Cerita ini hanyalah fiktif belaka
Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata
.
.
.Joanna meletakkan ranselnya di atas meja lalu segera mengganti hoodienya dengan jas putih yang tergantung tak jauh dari mejanya.
Hari ini dia mendapatkan shift pagi, setelah sebelumnya berusaha mengganti shiftnya dengan Kiran tetapi tidak di setujui oleh gadis itu.
Dia meneguk air putih yang dia bawa dari rumah sebelum mengikat rambut panjangnya agar nanti dia bisa bebas bergerak nantinya.
"Selamat pagi Dian!" Sapa Joanna, saat Dian masuk ke ruangan pegawai rumah sakit. Kali ini dia akan shift bersama Dian dan beberapa perawat lainnya.
"Selamat pagi dokter Joanna. Oh iya, di depan ruangan lo ada yang nunggu apa dia kenalan lo atau emang pasien?" Tanya Dian sambil merapikan barang-barangnya.
Dian adalah salah satu perawat yang sealumni dengan Joanna meskipun Joanna lebih tua 2 tahun dari Dian di kampus tetapi umur Dian lebih tua 1 tahun dari Joana. Membuat Joana lebih suka berbicara unformal dengan gadis itu, jadi dia meminta Dian pun berbicara unformal dengannya.
Joanna memiliki ruangan khusus untuk dokter, tetapi jika di shift pagi dan siang dia lebih memilih untuk seruangan dengan para perawat agar dia tidak kesepian.
"Hah? Ini baru jam 07.30 loh, masih ada 1,5 jam lagi untuk buka praktek, apa iya dia pasien? Ciri-cirinya gimana An? Tapi temen gue ngak ada yang bilang mau dateng deh."
"Dia kayaknya 'halo dek', kelihatan dari kaos yang dia gunain. Apa jangan-jangan loe lagi ada masalah jadi ada polisi yang mau introgasi?"
"Hee! Enak aja lo, muka muka alim kayak gue ngak mungkin buat kejahatan."
"Yakali kan. Yaudah loe ke depan dulu deh cek, katanya dia udah daritadi."
"Oke, gue keluar dulu. Eh tadi gue bawa sarapan roti, tuh di meja. Makan aja." Ucap Joanna sebelum keluar dari ruangan itu.
###
Joanna mencari orang yang tadi dimaksud oleh Dian, tetapi dia tidak melihat siapapun di kursi yang terletak tepat berhadapan dengan pintu ruangannya itu.
"Tadi kata Dian dia disana, tapi kok ga ada orang. Apa dia udah pulang?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
Joanna kembali membalikkan tubuhnya untuk segera kembali ke ruang perawat.
Brugh
Tubuhnya menabrak sebuah tubuh lain tepat saat dia membalikkan tubuhnya.
Mata Joanna otomatis terpejam karena hantaman yang terjadi.
"Ini gue nabrak apaan? Keres banget, apa tembok? Tapi ini masih lorong rumah sakit, yakali ada tembok tiba-tiba." Batin gadis itu.
"Maaf dok." Ucap lelaki bersuara tegas itu, yang dalam sekejab langsung memundurkan tubuhnya.
Joanna perlahan membuka matanya, lalu mendongakkan kepalanya agar dapat menatap orang yang lebih tinggi sekitar 20 cm tingginya dari dia.
"Hmm. Saya juga minta maaf Pak. Saya permisi dulu." Ucap Joanna tanpa berlama-lama berhadapan dengan orang tersebut.
"Dokter!" Seru lelaki itu sebelum Joanna melangkahkan kakinya.
"Iya ada apa?" Tanya Joanna.
"Saya ingin bertemu dengan dokter Kiran. Tiga hari lalu saya diminta untuk menemui beliau untuk checkup dan mengganti perban saya." Ya, lelaki itu adalah Gomgom.
"Oh dia orangnya. Gue sampe ngak tahu mukanya karena waktu itu dia make balaclava." Batin Joanna lalu menatap lengan kiri lelaki itu yang masih menggunakan perban yang dipasangkan oleh tiga hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Bisa Lari
RomanceSeorang abdi negara kebanyakan akan memilih pasangan yang berprofesi di bidang kesehatan, begitupun sebaliknya. Tapi berbeda dengan Ipda Theodore Gomgom Octofarrel De Fatima, lelaki 24 tahun yang sebentar lagi pangkatnya akan naik ini sejak dulu tid...