Chapter 6

9.5K 508 4
                                    

Lena mulai mendapatkan nafasnya kembali secara utuh setelah ia menghirup nafas sebanyak mungkin tadi.

Ia masih nampak terkejut setelah mengingat apa yang telah terjadi padanya. Beberapa menit yang lalu, bosnya yang cuek dan dingin menciumnya ... MEN-CI-UM-NYA.

Oh God ... Bahkan tak pernah terbersit sedikitpun dalam benaknya, bahwa bos yang menyebalkan dan selalu bersikap dingin padanya itu melakukan hal tersebut.

Dan setelah ia mendapatkan kesadarannya kembali, ia melihat bahwa Ken sudah terlelap dalam tidurnya di samping Abey. Laki-laki tampan yang brengsek.

Mereka nampak seperti ayah dan anak sungguhan. Lena hanya bisa terpaku beberapa saat melihat pemandangan di depannya. Seutas senyum mengembang di bibirnya. Melihat Abey bahagia, membuatnya turut merasakan kebahagiaan yang Abey sedang rasakan saat ini.

Lena nampak mendekat ke ranjang Abey. Ia sedang melepaskan sepatu Ken yang masih terpakai sempurna di kaki pria itu. Selanjutnya, ia mulai menyelimuti mereka berdua. Dan tak lupa ia mencium kening Abey sekilas.

Setelah keluar dari kamar Abey, Lena bergerak ke ruang tamu, menyalakan televisi dan tiduran di sofa. Acara televisi saat weekend tidak ada yang menarik minat Lena. Akan tetapi, demi mengatasi kebosanannya, Lena akhirnya memilih salah satu acara kartun favorit Abey.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Ken terbangun dari tidurnya. Di sampingnya, nampak Abey masih tertidur pulas bergelung di bawah selimut. Ken tersenyum melihat wajah polos Abey. Kemudian tangannya terulur dan mengusap-usap lembut kepala Abey.

Bagaimana bisa kau memanggilku daddy? Kemana daddy-mu? Apakah kau anak Lena? Tapi kau tidak memiliki kemiripan dengan Lena. Tapi aku senang, kau memanggilku daddy dan detik itu juga aku menyayangimu, Little princess, batin Ken.

Setelah puas mengamati Abey, Ken turun dari ranjang lalu keluar dari kamar Abey. Ken kembali tersenyum melihat pemandangan di depannya. Nampak Lena sedang tertidur pulas di atas sofa, dengan televisi yang masih menyala.

Ken segera mendekat ke arah Lena. Dipandanginya wajah cantik itu. Mulai dari alisnya yang tidak terlalu tebal tetapi tertata rapi, bulu matanya lentik, hidung mancung, pipinya yang chubby dan bibirnya yang manis.

Ayolah Ken, tahan, ucap Ken dalam hati, berusaha menahan nafsunya untuk tidak mencium Lena.

Sesaat kemudian,

Cup

Cup

Cup

Ken mengecup setiap bagian wajah Lena, dari mulai kening, kedua mata Lena, hidung, pipi, dan turun ke bibir Lena. Akan tetapi, tetap saja Lena masih belum bangun dari tidurnya.

"Kau memang putri tidur, Lena. You're my sleeping beauty," ucap Ken seraya mencium bibir Lena lama.

Setelah puas memandangi Lena yang masih setia memejamkan matanya, Ken mulai mengangkat tubuh Lena, dan memindahkannya ke dalam kamar. Lena mengulet di atas ranjang, Ken hanya tersenyum geli melihat tingkah laku Lena.

Setelah menyelimuti Lena, Ken bergegas keluar kamar. Ia mengambil ponsel dan mulai menghubungi seseorang.

"Ada apa, Jerk?" ucap seseorang di seberang.

Ken mendengus kesal. Akan ku potong gajimu jika berani memanggilku 'Jerk' di depan mukaku.

"Nick, tolong cari informasi lengkap mengenai Lena, sekretaris ayahku. Aku ingin besuk pagi aku sudah menerima hasilnya."

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang