Frustasi satu kata yang mewakili perasaan Jungkook saat ini. Bau alkohol tercium pekat dari tubuhnya. Hampir lima botol soju Jungkook habiskan namun tidak mengurangi sedikitpun tingkat kesadarannya. Masih teringat jelas saat kau meneteskan air mata dan mulai berjalan menjauh menggapai masa depanmu, bahkan rasa sakitnyapun masih sangat terasa. Kakinya dia langkahkan menyusuri jalanan kota Busan yang malam itu terlihat sepi.
Sesekali diteguknya bir dengan kadar alkohol tinggi, mengundang mabuk yang tidak dia dapatkan dari soju-soju yang dia minum tadi.
"Shit!" Umpatnya, membuang kaleng bir kosong sembarang melampiaskan kemarahannya. Entah sudah berapa ribu sampah yang terlontar dari mulutnya, berharap paling tidak sedikit saja amarahnya bisa berkurang.
"YAAAAAH!!!" Satu dari dua pemuda berteriak pada Jungkook ketika Jungkook dengan tidak sengaja menyenggolnya. Dengan acuh, Jungkook terus berjalan tanpa memperdulikannya. Bukannya tuli, tapi Jungkook terlalu malas untuk menanggapinya.
"KAU TULI HUH?" Pria itu menarik lengan Jungkook, mendorongnya kuat ke arah tembok. Pria itu melingkarkan jari-jarinya dileher Jungkook, hampir mencekiknya jika Jungkook tidak dengan cepat menghempaskan tangan pria itu kasar. Merasa terintimidasi dengan sorot mata Jungkook yang seolah berkata untuk berhenti mengganggunya, pria yang satunya memberikan satu pukulan keras diwajah dan dua tinju mendarat di perutnya. Jika saja pengaruh soju dan bir tadi datang sedikit lebih lama, bukan tidak mungkin mereka akan lari hanya dengan satu pukulan balasan dari Jungkook.
"Arrgh." Erang Jungkook saat kedua pria itu mendorongnya dengan keras hingga terjatuh. Mereka mengangkat tubuh Jungkook dengan menarik bajunya, memukul, menyikut dan kemudian mendorongnya keras kea rah tembok sebelum mereka meninggalkannya sendiri.
Perlahan, Jungkook menjatuhkan dirinya ke tanah, dengan memegang perutnya yang terasa sakit. Wajah putihnya dipenuhi luka lebab dengan darah d ujung bibirnya yang pasti akan membutuhkan waktu setidaknya dua minggu untuk kembali normal. Jungkook meraih handphone dari sakunya, dan melakukan panggilan pada pemilik id call "Noona", beberapa detik kemudian dari arah lain terdengar suara perempuan menyapanya.
"Noona.. Saranghae.." Jungkook mematikan telfonnya setelah dua kata yang belum sempat ia sampaikan tadi pagi. Jungkook sudah tidak bisa menahan air matanya. setelah sepanjang hari, Jungkook bersikap tegar di depanmu sekarang menyerah kepada rasa sakit yang dia rasakan. Dia menangis di sebuah jalanan sepi ditengah malam. Mencoba untuk bersikap tegar namun berakhir dengan sebuah tangisan. Terdengar memalukan memang, tapi tahukah laki-laki hanya menangis hanya untuk dua orang wanita saja, ibu dan wanita yang dicintainya.
***
Pagi itu kau terlihat cantik dengan gaun putih yang panjangnya bisa menyapu lantai gereja jika dua orang anak kecil tidak mendampingimu. Melihat dirimu dicermin, kau tersenyum sedkit gugup menghadapi hari yang sudah sangat kau nantikan.
"Nona, ada sebuah surat dan bunga untukmu." Seorang wedding organizer memberikan sepucuk surat dan sebuah bouquet bunga lili putih kesukaanmu. Jantungmu berdegup kencang menyadari pengirimnya pasti berada disini sekarang. Dengan gugup kau mulai membaca isi surat darinya.
"Hai gorgeous. Bukankah bunga ini terlihat sangat cocok untuk gaunmu? Aku yakin hari ini kau terlihat cantik. Membayangkannya saja sudah membuatku ingin berlari menemui dan memelukmu, tapi aku tidak cukup berani karena aku takut aku tidak bisa melepaskanmu setelahnya. Noona, bukan maksudku untuk merusak hari bahagiamu namun aku hanya ingin mengatakan beberapa hal yang tidak bisa aku katakan selama ini. Aku masih ingat saat kau datang memperkenalkan diri sebagai guru matematikaku, lalu memutuskan untuk mengajakmu berkencan. Meski mereka mengatakan bahwa hubungan kita tidak akan bertahan lama, kau tetap memegang tanganku dan terus bersamaku. Aku tidak bisa berbohong bahwa aku tidak marah ketika kau tiba-tiba menghilang dan datang kembali dengan keadaan seperti ini. Semuanya masih seperti mimpi, sampai akhirnya aku benar-benar terbangun dan menyadarinya. Noona, aku tidak akan mengatakan selamat berbahagia dengan wajah yang penuh dengan senyuman, karena kau tahu betapa sakitnya aku sekarang. I can't wish happy wedding to you, but I wish to your happiness. It's the last flower and last give for you. Someone who love you always, Jeon Jung-kook." Kau bisa merasakan air mata membasahi pipimu yang sudah tertata rapi dengan riasan make up. Rasa sakit yang masih kau rasakan kini dua kali lebih terasa sakit dari sebelumnya.
Tanpa memperdulikan gaun dan high heels yang kau kenakan, seperti yang sering terlihat dalam sebuah drama, pengantin wanita berlari mencari dan berharap menemukan sosok pria yang masih kau cintai.
"JEON JUNGKOOK!!" Kau memanggilnya sekeras mungkin sambil terus belari.
Jungkook membalikkan punggungnya dan melihatmu berlari. Kau menjatuhkan dirimu ditubuh Jungkook, memeluknya erat saat kau tepat dihadapannya.
"Jungkook.." Kau menangis teredu-sedu dipelukkan Jungkook.
"Noona? Apa yang kau lakukan disini?" kau melepaskan pelukanmu, berganti dengan menatap wajahnya yang sangat kau rindukan.
"Sorry.. I am so sorry.." Suaramu bergetar diikuti air mata yang terus membasahi pipimu.
"What is it for?"
"For.. for hurting you. I didn't mean it. Aku..." Kau tidak bisa meneruskan kata-katamu. Jungkook mengusap kedua pipimu dengan pelan.
"I am fine noona. Well, I am not totally fine but I am trying. Aku sudah tahu ini akan berkahir seperti ini. Kita sudah berusaha semampu mungkin untuk bertahan, tapi hanya sampai disinilah batas kemampuan kita. Aku tahu perbedaan umur kita yang cukup jauh tidak akan mengantarkan kita sampai hari yang kau inginkan. Aku tidak cukup dewasa untuk menjadi pendampingmu." Kau hanya terdiam mendengarnya.
"Mungkin salahku karena aku tidak mencarimu, dan berusaha memperbaiki hubungan kita. Tapi hari ini, kau akan bertukar sumpah dengan lelaki dan bukan aku tentunya. Yang artinya aku sudah tidak bisa berharap apapun terhadapmu. Tapi kau harus tahu, bahwa kau akan tetap menjadi wanita yang terindah dihidupku."
"Aku menikahinya bukan karena aku tidak berusaha untuk memperjuangkan hubungan kita.. aku.. kau tahu sepuluh tahun jarak yang cukup jauh untuk kita bisa bertahan. Terima kasih kau sudah mau datang kesini dan aku tahu permintaan ini akan menyakitimu tapi bisakah kau mendampingi dan mengantarkanku sampai ke altar?" Jungkook tertawa sakit mendengar permohonanmu.
"Noona, kau tahu ini akan menyakitiku tapi kau tetap memintanya? Apa semua ini belum cukup bagiku?"
"I know, sorry.." Kau membalikkan badanmu meninggalkan Jungkook. Lima menit lagi pernikahanmu dimulai, kau bisa melihat calon suamimu sedang tersenyum ke arahmu didepan pastur. Kau menarik nafas dalam-dalam bersiap untuk melangkahkan kaki ketika kau merasakan seseorang melingkarkan tanganmu di lengannya.
"Jungkook? Kau?" Tanyamu terkejut.
"Aku sudah berjanji akan menemanimu sampai akhir, dan inilah akhirnya. Akhir dari hubungan kita. Noona, mari kita putus." Jungkook berkata pelan.
Kau baru sadar bahkan kau belum mengakhiri hunbunganmu dengannya ketika kau memutuskan untuk menikahi lelaki lain. Air mata kembali membasahi pipimu, namun Jungkook mengusapnya dengan segera.
Kalian berdua berjalan pelan ke arah altar, kau menggenggam lengan Jungkook erat kau tahu ini akan menjadi yang terakhir kalinya. Sesekali kau melihat ke arahnya. Wajahnya sangat tenang seolah dia tidak merasakan sakit.
"Lima menit yang lalu aku merasa yakin akan melupakanmu, tapi entah kenapa aku sudah mulai merasa sangat merindukanmu." Jungkook berbisik padamu.
"Pastikan kau bertemu dengan wanita yang bisa membuatmu bahagia." Kau melepas tangannya ketika sampai di altar.
Calon suamimu meraih tanganmu dan pernikahan pun dimulai. Kau melirik ke arah Jungkook sebelum kau mengucapkan sumpah, dia masih terlihat tenang dengan melemparkan senyuman padamu. Sampai akhirnya suamimu menciummu, air mata Jungkook menetes. Yah inilah akhir dari semua perjuangan kalian.
***
Udara malam yang terasa dingin mulai menusuk tulang-tulangnya. Dengan pelan, Jungkook mencoba untuk bangun. Badannya terasa sakit seakan hampir mati dibuatnya. Dia berjaan dengan gontai, pikirannya masih saja kosong seperti tadi.
*hoonghooong*
Suara klakson mobil terdengar, dengan lampu yang menyorot ke arahnya. Jungkook menutup matanya dan melepaskan semua rasa sakitnya malam itu.
°End°
Story by Wiski

KAMU SEDANG MEMBACA
BTS IMAGINE
Roman d'amourKumpulan IMAGINE BTS x you Karya all admin BTS_WORLD . . . . Baca aja jamin gak nyesel deh p.s Mimin naronya asal, tapi nanti di akhir suka ada perapihan, jadi kalau mau tau sudah baca apa belom, tandain dengan vote atau comment yaa, sebagai penghil...