Gomgom.
"Gue ga mau ditinggal."
"Ini efek anestesinya masih ada mungkin yah." Batin Joanna.
"Bentar aja. Setelah ini lo juga udah bisa pindah ke ruang perawatan kok."
"Tapi gue ga mau lo tinggalin."
"Ini efek anestesinya ribetin juga. Untung lo masih sakit."
"Tapi gue harus nemuin orang tua lo bentar. Yaudah nih gantungan kunci mobil gue. Anggap aja ini gue yang nemenin lo. Bentaran kok." Ucap Joanna lalu memberikan kunci mobilnya yang memiliki gantungan boneka sapi kecil.
"Lo beneran balik kan?"
"Iya iya."
###
Joanna menutup kembali pintu ruang pemulihan itu sebelum berjalan ke arah Endang dan Deon yang duduk di bangku tunggu.
"Selamat pagi tante, om." Ucap Joanna sambil membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya.
"Joanna?" Ucap Endang yang terkejut karena dokter di hadapannya ini ternyata Joanna.
"Iya tante." Ucap Joanna setelah menyalim sepasang suami istri itu.
"Ternyata Joanna dokter di rumah sakit ini." Ujar Deon.
"Iya om. Gomgom masuk pas saya piket. Boleh kita bicara soal keadaan dia sekarang om, tant? Karena tadi sebelum operasi saya tidak sempat menghubungi kalian."
"Silahkan nak." Ucap Deon mempersilahkan. Akhirnya Joanna menjelaskan secara detail keadaan Gomgom sebelum dan setelah operasi, sesuai dengan pesan Yuda karena lelaki itu memiliki urusan mendesak pagi ini, membuat dia tidak bisa menjelaskannya secara langsung pada orang tua Gomgom.
"Jadi begitu tante, om. Tapi sebelum saya keluar ruangan dia sudah sadar kok. Ini bentar lagi dia sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan, saya juga sudah mengabari perawat untuk mempersiapkan semuanya." Ucap Joanna setelah menjelaskan semuanya pada Endang dan Deon.
"Terima kasih nak." Ucap mereka berdua.
"Dokter dokter! Urgent!" Seru Rika menghampiri Joanna.
"Ada apa Rik?"
"Opa Elkan kumat lagi, dan dokter Anton belum tiba di rumah sakit, katanya minta tolong dokter yang tanganin dulu." Joanna menghembuskan napas kasarnya, selalu saja senioritas Anton mengintimidasinya.
"Yaudah, kamu duluan kesana. Sebentar lagi saya kesana." Pintah Joanna yang langsung dilakukan oleh Rika.
"Om tante, saya izin pamit ngurus pasien dulu. Nanti setelah saya selesai saya nemuin tante sama om lagi yah. Dan untuk pemindahan Gomgom, para perawat udah mau jalan kesini kok." Pamit Joanna.
"Baik, naik. Terima kasih yah." Ujar Deon.
"Iya nak. Kami tunggu di ruang rawat yah nak." Timpal Endang.
"Oke om, tante. Saya pamit dulu."
###
Joanna segera membuka ruangan vvip itu, sudah 2 perawat yang memegang tangan Elkan tetapi pemberontakannya masih kuat.
Joanna segera berlari ke arah Elkan mencoba menenangkan lelaki itu tetapi tidak berhasil.
"Rika, segera hubungi cucu opa Elkan." Ucap Joanna sambil terus menahan Elkan yang ingin mencabut infusnya.
"Baik dokter."
"Opa... opa tenang dulu, cucu opa udah mau kesini kok." Ucapnya berusaha menenangkan Elkan.
"Tidak! Cucu saya juga sudah melupakan saya seperti orang tuanya!"
"Tidak opa. Dia cuma lagi sibuk, ini dia udah di jalan kok."
"Tidak! Dia tidak akan datang!"
Plak
Tangan Elkan yang terus bergerak tanpa sadar menampar wajah Joanna dengan keras. Para perawat yang terkejut menatap Joanna.
"Saya tidak apa-apa." Ucap Joanna seolah paham dengan tatapan para perawat itu. Bohong kalau dia mengatakan tidak sakit, berkat tamparan itu membuat ujung bibirnya mengeluarkan darah sekarang.
"Dok, ini cucunya opa Elkan." Ujar Rika yang datang dengan seorang lelaki berusia 30an tahun.
"Willy!" Pekik Elkan yang akhirnya membuat dia tidak memberontak lagi.
"Maaf ya dok, karena opa saya dokter jadi terluka." Ucap Willy pada Joanna.
"Tidak apa-apa pak. Kami akan meninggalkan bapak bersama opa Elkan, agar dia bisa lebih tenang. Jika ada hal mendesak silahkan tekan tombol merah disamping ranjang." Jelas Joanna.
"Baik dokter, sekali lagi saya minta maaf."
###
"Opa Elkan dendam sama gue apa gimana, tiap gue masuk pasti keluar ruangannya gue berdarah." Ucap Joanna membersihkan lukanya sebelum pulang, dia tak ingin mamanya mengetahui kejadian ini.
"Eh lo masih disini? Gue kira udah pulang." Ucap Dian yang baru saja masuk ruang perawat karena dia piket pagi.
"Heh! Kenapa muka lo jadi bengkak dan bibir lo jadi robek?!" Seru Dian melihat wajah Joanna yang terjadi banyak perubahan itu.
"Biasa, opa Elkan."
"Kok dia lagi, dia itu pasiennya dokter Anton kan? Kenapa lo terus yang nanganin kalau lagi kambuh gini?"
"Gue juga ga paham. Yaudah, gue pulang dulu yah. Capek banget semalaman."
"Oke oke, hati-hati yah."
"Siapp bunda Dian..."
###
Joanna berdiri di pintu mobilnya sambil mencari-cari dimana dia menyimpan kunci mobilnya.
"Adduh! Gue lupa! Tadi kunci mobil gue kasih ke Gomgom. Hmmm, balik lagi deh." Ucapnya lalu segera berlari ke arah ruang rawat Gomgom.
Setibanya disana terdengar banyaknya suara dari balik pintu. Joanna mengetuk pintu itu sebelum membukanya.
"Selamat pagi!" Ucapnya saat sudah berhasil masuk.
"Eh kamu kok lama banget! Tadi bilangnya sebentar." Ucapa Gomgom yang membuat Joanna menatapnya bingung.
"Nih orang gini karena efek anestesi, atau emang mau nyari gara-gara ama gue di depan orang banyak."
***
Karena kemarin aku ga post, jadi hari ini aku double post hehehe
Masih banyak yang cuma baca tanpa vote nih, hehehe
Yuk di vote dan koment🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Bisa Lari
RomanceSeorang abdi negara kebanyakan akan memilih pasangan yang berprofesi di bidang kesehatan, begitupun sebaliknya. Tapi berbeda dengan Ipda Theodore Gomgom Octofarrel De Fatima, lelaki 24 tahun yang sebentar lagi pangkatnya akan naik ini sejak dulu tid...