JIMIN

2.6K 195 1
                                    

"Congraduation Y/n-aaaaah." Teman-temanmu menghampirimu.

"Cie abis ini bergelut dengan KOAS." Dan sudah menjadi rahasian umum semua mahasiswa kedokteran tidak bisa dipanggil "dokter" jikalau belum menyelesaikan KOASnya selama satu setengah tahun atau lebih lamanya dua tahun.

"Kalian mah." Mereka tertawa melihatmu yang cemberut di hari bahagiamu.

"Sudah tahu mau KOAS dimana?"

"Yupz." Anggukmu. Sebulan sebelum wisuda kau sudah mencari info beberapa rumah sakit yang sekiranya masih termasuk kriteriamu.

"Kapan mulai?"

"Besok."

"Woaaaah, semangat Y/n-ah!!!" Dan mereka heboh menyemangatimu mendapati ujian sesungguhnya ketika ingin menjadi dokter.

***

"Jadi ini yang akan menjadi pembimbing kalian."

Kau bersama puluhan calon dokter lain berkumpul di dalam aula dan menunggu mentor kalian. Tidak cukup lama muncullah pria berambut hitam disertai bibir tebak naik ke atas panggung.

"Perkenalkan, saya Park Jimin."

Sorak riuh tepuk tangan menyambut Jimin begitupula denganmu. Kalau dari wajah, Jimin termasuk wajah senior baik-baik yang tidak akan tega menyiksa juniornya.

Setelah selesai perkenalan-juga pembagian tugas serta jadwal untuk satu bulan ke depan, kau berkenalan dengan teman seperjuanganmu. Membagi nomor kontak juga info tempat tinggal jikalau ada sesuatu yang terjadi.

"Y/n-ah?" Suara lain memanggilmu. "Kau dicari Dokter Park."

"Aku?"

"Ya, di ruangannya."

Hari pertama dan semuanya bingung, kesalahan apa yang kau perbuat.

"Permisi." Setelah mengetuk tiga kali dan mendapat jawaban dari yang di dalam kau masuk ruangannya. "Bapak mencari saya?"

Kursi di depanmu berputar, menampilkan Park Jimin yang tengah tersenyum. "Kau melupakanku Y/n-ah?"

Keningmu bertaut. Memikirkan nama Park Jimin yang pernah mampir di hidupmu. "Maaf Pak-"

"-padahal setiap hari kau selalu melihat catatanku untuk ulanganmu-"

"-aaaaaah Park Jimin sunbaenim???"

"Akhirnya kau ingat."

"Astaga Sunbae, kau-" kau mengamati penampilan Jimin. "Berbeda dari biasanya."

Jimin tertawa sampai matanya segaris. Pasalnya dulu Park Jimin menggunakan kacamata tebal, juga pipi yang chubby serta rambut menutup poni andalannya dan sekarang- kacamata itu hilang, pipi yang cukup tirus juga poninya yang dibelah.

"Ku kira kau pilih rumah sakit ini karena ada diriku."

"Oh tidak Sunbae, Univ menawarkan beberapa rumah sakit, dan kebetukan RS ini deket dengan tempat tinggalku."

"Ah, begitu."

Kau mengangguk. Masih mematai Jimin tak percaya kalau pria yang selama ini selalu kau repoti selama dia kuliah menjadi salah satu dokter terpercaya di rumah sakit tempatmu berpinjak. "Omong-omong Sunbae, kau sudah lama berada di sini?"

"Jangan panggil Sunbae, panggil aja Oppa."

"O-oppa?"

"Ya, tapi itu ketika kita sedang berdua seperti ini." Dia terkekeh di akhir. "Karena sepertinya kita akan menghabiskan waktu berdua-"

BTS IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang