JIMIN -ukk series-

5K 403 8
                                        

"Dek dek."

Kakak tingkat terseksi se-antreo jagat raya di sekolahmu. Park Jimin. Kini sedang ujian sekolah dan duduk di sampingmu.

"Ya Ka?" Kamu menjawab panggilannnya setengah berbisik. Ga tau aja kalau hatimu sedang bertabuh lantaran, 'Park Jimin manggil gue coooooooy.'

Perang batin.

"Bisa tolong panggil si Etet ga di sana." Jimin menunjuk pria berambut coklat serong kananmu. Diva kedua setelah Park Jimin. Trouble maker. Bisa dibilang kembaran Jimin lantaran mereka suka berjalan bersama-sama.

"Ka Taehyung ka?" Tanyamu meyakinkan kalau salah tujuan kan, malu.

"Iya Kim Taehyung." Bisik Jimin saat pengawas melirik ke arah kalian.

Satu pertanyaan terbesarmu. MANGGILNYA GIMANA! Kalau Taehyung ada disampingmu sih iya bisa kamu toel, didepanmu bisa kamu tendang kursinya. Lah ini diserong. Ada jeda jalan pula, cara manggilnya gimanaaaaaaa.

Kamu mengangguk tidak ingin mengecewakan Jimin. Dengan model penghapus faber castel hitam, kamu membidik kepala Taehyung.

Semoga kena.

"TAK." Tembakanmu berhasil. Mengenai kepala Taehyung telak. Dan keras. Membuat Jimin menahan tawa karena bunyi 'Tak' membuat Taehyung menoleh dengan tatapan membunuh.

"Gue coy." Jimin melambai ke arah Taehyung. Wajah Taehyung berubah datar.

"Apa bajingan. Sakit sialan." Dia mengelus kepalanya. Kamu merasa bersalah, itukan ulahmu.

Jimin tertawa renyah di sampingmu. Tepat dibahumu. Kamu merinding. Nafas segarnya menyapa kulit wajahmu. "Nomer tiga belas."

Taehyung menoleh ke lembar jawabannya.

"A."

Jimin mengangguk. "Lo mau nanya ga?" Mumpung pengawas tidak memperhatikan Jimin dan Taehyung dan dirimu yang mematung.

Taehyung mengangguk. "Satu sampe empat puluh."

"Semuanya itu mah bego."

Kamu terkekeh pelan. Jimin menatapmu, dan kamu terdiam. O-ow.

"Lo udah Dek?"

Dih Jimin belaga. Lembar jawabannya masih setengah kosong dan dia sok-sokan bertanya hendak membantumu. "Belom kak." Kamu menggeleng. "Kakak mau bantu?"

"Engga, maksud gue kalo lo udah, lo kerjain punya gue hehe gitu."

Kamu memutar bola mata jengah. Untuuuuuung aja lo ganteng Kak.

"Gue traktir deh."

Dih hasil belajarmu tidak akan sebanding dengan jajanan kantin.

"Gue kenalin sama Taehyung."

Sahabatnya jadi tumbal.

"Udah kenal kali kak." Kamu nunduk mencoba mengerjakan soal kembali.

"Gue comblangin sama Taehyung mau?"

'Maunya sama Park Jimiiiiiiiin.' Batinmu berteriak.

"Ngedate deh sama dia."

Tuhan, seharusnya Taehyung tau kalau Jimin sedang menjual dirinya, demi seonggok jawaban.

"Nan--"

"Park Jimin ada masalah ?" Suara pengawas mengagetkan Jimin yang kini memundurkan badannya ke tempatnya semula.

"Engga Bu.."

"Kalau engga kerjakan, jangan godain adik tingkatmu itu. Ibu tau Y/n-ah cantik."

"Wuuuuuu." Sontak kelas ramai menjawab ucapan Ibu Guru pengawas di depan. Mukamu memerah sementara Jimin nyengir tanpa dosa.

"Ibu tau aja hehe."

Kamu tidak bisa menahan senyum dan geli dalam hati, seakan akan ada kupu kupu diperutmu yang tengah berterbangan walau kau tau Jimin hanya menggombal.

"Modus Buuuu. Padahal minta jawaban itu." Celetuk Taehyung tanpa dosa kemudian nyengir ke arah Jimin, "Essay."

"Kampret lo juga nyontek." Jimin melempar sebuah kertas ke arah Taehyung dan ditangkapnya dengan lugas.

"Thanks bro." Taehyung tertawa kemudian memberi jempol. Dan menyalin jawaban.

"Kerjakan semuanya tenang." Kelas yang ribut ditenangkan oleh pengawas

"Neee."

Kelas hening kembali. Kamu mengerjakan dengan tenang tanpa memperhatikan kepala Jimin yang ia taruh di meja.

"Omong-omong." Jimin kembali membuka pembicaraan. Sepertinya anak ini tidak bisa untuk diam.

"Ne?"

"Bener kata Bu Guru, kamu cantik."

"Kak. Sini soal nomor berapa?"

Jimin tertawa renyah. "Yaak aku serius."

"Saya juga serius Park Jimin kalau kau masih ribut kamu boleh keluar kelas." Ucapan pengawas mengundang gelak tawa yang Jimin jawab dengan anggukan.




=end=

BTS IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang