Chapter 36

5.1K 222 1
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian😘 Vote dan comment kalian sangat ditunggu author😍

***

Sebulan berlalu sejak pertemuan mereka di kantor Dalton, semua berjalan sebagaimana biasanya. Hanya saja kini Nathan mulai kembali melakukan pendekatan kepada Lena secara terang-terangan, laki-laki itu semakin percaya diri setelah ia mendapatkan restu dari ayah Lena.

Setiap hari Nathan akan menemui Lena barang sekali, baik itu di kantor maupun di apartemen Lena, seakan-akan hal itu telah menjadi kebiasaan baru dalam keseharian Nathan.

Setiap hari pula, Nathan selalu menawarkan diri pada wanita itu untuk makan bersama, entah itu sarapan, makan siang maupun makan malam.

Seperti hari ini, Lena duduk di sisi meja makan, dengan wajah cemberut. Ia mengunyah roti selai cokelatnya dengan rasa malas.

Beberapa saat yang lalu. Tepatnya pukul empat pagi, Lena dengan terpaksa meraih ponselnya yang terus berdering di atas nakas, menandakan sebuah panggilan masuk.

Dengan mata terpejam, Lena mengulurkan tangannya ke atas nakas sebelah tempat tidurnya. Meraba-raba mencari letak keberadaan benda pipih warna dusty miliknya.

Setelah berhasil mendapatkan benda pipih itu, tanpa membuka mata, Lena mengusap layar, menerima panggilan itu.

"Good morning, sweety," suara serak khas laki-laki terdengar dari seberang line telepon.

Diam. Lena mengernyitkan dahinya. Tampak menerka, siapa laki-laki gila yang berani-beraninya melakukan panggilan telepon di pagi buta seperti ini.

Terdengar suara terkekeh dari seberang, "Kau belum bangun ya, sweety? Apa aku mengganggumu hem?"

"Sangat. Apa kau buta! Ini masih pagi, sangat tidak sopan melakukan panggilan sepagi ini. Dan juga jangan memanggilku sweety," jawab Lena ketus setelah terdiam cukup lama.

Ya, Lena membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengerti maksut dari ucapan seberang line. Jangan salahkan Lena. Tolong, jangan. Salahkan saja laki-laki yang berani menelepon wanita itu. Salahkan dia karena telah mengganggu kenyamanan tidur Lena, membuat wanita itu harus bersusah payah mengumpulkan nyawanya yang masih beterbangan di alam mimpi.

"Haha... Kau tidak berubah, sweety. Jangan katakan jika kau mengangkat panggilanku dengan mata terpejam," balas laki-laki itu.

Lena kembali mengernyitkan dahinya. Kemudian wanita itu menghela nafas pelan. Baiklah, nampaknya kali ini Lena terpaksa harus membuka mata cantiknya demi dapat melihat nama si penelepon gila itu.

Lena membuka matanya. Mencoba membaca sebuah nama yang tertera di layar ponselnya. Hingga sedetik kemudian matanya membelalak karena terkejut.

"Apa yang kau lakukan sepagi ini Nath! Kau benar-benar sudah gila. Kau selalu saja menganggu tidurku! Menganggu hari liburku! Mengganggu kesenanganku! Mengacaukan jam tidurku!" teriak Lena penuh emosi.

"Hahaha...," tawa Nathan yang menggelegar terdengar jelas di telinga Lena.

"...."

"Good morning sweety. Kau sudah sepenuhnya bangun tidur rupanya," lanjut Nathan.

"Apa maumu Nath?!" tanya Lena frustasi.

Nathan benar-benar menyebalkan.

"Aku hanya merindukanmu. Sehingga mau tidak mau aku harus menelfonmu, agar rinduku sedikit terobati."

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang