BTS IMAGINE

J-HOPE

“Lagi apa?” Sepasang tangan melingkar dipinggangmu, memeluk dari belakang.

“Omoo,you scared me!! Kapan datang?” Hoseok menempatkan kepalanya di bahu kananmu.

“Baru saja. Kau sedang masak apa?”

“Hanya membuat kimchi. Kau bisa membawanya nanti ke dorm.” Hoseok mengangguk.

“Sayang, aku kangen.” Bisiknya di telingamu seraya menyibakkan rambutmu ke bahu sebelah kiri hingga leher kananmu terekspos lalu beberapa saat kemudian lehermu sudah basah dengan kecupan darinya.

“Yah, kau sedang apa?”

“Tidak apa- apa, teruskan saja. Jangan perdullikan aku.” Kembali Hoseok menciumi lehermu. Demi Tuhan, Hoseok memang tidak pernah tahu tempat jika sudah meyalurkan rasa rindunya.

“Uhuk..” Terima kasih untuk batuk yang tiba-tiba menyerangnya, kegiatannya di lehermu kini terhenti.

“Kau sakit?”

“Tidak, hanya batuk. Baiklah aku hanya akan memelukmu saja." Hoseok kembali memelukmu erat. Merasa pipinya yang menyentuh lehermu terasa panas, kau melepas sarung tangan pinkmu, lalu menempelkannya di kening Hoseok.

“Such a bad liar! Badanmu panas sekali!”

“Benarkah? Tadi aku merasa baik- baik saja.”

“Bodoh, kau pasti lupa memakai syal lagi! sudah berapa kali aku ingatkan kalau mau keluar rumah pakai syalmu, apa susahnya sih tinggal pakai syal?” Kau mulai menceramahinya, dan seperti biasa Hoseok hanya tersenyum mendengarnya.

“Sudah minum obat?”

“Aku cuma batuk biasa sayang. I am fine.”

“Tentu saja kau akan bilang kau baik- baik saja sampai kau masuk rumah sakit nanti. Istirahat sana dikamarku, aku ambilkan obat untukmu.”

“But I am fine. Aku kan sudah janji untuk berkencan denganmu hari ini.”

“Siapa yang perduli dengan kencan disaat seperti ini. Just do what I say! Kesehatanmu lebih penting.” Kesal memang, namun tetap saja Hoseok menuruti perintahmu tentunya karena kau menyeretnya kekamar mu. Kau membaringkannya dikasurmu, lalu membawakan beberapa obat untuknya.

“Sudah makan?” Hoseok menggelengkan kepalanya.

“Arasoo, aku buatkan bubur.” Kau pergi menuju dapur setelah menyelimutinya. Dua puluh menit kemudian kau kembali dengan semangkuk bubur.

“Jey, bangun. Makan dulu lalu minum obat.” Kau membangunkannya yang sedang tertidur dengan pelan.

“Ooh.” Hoseok bangun dan duduk diatas kasur.

“Tidak bisakah kau tidak membuatku cemas huh? Bagaimana kau bisa menjagaku kalau menjaga dirimu sendiri saja kau tidak bisa.” Kau memulai kembali ceramahmu.

“Kau keterlaluan, aku kan sedang sakit. Masih saja dimarahi.”

“Aku memarahimu karena khawatir. Kau kan banyak jadwal, kalau sakit begini bagaimana kau bisa beraktivitas? Beruntung sekarang kau sedang libur.”

“Yayayya.”

“Now stop talking and open your mouth.” Kau menyuapinya dengan sabar, lalu setelahnya memberi obat flu.

“Sayang, aku minta maaf. Harusnya kan sekarang kita berkencan, tapi karena aku sakit semuanya jadi berantakan.”

“Apa aku menyalahkanmu karena sakit?”

“Tetap saja, kita kan tidak bisa bertemu setiap hari. Aku ingin berkencan denganmu saat tidak ada kegiatan.”

“Kalau begitu kau harus cepat sembuh agar kita bisa berkencan, dan jangan sakit lagi. Sekarang tidurlah.”

“Kau mau kemana?” Hoseok menahan lenganmu.

“Aku mau membersihkan dapur.”

“Tidak boleh.” Hoseok menarik tubuhmu kedalam pelukannya, membuatmu berbaring disampingnya. “Kitakan bisa kencan disini.” Ucapnya sambil memelukmu.

“Waah, kau benar- benar pintar memanfaatkan situasi yah.”

“Tentu saja, kapan lagi aku bisa memelukmu seperti ini. sejujurnya aku ingin sekali menidurimu saat ini tapi aku tidak ingin membuatmu sakit. Jadi tetaplah seperti ini.”

“Masih saja punya fikiran kesana meski sedang sakit.”

“Sudah naluri sayang. Sebenarnya aku tidak butuh obat. Berbaring dengan memelukmu seperti ini sudah membuatku merasa baikkan.”

“Bersyukurlah karena kau sedang sakit, jika tidak aku sudah memukulmu dari tadi.”

“Yayaya, aku juga bersyukur karena kau tidak berpakaian terbuka saat aku datang. Jika tidak—“

“Tidurlaaaah, atau aku tinggal keluar.” Kau memotong kalimatnya, karena kau tahu kemana arah pembicaraannya.

“Arasoo. Arasooo....” Hoseok memelukmu erat dan perlahan kalianpun tidur bersama.