SUGA

6.7K 399 1
                                    


"Jim, bisa jemput aku di halte ?" Waktu sudah hampir larut, kamu pulang terlambat lantaran kemalaman jalan bersama teman-temanmu.

"Ah maaf Y/n-ah, aku masih ada- Ne Hyung bentar- eh sampe di mana tadi ?"

"Latihan ya ?"

Jimin mengangguk walau kau tidak melihatnya karena kalian bercakap melalui telefon genggam.

"Ya sudah aku pulang sendiri, kamu semangat latihannya. Fighting." Tersenyum manis, berusaha menyemangati kekasihmu itu. Jadwalnya padat akhir-akhir ini.

"Mianhe dan.. hati-hati di jalan." Ucapnya sebelum mengakhiri sambungan kalian dengan kecupan kecil di sana.

Kamu tersenyum beigtu sambungan terputus. Bukan manja atau apa meminta Jimin mengantarmu pulang, hanya saja. Gang sebelum rumahmu itu banyak anak muda nongkrong dan itu sangat menganggumu.

Memberanikan diri, nekat untuk pulang karena sudah semakin larut kamu naik bis yang ada di depanmu. Berharap para pemuda iseng itu tidak akan ada di gang tersebut.

Namun harapanmu tidak terwujud. Beberapa anak muda sedang berbincang tidak jauh dari tempatmu berpijak.

Menghela nafas lelah. Ini akan jadi perjalanan panjang. Pasalnya sepanjang gang itu pula lah para pemuda dari yang remaja sampai dewasa sedang bercakap ria dengan geng-gengnya. Dan kamu, harus melewati mereka semua.

"Semangat Y/n-ah." Gumammu. "Kamu pasti bisa !!" Kamu menyemangati dirimu sendiri.

Melangkah memasuki gang yang walau pencahayaannya terang, tetap membuatmu takut.

"Cewe." Sebuah suara memanggilmu.

Kamu memejamkan mata. "Abaikan abaikan."

Terdengar suara tawa tidak jelas dari beberapa pemuda yang kamu abaikan.

"Caanntikkk." Diiringi beberapa siulan kurang ajar, kamu mengabaikan mereka lagi. Sungguh menyebalkan.

Berhasil menjauhi pemuda yang ternyata masih memperhatikanmu, kamu melewati segerombolan anak kecil yang sedang bermain. "Ceeweek."
Panggil salah satu dari mereka.

DIGODA ANAK KECIL. Heol yang benar saja ! Karakter anak bangsa pada kemana ini kalau sekecil ini sudah menggoda perempuan yang bahkan cocok di panggil ibunya. -fyi kamu tidak setua itu-

Mengabaikan anak kecil yang masih berteriak "Kakak. Kakak." Kamu sampai diujung gang.
Dan ini yang terberat.
Mendapati sekumpulan pemuda mabuk. Dengan jumlah yang tidak sedikit dan terbilang memiliki badan besar, sungguh membuatmu ingin memutar arah dan merutuki tidak memaksa Jimin atau meminta bantuan temanmu bahkan menyesali tidak menginap saja.

"Kau bisa Y/n-ah. Abaikan abaikan.." Bisikmu dalam hati. Menarik nafas dalam-dalam dan mulai berjalan pelan. Semoga mereka tidak menyadari kehadiranmu.

Selangkah. Semua masih aman. Mereka masih asik mengobrol.
Selangkah lagi. Sepertinya semua baik-baik saja, para pemuda itu sibuk dengan dunia mereka.
Satu langkah lebih dekat..

"Maanis." Salah seorang menyadari kehadiranmu.

Kamu merapatkan diri ke tembok guna menghindar.

"Hey, kenapa tidak bergabung dengan kita." Satu dari yang lainnya menyahut. Kamu menulikan telinga. Masih berusaha berjalan, kali ini lebih cepat.

"Ga usah buru-buru Cantik." Satu orang berjalan ke arahmu mencoba menghadangmu. Kamu merapalkan doa agar mereka tidak bertindak semakin jauh.

"Hey. Sombong." Tepat seorang pria paling besar dan bau alkohol menyengat berdiri tidak sampai satu meter.

"Tidak mau bersenang-senang." Temannya yang sama berbadan besar ikut bergabung dengannya menghadangmu.

"Permisi, biarkan aku lewat." Cicitmu kecil. Suaramu entah kemana menghilang. Meskipun hafal dengan gang di rumahmu, tapi berhadapan dengan pemuda tidak sadarkan diri itu menyebalkan.

"Wohooo, setidaknya bermain dengan kami dulu manis." Dengan lancangnya satu orang mendekatimu menjulurkan tangannya hendak menyentuh pundakmu.

"Jauhkan tangan busukmu dari kekasihku keparat !" Dengan cepat tangan pemuda itu ditepis sebelum mendarat mulus di pundakmu.

"Jim-" Kamu menoleh ke belakang. "Suga Oppa ?" Namun itu bukan kekasihmu.

"Wah, pahlawan kesiangan rupanya." Sahut yang lain menghampiri kalian.

"Bedebah pergilah. Kami tidak ada urusan dengan kalian." Suga meraih pundakmu, mendekatkan padanya. Memelukmu lebih tepatnya.

Sebenarnya mereka ingin mendekat lebih jauh, namun melihat tatapan membunuh Suga membuat mereka diam di tempat. "Pergilah. Aku lagi malas berkelahi." Sepertinya ketua pemuda itu yang berbicara.

Kamu mengangguk lalu berjalan -lebih tepatnya didorong Suga- untuk meninggalkan mereka.

Setelah lumayan jauh. "Oppa !!" Kamu melepas pelukan Suga.

"Hmm ?"

"Mengikutiku ?"

"Ani."

"Lantas ?"

"Tidak sengaja melihatmu, lalu menolongmu ?" Ucapnya setengah bertanya.

"Rumahmu dan dorm kalian kan berlawan arah dari rumahku."

"Ahh." Suga menggaruk tenguknya yang tidak gatal. "Sejujurnya aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Jimin ketika kau di halte tadi- tunggu, aku tidak menguntitmu, di halte itu tidak sengaja, aku betulan lewat situ. Berhenti menatapmu seperti itu Y/n-ah." Suga balas menatapmu dalam.

"Lagipula kalau aku tidak menolongmu, apa yang akan terjadi tadi huh."

Kamu memalingkan tatapan dari Suga. Perkataannya benar juga.

"Gomawo Oppa." Kamu kembali berjalan menuju rumahmu yang tidak jauh lagi.

"Ne, kalau ada apa-apa hubungin aja."

"Hmm." Kamu terdiam, sudah sampai depan rumahmu.

"Sekali lagi makasih, aku gatau kalau tadi gaada Oppa." Kamu tertunduk, membayangkan kejadian beberapa saat yang lalu.

Suga tersenyum lembut. "Gwenchana." Dia merusak rambutmu. "Masuklah. Sudah malam."

"Mau.. mampir ?"

"Sudah malam, aku akan pulang, lagian tidak baik laki-laki dan perempuan satu rumah."

Kamu mengangguk canggung.

"Aku masuk.. sekali lagi makasih."

"Masuklah." Balas Suga tetap tersenyum.

Mengangguk lalu menutup pintu gerbang dan memasuki rumah.
Beruntunglah hidupmu malam ini.
Dan sedikit merutuki kenapa bukan Jimin kekasihmu yang menolongmu. Melainkan Min Suga, lelaki yang bahkan kamu kurang dekat dengannya.

=end=

BTS IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang