Chapter 63

3.8K 226 4
                                    

Selamat malam!!

Jangan lupa BINTANGnya dong!!
Sebelum baca vote dulu bisa kali ya hehe :) Jangan lupa comment juga:) Thank you

Selamat membaca
Semoga kalian suka

***

"Baby, where are you?! Kenapa kau belum sampai juga, huh? Apa si laki-laki berengsek itu berbuat macam-macam padamu? Katakan padaku, Baby. Jika dia berani berbuat yang tidak-tidak padamu aku akan langsung menghajarnya dan menyeretnya ke neraka dengan tanganku sendiri."

Lena mendesah pelan mendengar celotehan panjang Ken dari seberang line. Dengan posisi ponsel yang ia apit antara telinga dan bahunya, Lena dapat mendengar dengan jelas setiap kalimat protes yang keluar dari mulut si tampan Kenward tanpa bisa ia cegah atau hindari lagi. Lena hanya diam tanpa berniat menyela rentetan kalimat yang diucapkan oleh laki-laki itu. Lena memberi waktu bagi Ken agar laki-laki itu menyelesaikan ocehannya terlebih dahulu.

"Baby?!" Terdengar geraman kesal Ken dari ujung telepon karena Lena tidak juga menyahut. "Apa yang sedang kau lakukan, huh? Kenapa kau diam saja? Katakan sesuatu, Baby," lanjut laki-laki itu masih dengan nada kesalnya, namun kali ini dibumbui dengan sedikit rajukan.

Lena hanya tersenyum geli. Mendengar nada suara Ken yang kesal dengan setengah merajuk seperti itu sangat menghibur baginya. Kenwardnya ... Laki-lakinya ... Oh Dear ... Lena mendadak merasa begitu gemas pada laki-laki itu.

Namun, masih dengan mode diamnya, Lena kembali tidak menyahuti rajukan Ken. Lena tampak kembali melanjutkan kegiatan bersoleknya. Wanita itu meraih sebuah wadah kecil dan kuas yang tergeletak di atas meja riasnya. Dengan lihai, tangannya bergerak ke kanan dan kiri menyapukan kuas kecil berujung bulat itu ke tulang pipinya hingga meninggalkan rona kemerahan di sana yang membuat wajahnya tampak semakin segar.

Setelah dirasa cukup dengan pemerah pipinya, jemari Lena bergerak meraih pewarna bibir. Dengan sedikit kesusahan karena ruang geraknya yang terbatas mengingat sebelah bahunya ia gunakan untuk menopang ponselnya sedangkan kedua tangannya memegang pewarna bibir beserta aplikatornya, Lena memulaskan pewarna bibir tersebut dengan gerakan hati-hati.

"Baby?!" Lena terkikik geli saat ia kembali mendengar geraman Ken dari seberang telepon. "Kenapa kau tertawa?! Apa yang kau tertawakan sebenarnya, huh? Apa kau sengaja mengerjaiku sedari tadi?" lanjut laki-laki itu dengan nada geram dan Lena hanya tertawa mendengar hal itu dengan kembali melanjutkan mewarnai bibirnya.

Lena bisa membayangkan bagaimana ekspresi laki-laki itu saat ini. Pasti laki-laki itu sedang berjalan mondar-mandir dengan sebelah tangan memijat pelipis atau pangkal hidungnya saat ini. Lalu rahang yang mulai ditumbuhi rambut-rambut tipis itu mengeras dan mata dengan bulu mata lentiknya itu berkilat tajam siap menghunus siapa saja yang berniat mengusik ketenangannya.

"Baby?! Cepat katakan sesuatu atau aku sendiri yang akan menjemputmu sekarang juga! Persetan dengan Dad atau Mom yang akan memarahiku nantinya, aku tidak peduli," ucap Ken dari seberang telepon dengan nada tegas dan tidak ingin dibantah. Laki-laki itu tampaknya benar-benar kesal dengan Lena yang dengan sengaja memancing amarahnya sedari tadi.

Ken benar-benar akan pergi sendiri menjemput wanitanya itu sekarang juga jika Lena tidak juga menyahuti ucapannya. Masa bodoh dengan para tamu undangan yang sudah mulai berdatangan memenuhi ballroom hotel yang telah disewa oleh kantornya untuk acara perayaan hari jadi perusahaan ayahnya itu. Masa bodoh jika nantinya ia akan diceramahi oleh mommy-nya habis-habisan karena bertingkah seenaknya sendiri. Masa bodoh. Yang ada dipikiran Ken saat ini hanyalah Lena. Ya, hanya Lena.

Magdalena (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang