NAMJOON

1.9K 112 0
                                    

(Namjoon POV)
"Hyung, ini." Jimin menyerahkan secarik kertas bertuliskan nomor yang aku minta. Beruntungnya ia bisa mendapatkannya.

"Eoh, gomawo Jimin-ah."

Aku tengah di bar malam ini. Dengan sebotol wine yang hampir habis. Ditemani jimin dengan secarik kertas berharga. Yang aku pun masih bimbang. Aku lakukan atau tidak.

"Apa kau akan menghubunginya? Aku kira setelah satu tahun, kau sudah lupa dengannya." Ucap jimin setelah meminum wine nya.

"Tidak tahu. Aku takut, ia sudah lupa." Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar. Bagaimana jika ia sudah menemukan yang lainnya saat satu tahun itu?

"Kalau begitu, berjuanglah, dan berdoa. Tetapkan hatimu." Jimin mulai beranjak dari kursi nya, "Aku pergi dulu, hyung."

"Ya, mau kemana? Tidak bisakah kau menemaniku? Aku sedikit kesepian saat ini."

Tanpa menjawab, Jimin mulai duduk kembali dibangkunya. Memang, dia teman yang terbaik.

"Tidak bisakah kau hanya melupakannya, hyung?" Tanya Jimin setelah mengisi kembali gelasku dengan wine.

Aku menggeleng, "Aku sudah mencoba segala cara untuk melupakannya, tapi ia terus muncul dipikiranku." Berhubung Jimin adalah pendengar yang sangat baik, aku pun memberanikan diri untuk bercerita banyak kepadanya.

"Kau tau? Setiap hari, setiap menit, bahkan detik, ia selalu ada dipikiranku. Aku seperti seorang yang bodoh, selalu bertanya-tanya tentang kabarnya, sibuk apa ia sekarang, apakah berat badannya naik atau turun, apa yang sedang ia lakukan, apakah dia membutuhkan ku,"

Aku berhenti dan menarik nafas panjang, "Atau malah ia sudah melupakan segalanya. Banyak sekali, tapi tidak ada yang terjawab jim. Itu semua hanya tersimpan dipikiranku."

"Lalu, akan kau apakan nomor telfonnya? Apa kau akan mencoba menghubunginya? Aku rasa itu bukanlah hal yang baik, tapi patut untuk dicoba."

"Entahlah. Yang aku tahu hanyalah, semua tentang diriku selalu berpusat padanya."

Hening lama setelah kata-kata ku keluar tadi. Aku diam karena bingung dengan apa yang akan aku pilih. Otakku seperti batu, diam ditempat berharap aku tak melakukan apapun. Sedangkan hatiku bagaikan air yang bergerak mencari tempatnya.

Jimin sudah pulang, sedangkan aku masih di bar, sendiri. Kondisi ku kurang baik saat ini, aku sedikit mabuk.

"Telfon atau jangan?" Gumamku yang setengah mabuk.

Dengan tanpa sadar, aku menelfonnya.

Aku tersenyum, nada deringnya masih sama.

"Halo?" Jawab disebrang sana.

Jawabku hanya diam. Suara ini. Aku rindu.

"Halo? Ini siapa?"

"Nada dering mu masih sama. Apa perasaan mu juga? Apa perasaanmu masih sama kepadaku? Y/n-ah?"

=END=

BTS IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang